BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit memiliki fungsi utama untuk memberikan perawatan dan pengobatan
yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat inap, jalan maupun pasien gawat
darurat. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab atas mutu pelayanan medik di
rumah sakit yang diberikan kepada pasien. Rekam medis sangat penting dalam
mengemban mutu pelayanan medik yang diberikan oleh rumah sakit beserta staf
mediknya. Rekam medis merupakan milik rumah sakit yang harus dipelihara
Definisi
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dalam rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi identitas pasien ,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pesien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada
sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis mempunyai pengertian , yang sangat luas tidak hanya sekedar
pencatatan, tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan
rekam medis, yang merupakan proses kegiatan mulai dari penerimaan pasien ,
pencatatan data medik pasien , pelayanan medik oleh petugas kesehatan di rumah
sakit, di teruskan dengan penanganan berkas dari pengarsipan untuk melayani
permintaan / pinjaman pasien atau keperluan lainya.(Depkes.97=6)
a. Administrative value
b. Legal value
Biaya yang harus di tanggung pasien selama dalam perawatan berasal dari
rentetan kegiatan pelayanan medis dengan segala rupa pemeriksaan . Lebih
lanjut lagi data ini dapat dipakai sebagai perencanaan keuangan rumah sakit
untuk masa mendatang.
d. Research value
Namun data untuk riset ini hanya dapat diambil dari RM yang sudah
direncanakan untuk kepentingan ini. Oleh sebab itu kita perhatikan RM yang
sudah ada di Rumah Sakit pendidikan isinya lebih lengkap, sebab sudah
sering dipersiapkan untuk kepentingan penelitian.
e. Education value
Ini tidak perlu di jelaskan lagi karena RM yang ini berisi data dan informasi
f. Documentary value
Ini dimaksud sebagai semua bahan penglihatan yang dikumpulkan, ditata dan
disiapkan untuk dipakai baik bentuknya tertulis, foto, hasil ECG, EEG dan
lain-lain.
Berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis adalah :
1. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk dan keluar sesuai
dengan istilah termonologi yang dpergunakan, semua diagnosa serta tindakan
pembedahan yang harus dilakukan harus dicatat. Simbol dan singkatan jangan
dipergunakan.
2. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya pada sebuah
catatan, serta telah menandatangani oleh dokter lain.
lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang positif maupun negatif.
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan staf medik
harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani. Hasil konsultasi,
mencangkup pertemuan konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien
termasuk juga pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara lengkap,
mencangkup hasil test dan semua pemeriksaan pada saat prenatal sampai
masuk rumah sakit, juga harus dicatat secara lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain tentang Observasi
& pengobatan yang diberikan harus lengkap. Catatan ini harus diberi cap dan
tanda tangan.
10. Resume ditulis pada saat pasien pulang. Resume harus berisi ringkasan
tantang penemuan-penemuan, dan kejadian penting selama pasien dirawat,
keadaan waktu pulang dan rencana pengobatan selanjutnya.
- Identitas pasien
- Pemeriksaan fisik
- Diagnosis/masalah
- Tindakan/pengobatan
- Identitas pasien
- Pemeriksaan
- Diagnosis/masalah
- Tindakan/pengobatan
- Identitas pasien
- Anamesa pasien
- Triage
- Gambar fisik
- Diagnosa kerja
- Rencana terapi
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/pendelegesian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran.
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis
sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisis, konsep kerahasiaan ini akan ditemui
banyak pengecualiannya. Yang menjadi masalah disini adalah, bagi siapa
rekam medis itu dirahasiakan, da dalam keadaan bagaimana rekam medis
dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khas antara pasien dan dokter yang wajib
dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kepada pasien diberi satu nomor rekam medis yang merupakan identifikasi
pribadi yang unik pada saat pertama ia datang berobat atau memperoleh
pelayanan dirumah sakit, tidak perduli apakah admisi untuk rawat inap,
emergensi (gawat darurat) atau rawat jalan. Baik itu untuk pasien bayi, atau
untuk pasien orang dewasa.
Nomor tersebut senantiasa digunakan pada saat pasien terkait harus berobat
atau memperoleh pelayanan dirumah sakit, baik dirawat inap, emergensi
ataupun rawat jalan. Sistem ini menghasilkan bahwa seorang pasien akan
memiliki satu nomor unik untuk identitas diri dengan satu KIUP (Kartu Indeks
Utama Pasien). Nomor unik seorang pasien tidak mungkin digunakan untuk
nomor seorang pasien lain, karena pemberian nomor sudah terorganisir dan
nantinya akan berkesinambungan dengan pengisian dokumen Rekam Medis
dan dalam proses penanganan kepada pasien.
