Anda di halaman 1dari 2

Beliau membantu ayahnya dalam berdakwah dengan mengingatkan kaumnya dan para pemimpin Bani

Israil yang melanggar hukum Taurat. Ia sangat berani menegakkan kebenaran dan menerapkan
hukum agama dengan tegas. Ia juga selalu menganjurkan agar kaumnya yang berdosa segera
bertaubat. Pertaubatan ini ditandai dengan dipermandikan atau dibaptiskan di sungai Yordan. Karena
itu, Yahya dijuluki al-Ma'madan (Pembaptis). Hingga sekarang, upacara pembaptisan ini masih
dilakukan oleh umat Kristiani.

Sebelum kelahiran Yahya, Nabi Zakaria sudah diberitahu tentang putranya yang akan membenarkan
Firman Allah SWT mengenai kedatangan Nabi Isa AS : “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria,
sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya) : “Sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat
(yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk
keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali Imran :39). Di kemudian hari Nabi Yahya yang membaptisNabi
Isa AS dan membenarkan risalah atau syariat yang dibawanya. Namun Nabi Yahya tidak sempat ikut
membela risalah itu karena tewas dibunuh oleh Raja Herodus.

Nabi Yahya AS hidup pada saat Yerussalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi (4 SM -
39 M) dengan Herodus sebagai penguasa setempat. Suatu ketika Raja Herodus berencana menikahi
anak tirinya, Herodia. Tapi Yahya mengetahui rencana itu. Maka ia segera mengeluarkan fatwa
larangan, karena menurut hukum Taurat, anak tiri haram dinikahi. Tapi Herodia tidak ingin
pernikahannya gagal. Maka ia meminta Raja Herodus membunuh Yahya. Raja Herodus segera
menangkap Yahya dan memasukkannya ke penjara. Akhirnya Yahya dibunuh oleh Raja Herodus untuk
memenuhi permintaan kekasihnya itu.

Di dalam Al-Quran Nabi Yahya AS tidak banyak diceritakan, hanya dijelaskan beliau dikaruniai hikmah
dan ilmu semasa kecil. Beliau hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong atau pun durhaka.
Beliau pintar dan tajam pemikirannya, beribadah siang malam. Di kalangan bani Israil, beliau dikenal
sebagai ahli agama dan hafal Taurat.
Kisah Nabi Yahya AS Saat berdialog dengan Iblis
Pada suatu hari, datanglah iblis menghadap Nabi Yahya as dan dia berkata :
 Iblis : "Wahai Nabi Yahya, aku ingin memberimu nasehat".
 Nabi Yahya AS : "Kamu berdusta. Kamu jangan menasehati aku, tetapi beritahukan kepadaku
tentang anak cucu Nabi Adam AS”.
 Iblis : "Anak cucu Adam itu menurut asal ada tiga golongan, yaitu: (1) Golongan yang paling
keras terhadap golongan kami, Bila saya menemukan kesempatan untuk menggodanya, maka
kesempatan itu tidak bisa saya manfaatkan sehingga kami tidak memperoleh apa-apa dari
mereka. (2) Golongan yang kami kuasai, Mereka ini ditangan kami tidak ubahnya seperti bola
di tangan para anak-anak kami yang kapan saja bisa dimainkan. Kami puas atas mereka. (3)
Golongan orang-orang seperti Anda, Mereka ini oleh Allah SWT dilindungi sehingga saya tidak
dapat menembus mereka.
 Nabi Yahya as : "Kalau begitu, apakah kamu mampu menggoda saya ?"
 Iblis : "Tidak, tapi hanya sekali saja saya mampu menggoda anda. Yaitu ketika anda
menghadapi makanan, lalu anda memakan makanan itu sekenyang-kenyangnya sampai anda
tertidur pada waktu itu juga. Saat itu anda tidak melakukan shalat malam seperti pada
malam-malam sebelumnya”.
Karena Iblis tidak mampu menggoda Nabi Yahya AS, maka iblis pun pergi untuk kembali nanti. Iblis
berfikir, mungkin di kesempatan lain bisa menggoda Nabi Yahya AS. Iblis mendatangi Nabi Yahya
ASlagi, dan kali ini iblis tengah memperlihatkan dirinya dengan beberapa barang yang tergantung.
Dan terjadilah dialog lagi dengan mereka.
 Nabi Yahya AS : "Apakah barang-barang yang tergantung itu, wahai Iblis laknatullah ?"
 Iblis : "Ini adalah beberapa syahwat yang saya dapat dari anak Adam”.
 Nabi Yahya AS : "Apakah aku juga ada (syahwat) ?"
 Iblis : "Kadang-kadang Anda kebanyakan makan (maksudnya sekali itu saja hingga Beliau
tertidur), lalu Anda berat untuk menjalankan shalat dan dzikir kepada Allah SWT."
 Nabi Yahya AS : "Apakah ada yang lain?"
 Iblis : "Tidak ada. Wallahi tidak ada." (Ini menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul itu benar-
benar dilindungi oleh Allah SWT dari perbuatan dosa).
 Nabi Yahya AS : "Ketahuilah wahai Iblis, sesungguhnya Allah SWT tidak akan memenuhkan
perut saya dari berbagai makanan."
 Iblis : "Saya rasa demikian. Saya pun juga begitu, saya tidak akan memberi nasehat kepada
anak cucu Adam".

Anda mungkin juga menyukai