Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keadaan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme.
Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atu lebih dari mekanisme pertahanan terganggu oleh
organisme secara aspirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih
sering terjadi. berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri yang paling sering
menyebabkan pneumonia.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan
jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang
termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara
sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 2-4 kasus per seratus anak setiap tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa definisi penyakit pneumonia pada anak?
2. Apa etiologi penyakit pneumonia pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi dan pathway penyakit pneumonia pada anak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dan komplikasi penyakit pneumonia pada anak?
5. Apa pemeriksaan diagnostic yang digunakan penyakit pneumonia pada anak?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan penyakit pneumonia pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang di lakukan pada penyakit pneumonia yang terjadi pada
anak?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit pneumonia pada anak
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi penyakit pneumonia pada anak

2. Mengetahui etiologi penyakit pneumonia pada anak


3. Mengetahui patofisiologi dan pathway penyakit pneumonia pada anak
4. Mengetahui manifestasi klinis dan komplikasi penyakit pneumonia pada anak
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic yang digunakan penyakit pneumonia pada
6. Anak.
7. Mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan penyakit pneumonia pada anak,
8. Mengetahui asuhan keperawatan yang di lakukan pada penyakit pneumonia
9. yang terjadi pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan
jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang
termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara
sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 2-4 kasus per seratus anak setiap tahun.
Berdasarkan pedoman MTBS (2000). Pneumonia dapat di klasifikasikan secara sederhana
berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnosa medis dan hanya
bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan
tindakan yang perlu di ambil, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penangan. Klasifikasi
tersebut adalah:
a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala:
Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan
semuanya, kejang atau anak letargis?tidak sadar.
Terdapat tarikan dinding dada kedalam
Terdapat stridor (suara napas bunyi ‘grok grok’ saat inspirasi).
b. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah:
Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi napas 50x/menit atau lebih.
Anak usia 12 bulan- 5 tahun pabila frekuensi napas 40x/menit atau lebih.
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.
Berdasarkan usia anak, WHO mengklasifikasikan pneumonia menjadi:
a. Pneumonia Berat, pada bayi usia kurang dari 2 bulan bayi disebut menderita peneumonia berat
menunjukan napas berat atau mengalami retraksi yang berat.
b. Pneumonia sangat Berat, jika bayi tidak mau menyusu/minum, kejang, demam, hipotermia,
bradipnea, atau napas ireguler.
c. Pneumonia ringan, pada anak usia 2 bulan-5 tahun anak mengalami pneumonia ringan jika bayi
mengalami napas cepat.
Frekuensi napas cepat berdasarkan usia anak
Umur Frekuensi Napas
Kurang dari 2 bulan ≥60
2-11 bulan ≥50
1-5 tahun ≥40
≥5 tahun ≥30

Tabel 2.1
Frekuensi napas cepar berdasarkan usia anak

2.2 Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri.
Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah s. Pneumonia yang mengenai
berbagai kelompok umur. Anak yang berusia kurang dari 3 tahun paling sering terinfeksi
respiratory syncytal virus (RSV), dan pada umur yang lebih muda disebabkan oleh adenovirus,
parainfluenza virus, dan influenza virus. Pada anak diatas 10 tahun pneumonia disebabkan oleh
mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia. Selain berbagai mikroorganisme tersebut
adapula beberapa faktor yang mempermudah seseorang terinfeksi pneeumonia antara lain:
a. Anatomi bawaan
b. Defisit immunologi
c. Polusi
d. GER (Gastroeshageal reflux)
e. Aspirasi
f. Tidak minum asi
g. Lingkungan kumuh

2.3 Patofisiologi dan pathway


a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen yaitu
virus dan staphylococcus aureus, H. influenzue dan streptococcus pneumonae bakteri.
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya dekstruksi sel
dengan menanggalkan debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi
alveolar dan jalan nafas.
c. Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya; AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda dan
Conginetal yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.

Streptococcus pneumonia

Respon peradangan
Edema alveolar Pembentukan exudate

Alveoli dan bronkiolus terisi cairan exudat, sel darah, fibrin materi.
Gambar 1.3
Patofisiologi streptococcus pneumonia

2.4 Manifestasi klinis


a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Reles (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
g. Nyeri abdome
2.5 Komplikasi
a. Gangguan pertukaran gas
b. Obstruksi jalan nafas
c. Gagal pernafasan pleular effusion (bacterial pneumonia).