Nomor tersebut secara normal terkait dengan satu rekam medis saja. Dengan
demikian semua informasi tentang pasien terkait akan terkumpul di satu rekam
medisnya. Data yang masuk ke rekam medis bisa berasal dari berbagai
pelayanan klinik spesialis yang berbeda-beda ataupun dari ruang rawat yang
berbeda-beda di mana pasien pernah memperoleh pelayanan atau asuhan medis
walau dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Apabila tidak mungkin
menyatukan berkas pasien dalam satu rekam medis tunggal maka penerapan
sistem penomoran unit tetap memungkinkan menghubungkan fisik berkas
rekam medis, yang letaknya masih tersebar atau terpisah-pisah, melalui nomor
unik rekam medis yang satu ini.
mendaftar untuk berobat, baik untuk pengobatan rawat jalan, rawat inap,
ataupun gawat darurat dan digunakan selamanya untuk kunjungan berikutnya.
Penulisan identitas pasien harus ditulis dengan lengkap dan benar karena hal
itu sangat penting untuk penindak lanjutan terhadap pasien baik dalam hal
Pemberian identitas pada bayi baru lahir dilakukan satu kali pada saat
bayi tersebut baru lahir di Rumah Sakit. Perawat dari ruangan mendaftarkan
bayi tersebut dibagian pendaftaran, baik itu bayi baru lahir dengan proses
persalinan normal ataupun dengan proses oprasi. Identitas yang ada pada bayi,
biasanya masih menggunakan identitas ibunya, karena sebagian besar bayi
yang lahir di rumah sakit, pada saat mendaftar belum memiliki nama. Dan
untuk bayi yang sudah mempunyai nama, maka pada kartu identitas langsung
ditulis namanya dengan lengkap. kartu identitas bayi digunakan kembali pada
saat pasien bayi tersebut datang kembali untuk berobat,dan jika bayi sudah
memiliki identitas sendiri, maka kartu berobat beserta dokumen rekam
medisnya yang masih menggunakan nama ibunya, maka petugas pendaftaran
harus menggantinya atau hanya ditambah.
Pemberian identitas ini dari pihak IGD hanya menyalin identitas dari
pihak pendaftaran pada saat petugas pendaftaran belum ada. Di unit IGD
mengikuti nomor pendaftaran pasien atau melihat kartu berobat pasien dimana
penomoran ini mengikuti dari rekam medis. Begitupun untuk pengisian
dokumen rekam medis di IGD, juga harus sesuai dengan kartu identitas yang
diberikan kepada pasien.
BAB III
Cara penulisan nama pasien sangat penting artinya, karena sering dijumpai pasien
dengan nama yang sama. Dengan menggunakan cara penulisan tertentu akan
mempermudah petugas untuk membedakan Rekam Medis dengan nama yang
sama dan mempermudah pengambilan kembali apabila diperlukan.
Tata Cara:
Contoh:
-Pramono Sastrosudarmo ditulis: Pramono Sastrosudarmo
b. Nama Orang Indonesia yang majemuk ditulis
lengkap Contoh:
-Bambang Sumantri ditulis: Bambang Sumantri
c. Nama Orang Indonesia bermarga, suku, ditulis marga di belakang
namanya sendiri.
Contoh:
-Rinto Harahap ditulis: Rinto Harahap
d. Nama wanita yang menggunakan nama keluarga atau nama suami,
ditulis nama suami
di belakang namanya sendiri.
Contoh:
-Anna Matovani Endang Budiono
2. Nama orang Cina, Korea, Vietnam ditulis lengkap
Contoh:
-Tan Po Guan ditulis Tan Po Guan
-Kim II Sung ditulis Kim II Sung
-Robert Liem ditulis Robert Liem
3. Nama baptis atau haji, pendeta ditulis di depan nama sendiri, tetapi dalam
Penyimpanan KIUP tidak diperhatikan.
Contoh:
-Haji Amir ditulis Haji Amir
-Fx. Suwandi ditulis Fx Suwandi
-Pdt. Suherman, STh ditulis Pdt Suherman, STh
4. Gelar-gelar
a. Gelar kebangsawanan tetap ditulis di depan nama
sendiri Contoh:
RA. Kartini ditulis: RA Kartini
b. Gelar Kesarjanaan ditempatkan dibelakang nama setelah tanda koma.
