Anda di halaman 1dari 9

← Penulis indonesia : Multia elviani

gangguan akibat kurang yodium →

poned
NOV 21

Posted by multia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PONED

PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED
dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh
memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.

Pelayanan obstetric adalah pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative
perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan
vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.

Pelayanan neonatal adalah resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika parenteral,
pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic-nat intraumbilical/Phenobarbital untuk
mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan
penganggulangan gangguan pemberian nutrisi.

Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai
fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.
Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-
kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan
untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan
tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

2.2 Ruang lingkup Dalam PONED

Dalam PONED bidan boleh memberikan :

1. Injeksi antibiotika
2. Injeksi uterotonika
3. Injeksi sedative
4. Plasenta manual
5. Ekstraksi vacuum
6. Tranfusi darah
7. Operasi SC
2.3 Indikator terlaksananya PUSKESMAS PONED
1. a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
2. b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
3. c. Kerjasama RS PONED
4. d. Dukungan Diskes
5. e. Kerjasama SpOG
6. f. Kerjasama bidan desa
7. g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
8. h. Pembinaan AMP
9. i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS
2.4 Kebijaksanaan

Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil beserta janinnya sangat menentukan
kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Misalnya, perdarahan sebagai sebab kematian
langsung terbesar dari ibu bersalin perlu mendapat tindakan dalam waktu kurang dari 2 jam,
dengan demikian keberadaan puskesmas mampu PONED menjadi sangat strategis.

2.5 Kriteria

Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetric dan
neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu
ditetapkan beberapa criteria pengembangan :

1. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan puskesmas dengan tempat


perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat inap.
2. Puskesmas sudah berfungsi/ menolong persalinan.
3. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan\

– Melayani sekitar 50.000 – 100.000 penduduk yang tercakup oleh puskesmas (termasuk
penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).

– Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat
waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.

1. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-kurangnya seorang dokter
dan seorang bidan terlatih GDON dan seorang perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut
bertempat tinggal di sekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
2. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-kurangnya :
1. Alat dan obat
2. Ruangan tempat menolong persalinan

Ruangan yang dapat dimanfaatkan adalah ruangan yag dipergunakan oleh pengelola program
KIA.

ü Luas minimal 3 x 3 m

ü Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat

ü Suasana aseptik bisa dilaksanakan


ü Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan tindakan.

1. Air bersih tersedia


2. Kamar mandi/ WC tersedia
3. Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama yaitu :
perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian neonatal yang utama
yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.
2.6 Kriteria Rumah Sakit PONED yaitu :
1. a. Ada rawat inap
2. b. Ada Puskesmas binaan – Rumah Sakit tipe C
2.7 Tujuan PONED

PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan untuk
memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.

2.8 Hambatan dan Kendala dalam penyelenggaraan PONED

Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :

1. Mutu SDM yang rendah


2. Sarana prasarana yang kurang
3. Ketrampilan yang kurang
4. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan Puskesmas Non PONED
belum maksimal
5. Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
6. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai
2.9 Tugas Puskesmas PONED
1. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok
bersalin Desa
2. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
3. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.
2.10 Syarat Puskesmas Poned
1. Pelayanan buka 24 jam
2. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
3. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
4. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn
dan spesialis anak.

2.11 Petugas pelaksana PONED :


1. Dokter umum 2 orang
2. Bidan 8 orang
3. Perawat
4. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED
2.12 Pelayanan yang dilaksanakan Pelayanan PONED
1. Pelayanan KIA/KB
2. Pelayanan ANC & PNC
3. Pertolongan Persalinan normal
4. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
5. Penatalaksanaan Bumil Resti
6. Perawatan Bumil sakit
7. Persalinan Sungsang
8. Partus Lama
9. KPD
10. Gemeli
11. Pre Eklamsia
12. Perdarahan Post Partum
13. Ab. Incomplitus
14. Distosia Bahu
15. Asfiksia
16. BBLR
17. Hypotermia
18. Komponen pelayanan maternal

– Pre eklamsia/eklamsia

– Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan

– Perdarahan postpartum

– Infeksi nifas

1. Komponen pelayanan neonatal

– Bayi berat lahir rendah

– Hipotermi

– Hipoglikemi

– Ikterus/hiperbilirubinemia

– Masalah pemberian nutrisi

– Asfiksia pada bayi

– Gangguan nafas

– Kejang pada bayi baru lahir

– Infeksi neonatal

– Rujukan dan transportasi bayi baru lahir

2.13 Faktor pendukung keberhasilan PONED Puskesmas antara lain


1. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
2. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
3. Peran serta aktif bidan desa
4. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
5. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
6. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal.