2.6 Pemeriksaan diagnostic


a. Photo rontgen dan foto toraks (jika pneumoni dalam situasi tidak jelas)
b. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan WBC (white blood cell) biasanya kurang dari
20.000 cells mm3.
c. Pewarnaan gram pada sputum dan LED
d. Pemeriksaan pungsi cairan pleura untuk pemeriksaan mikroskopis.
e. Uji tuberkulin jika di perlukan.

2.7 Penalaksanaan terapeutik


a. Pengobatan supporative bila virus pneumonia
b. Bila kondisi berat harus dirawat
c. Berikan oksigen, fisioterapi dada, dan cairan intaven
d. Antibiotik sesuai program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotic

2.8 Konsep NCP (Nursing Care Planing)


2.8.1 Pengkajian
1 Usia: pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak usia
dibawah 3 tahun dan kematian terbnyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
2 Kaji status pernafasan
a. Kaji tanda-tanda distress pernafasan
b. Kaji adanya demam, tachycardia, malaise anorexia, kegelisahan dan perubahan kondisi
3 Keluhan utama: sesak napas
4 Riwayat penyakit:
a. Pneumonia virus
Didahului oleh gejala gejala infeksi saluran napas, termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan
lebih rendah dari pada pneumonia bakteri.
b. Pneumonia stafilokokus (bakteri)
didahui oleh gejala gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari
1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.
5 Riwayat Penyakit Terdahulu
a. Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.
b. Riwayat penyakit campak /fertusis (pada bronkopneumonia)
6 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Perlu di perhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral, PCH (Pernapasan Cuping
Hidung), distensi abdomen, batuk semula non produktif, menjadi produktif, serta nyeri dada pada
waktu menarik napas.
b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat
pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan (tachicardia).
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi
Auskultasi sederhana dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi. Pada
anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan kadang kadang terdengar bising gesek pleura.
7 Penegak Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit 18.000-40.000
2) LED meningkat
b. X-foto dada
Terdapat bercak bercak infiltrat yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu/
sebagian besar lobus/lobulus.
2.8.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Ibu pasien mengatakan Normal (Sistem pertahanan) terganggu Ketidakefektifan Pola Napas
anaknya sesak napas Organisme (stapilokokus)
trombus Toksin permukaan
DO: Terlihat dispneu, lapisan pleura tertutup tebal eksudat
peningkatan diameter trombus nekrosis hemoragik
anterior posterior, terlihat abses pneumocele (kerusakan jaringan
adanya pernapasan cuping parut) ketidakefektifan pola
hidung, takipneu (napas napas
cepat 48x/menit), terlihat
menggunakan otot otot
aksesorius untuk bernapas)
2. DS: Ibu pasien mengatakan Normal (sisitem pertahanan) terganggu Kekurangan volume cairan
anaknya lemas, badan Organisme (stapilokokus) sal.
panas, dan menangis terus Napas bagian bawah pneumokokus
Eksudat masuk ke alveoli sel darah
DO: terlihat penurunan merah, leukosit, pneumokokus mengisi
turgor kulit, membran alveolus leukositosis suhu tubuh
mukosa kering,Suhu tubuh meningkat Kekurangan Volume
meningkat (37,5◦C), cairan
frekuensi nadi meningkat
(115 x/menit), dan terlihat
kelemahan fisik.

2.8.3 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan pola napas b.d obstruksi bronchial
2. Kekurangan volume cairan b.d demam, intake, dan demam.

2.8.4 Rencana Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektif Setelah dilakukan -Auskultasi suara napas, -Mengetahui ada tidaknya
an pola napas tindakan keperawatan catat adanya suara suara tambahan (ronkhi,
b.d obstruksi selama 2x12 jam pasien tambahan weezing)
bronchial menunjukan pola nafas -Atur intake untuk
normal dengan kriteria cairan yang -Membantu dn
hasil: mengoptimalkan meningkatkan jalan
a. Tidak ada sianosis, tidak keseimbangan. pernapasan yang adekuat
ada dyspneu dan mampu Monitor respirasi dan
bernapas dengan mudah. status oksigen terapi -Melonggarkan jalan napas
b. Menunjukan jalan napas -Observasi adanya tanda untuk mempermudah
yang paten (irama napas, tanda hipoventilasi pernapasan
frekuensi pernapasan -Monitor suhu, RR
dalam rentang normal, Monitor frekuensi dan
tidak ada suara irama pernapasan
abnormal) -Monitor suara paru
c. Tanda tanda vital dalam -Monitor sianosis
rentang normal (nadi, perifer
suhu, RR) -Lakukan suction bila
perlu
-lakukan fisioterapi
sesuai jadwal
-Berikan antibiotik dan
antipiretik sesuai
indikasi.
2. Kekurangan Setelah dilakukan -Timbang -Mengetahui output cairan
volume cairan tindakan keperawatan popok/pembalut jika dan intake cairan
b.d demam, selama 2x12 jam pasien diperlukan
intake, dan menunjukan pola nafas -Monitor status -Mengetahui tanda tanda
demam normal dengan kriteria dehidrasi(kelembapan dehidrasi
hasil: membran mukosa, nadi
a. Mempertahankan urine adekuat) jika di -Meningkatkan intake
output sesuai dengan usia perlukan cairan yang adekuat
dan BB, Hematokrit -Monitor TTV (nadi,
normal suhu, RR)
b. Nadi, suhu, RR dalam -Monitor masukan
batas normal. makanan/cairan
c. Tidak ada tanda tanda -Kolaborasikan
dehidrasi pemberian cairan IV
d. Elastisitas turgor kulit -Monitor tingkat Hb dan
baik, membran mukosa hematokrit
lembap dan rasa haus -Monitor BB
yang berlebihan.