Contoh:
-Hernowo Sastrosudomo, SH
-Suhendriyati, SE
-Sawitri, Dra
c. Pangkat apabila diperlukan ditulis di belakang nama
Contoh
-Mayor Suyono ditulis: Suyono,(mayor)
Index utam pasien adalah kartu catalog yang berisi nama semua penderita
yang pernah berobat di Rumah Sakit yang berisi :
1. Halaman depan :
- Nama Lengkap ,
- jenis kelamin,
- Umur
- Alamat
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Nama Ayah
- Pekerjaan
- Nomor Registrasi
2. Halaman Belakang :
- Tanggal masuk ,
- Tanggal keluar
- Kode Diagnosis
- Kode Dokter
- Ruang
Cara penyimpanan :
Berdasarkan Permenkes No 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis, berkas rekam
medis harus disimpan dengan tata-cara tertentu: Selain itu, karena berkas rekam
medis termasuk arsip seperti pada ketentuan yang ditunjuk dalam UU No. 7/1971
Perlindungan tersebut meliputi tempat atau alat yang digunakan untuk menaruh,
informasi yang dihasilkan dan yang diterima). Keselamatan arsip dari bahaya atau
kerusakan dan pencurian oleh orang yang tak bertanggung jawab dan usaha
c) Mudah pengembaliannya.
A. Sentralisasi
B. Desentralisasi
penyimpanan berkas rekam medis secara sentral yaitu suatu sistem penyimpanan
dalam satu kesatuan (folder). Berkas rekam medis rawat jalan, gawat darurat dan
rawat inap milik seorang pasien disatukan dalam satu folder (map).
berkas rekam medis milik seorang pasien berada dalam satu folder.
a) Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat jalan dan unit
rawat inap.
b) Filing (tempat penyimpanan) berkas rekam medis harus jaga 24 jam, karena
Berkas rekam medis yang disimpan ke dalam rak penyimpanan tidak ditumpuk
melainkan disusun berdiri sejajar satu dengan yang lain. Penjajaran berkas
rekam medis mengikuti urutan nomor rekam medis dengan 2 cara yaitu:
A. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing =
SNF)
Sistem penjajaran yang diterapakan pada Bagian Rekam Medis Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Cepu adalah sistem penjajaran Sistem Angka Akhir
(Terminal Digit Filing = TDF). Sistem penjajaran dengan sistem angka akhir
atau TDF yaitu sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan
mensejajarkan folder berkas rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam
medis pada 2 angka kelompok akhir. Untuk menjalankan sistem ini, terlebih
dahulu disiapkan rak penyimpanan dengan membaginya menjadi 100 seksi
(section) sesuai dengan 2 angka kelompok akhir tersebut, mulai dari seksi 00;
01; 02 dan seterusnya sampai seksi 99. Kemudian cara menyimpannya pada
setiap seksi diisi folder berkas rekam medis dengan nomor rekam medis
dengan 2 angka kelompok akhir yang sama sebagai digit pertama (primary
digit) sebagai patokan. Selanjutnya secara berturut-turut (dibelakangnya)
dengan berpatokan pada 2 angka kelompok tengah sebagai digit kedua
(secondary digit) dan patokan berikutnya pada 2 angka kelompok akhir
sebagai digit ketiga (tertiary digit). Contoh nmor-nomor dengan 6 angka, yang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka.
Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan, angka
kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak di tengah dan angka ke tiga
adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
04 17 86
jumlah rekam medis yang hampir sama setiap harinya untuk setiap section
e) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap
f) Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan bisa dihindarkan
timbulya rak-rak kosong.
a) Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem angka
akhir, mungkin lebih lama dibandingkan latihan menggunakan sistem nomor
langsung, tetapi umumnya petugas dapat dilatih dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
3. Kode Warna
Penyimpanan berkas rekam medis seringkali terjadi kesalahan letak. Hal ini
terjadi karena banyaknya berkas rekam medis yang harus diambil dan disimpan
setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sistem
penjajaran TDF atau MDF, dapat diberi kode warna sesuai dengan 2 angka
kelompok yang digunakan patokan penyimpanan (TDF 2 angka kelompok akhir).