2.14 Rujukan dan Transportasi

Keadaan yang paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum. Apabila terjadi
kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan
rujukan ke fasilitas yang paling lengkap, maka akan timbul masalah baik ibu maupun bayi.

a. Sistem Rujukan dan Transportasi

ü Perhatikan regionalisasi. Rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan, sehingga dapat
merujuk dengan cepat, aman dan benar.

ü Puskesmas merupakan penyaring kasus yang perlu dirujuk sesuai dengan resiko, jarak dan
factor lainnya.

ü Memberi informasi kesehatan dan prognosis pasien dan melibatkan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merujuk.

ü Melengkapi syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis)

ü Merujuk pasien dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan ruangan dalam kendaraan yang
digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka selama transtortasi.

1. b. Syarat untuk Melakukan Transportasi

ü Pasien dalam keadaan stabil

ü Pasien harus dalam keadaan hangat

ü Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat

ü Didampingi oleh tenaga kesehatan yang terampil melakukan tindakan, minimal ventilasi

ü Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan

1. c. Peralatan dan Obat yang Diperlukan


– Idealnya untuk bayi, dirujuk dengan menggunakan incubator transport
– Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia :
1. a. Alat resusitasi lengkap.
b. Obat-obatan emergensi
c. Selimut penghangat
d. Alat untuk melakukan pemasangan jalur intravena
e. Oksigen dalam tabung
2.15 Penanggung jawab

Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.

2.16 Dukungan Pihak Terkait


Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak

terkait, seperti :

– Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

– Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

– Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI

– Lembaga swadaya masyarakat (LSM)

2.17 Distribusi PONED

Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu PONED, dengan sebaran
yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat obstetric neonatal
(GDON) di seluruh kabupaten/ kota.

2.18 Kebijaksanaan PONED

Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten/ kota lain, perlu dilakukan kerjasama kedua
kabupaten/ kota terebut.

2.19 Pelaksanaan PONED


1. a. Persiapan pelaksanaan, dalam tahap ini ditentukan :

ü Biaya operasional PONED.

ü Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas


ü Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat obstetric neonatal.
ü Rujukan
ü Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)
1. b. Sosialisasi

Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah jenis
pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan. Pemasaran social dapat dlaksanakan antara lain
oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l dukun/
kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi tingkat
kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.

1. c. Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED


Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani,
setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran → alur pasien. Pelayanan
gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus mengikuti prosedur tetap (protap).

1. d. Pencatatan

Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat Kabupaten/
Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas. Format-format yang digunakan adalah yang
sudah baku seperti :

a) Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)

b) KMS ibu hamil/ buku KIA

c) Register Kohort Ibu dan Bayi

d) Partograf

e) Format-format AMP

1. e. Pelaporan

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format yang
terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :

1. Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)


2. Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian)
ibu dan bayi baru lahir.
3. Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).
4. Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang dirujuk
ke RS Kabupaten/ Kota.
5. Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi. Laporan triwulan ini
berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan
puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
1. d. Pemantauan

Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat diatasnya
secara berjenjang dalam satu kesatuan system.

Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar
untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui:

1. Pemanfaatan laporan
2. Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan pembinaan
3. Umpan Balik

Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau disampaikan
melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di Kabupaten/ Kota
dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan
kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.

1. e. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONEK/ PONED dilakukan secara berjenjang dan
dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun.
Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil evaluasi
disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak yang terkait baik
lintas program maupun lintas sektoral dalam untuk dapat dilakukan penyelesaian masalah dan
rencana tindak lanjut.

Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :

1. a. Masukan (input)

– Tenaga

– Dana

– Sarana

– Obat dan alat

– Format pencatatan dan pelaporan

– Prosedur Tetap PONED/ PONEK

– Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk Case Fatality Rate.

1. b. Proses

– Kualitas pelayanan yang diberikan

– Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana pelayanan terhadap


Prosedur Tetap PONED/ PONEK

– Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota dalam satu tahun

1. c. Keluaran (output)

– Kuantitas.

ü Jumlah dan jenis kasus PONED/ PONEK yang dilayani

ü Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED/ PONEK di tingkat RS Kabupaten/
Kota
– Kualitas

ü Case Fatality Rate

ü Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

ü Response time

Anda mungkin juga menyukai