2.8.5 Implementasi
NO WAKTU/TANGGAL DIAGNOSA TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
1. 15 Februari 2016 Ketidakefektifan pola -Mengauskultasi suara napas, catat
napas b.d obstruksi adanya suara tambahan
bronchial -Mengatur intake untuk cairan yang
mengoptimalkan keseimbangan.
-Mengobservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
-Memonitor suhu, RR
-Memonitor frekuensi dan irama
pernapasan
-Memonitor suara paru
-Memonitor sianosis perifer
-Memberikan antibiotik dan antipiretik
sesuai indikasi
2. 15 Februari 2016 Kekurangan volume -Memonitor status dehidrasi(kelembapan
cairan b.d demam, membran mukosa, nadi adekuat) jika di
intake, dan demam perlukan
-Memonitor TTV (nadi, suhu, RR)
-Memonitor masukan makanan/cairan
-Mememberikan cairan IV
-Memonitor BB

2.8.6 Evaluasi
NO WAKTU/ DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) PARAF
TANGGAL KEPERAWATAN
1. 16 Februari 2016 Ketidakefektifan S: Ibu pasien mengatakan anaknya sesaknya
pola napas b.d berkurang
obstruksi bronchial
O: Terlihat peningkatan diameter anterior
posterior, tidak adanya pernapasan cuping
hidung, frekuensi nadi (100x/menit), RR
43x/menit), terlihat menggunakan otot otot
aksesorius untuk bernapas

A: Masalah ketidakefektifan pola napas belum


teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
-Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan
-Atur intake untuk cairan yang
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status oksigen terapi
-Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-Monitor suhu, RR
-Monitor frekuensi dan irama pernapasan
-Monitor suara paru
-Monitor sianosis perifer
-Lakukan suction bila perlu
-lakukan fisioterapi sesuai jadwal
-Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai
indikasi.
2. 16 Februari 2016 Kekurangan S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih
volume cairan b.d lemas, badan tidak panas
demam, intake, dan
demam O: turgor kulit baik, membran mukosa sedikit
kering,Suhu tubuh turun (36,8◦C), frekuensi
nadi (100 x/menit), dan masih terlihat
kelemahan fisik.

A: Masalah kekurangan cairan teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan
-Timbang popok/pembalut jika diperlukan
-Monitor status dehidrasi(kelembapan
membran mukosa, nadi adekuat) jika di
perlukan
-Monitor TTV (nadi, suhu, RR)
-Monitor masukan makanan/cairan
-Kolaborasikan pemberian cairan IV
-Monitor tingkat Hb dan hematokrit
-Monitor BB

BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan
jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang
termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara
sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 2-4 kasus per seratus anak setiap tahun.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri.
Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah s. Pneumonia yang mengenai
berbagai kelompok umur. Anak yang berusia kurang dari 3 tahun paling sering terinfeksi
respiratory syncytal virus (RSV), dan pada umur yang lebih muda disebabkan oleh adenovirus,
parainfluenza virus, dan influenza virus. Pada anak diatas 10 tahun pneumonia disebabkan oleh
mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

DR. Nursalam, M.nurs (dkk).2008. Asuhan Keperwatan Bayi dan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Dr. Suandi, I.K.G, Sp.A. 2011. Diet Anak Sakit Gizi Klinik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Suriyadi, Skp, MSN, Rita Yuliani, Skp, M.Psi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Edisi 2.Jakarta: CV. SAGUNG SETO

Anda mungkin juga menyukai