Kode warna yang dimaksud adalah setiap angka diberi tanda warna tertentu yaitu:
dan pemusnahan yaitu Permenkes 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis dan
tahun 1995 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir dasar Rekam Medis dan
rekam medis yang memiliki nilai guna. Untuk itu, maka dilakukan kegiatan
Penyisiran, Retensi, Penilaian nilai guna rekam medis dan Pengabadian serta
Penyisiran berkas rekam medis yaitu suatu kegiatan pengawasan rutin terhap
kemungkinan kesalahan letak berkas rekam medis dan mengembalikannya pada
letaknya sesuai dengan sistem penjajaran yang digunakan. Ketika kegiatan ini
dilakukan, bersamaan itu pula dilakukan pencatatan berkas rekam medis yang
sudah saatnya diretensi.
Retensi atau penyusutan berkas rekam medis yaitu suatu kegiatan memisahkan
antara berkas rekam medis yang masih aktif dengan berkas rekam medis yang
dinyatakan non aktif atau in-aktif. Tujuannya adalah mengurangi beban
penyimpanan berkas rekam medis dan menyiapkan kegiatan penilaian nilai guna
rekam medis untuk kemudian diabadikan atau dimusnahkan. Kegiatan retensi
dilakukan oleh petugas penyimpanan (filing) secara periodik misalnya setiap
bulan, tribulan atau tahunan tergantung banyaknya berkas rekam medis yang
disimpan. Berkas rekam medis yang telah diretensi harus disimpan pada ruang
terpisah dari berkas rekam medis aktif dengan cara mengurutkan sesuai dengan
sistem penjajaran Angka Akhir (Terminal Digit Filing = TDF). Bagian Rekam
Medis RS PKU Muhammadiyah Cepu dalam melaksanakan retensi pasien rawat
jalan dan
rawat inap setelah 5 tahun tak datang berobat karena meninggal atau sebab lain sudah
harus diretensi untuk disimpan pada ruang filing in-aktif. Penyimpanan pada ruang
inaktif tersebut selama 2 tahun baru kemudian dilakukan pengabadian atau
pemusnahan.
C. Penilaian Nilai Guna Rekam Medis.
Penilaian nilai guna rekam medis yaitu suatu kegiatan penilaian terhadap formulir-
formulir rekam medis yang masih perlu diabadikan atau sudah boleh dimusnahkan.
Penilaian nilai guna ini dilakukan oleh Tim Pemusnah berkas rekam medis yang
ditetapkan oleh direktur rumah sakit atau pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Tim
Pemusnah berkas rekam medis mempunyai tugas membantu direktur rumah sakit
dalam penyeleggaraan pemusnahan rekam medis dengan memperhatikan nilai guna
sesuai peraturan yang berlaku. Tim tersebut terdiri dari : Komite Rekam Medis atau
Komite Medis sebagai ketua, petugas rekam medis senior sebagai sekretaris, dengan
beranggotakan dari unsur tata usaha, perawat senior dan tenaga lain yang terkait.
Tata cara penilain formulir rekam medis : berkas rekam medis yang dinilai adalah
berkas rekam medis yang telah 2 tahun inaktif. Indikator yang digunakan untuk
menilai berkas rekam medis inaktif yaitu
b) Mempunyai nilai guna primer yaitu: Administrasi, Hukum, Keuangan dan Iptek.
Peminjaman berkas rekam medis adalah keluarnya berkas rekam medis dari tempat
penyimpanan, karena diperlukan oleh pihak lain. Karena arsip tersebut dipinjam,
sehingga tidak berada pada tempatnya, maka perlu adanya pencatatan supaya petugas
rekam medis dapat mengetahui dimana berkas rekam medis berada, siapa yang
menggunakan, kapan dipinjam dan bilamana harus dikembalikan. Berkas rekam
medis bersifat tertutup, oleh sebab itu perlu diatur prosedur peminjamannya, baik
untuk keperluan intern maupun ekstern organisasi. Hal-hal yang perlu diatur dalam
tata cara peminjaman arsip antara lain: Siapa yang berwenang memberi ijin
peminjaman, Siapa yang diperbolehkan meminjam, Penetapan jangka waktu
peminjaman, Tata cara peminjaman, semua peminjam harus dicatat pada lembar
peminjaman berkas rekam medis. Dengan adanya pengaturan tersebut, maka
peminjaman berkas rekam medis dapat dilakukan dengan tertib dan lancar.
Pencatatan tentang peminjaman hendaknya dilakukan dengan menggunakan formulir
khusus yang disebut bon pinjam/out slip. Lembar peminjaman berkas rekam medis
diisi rangkap 2 dengan fungsi masing-masing sebagai berikut: Lembar Peminjaman
Berkas rekam medis I (putih) disimpan oleh petugas penyimpanan berdasarkan
tanggal pengembalian berkas rekam medis, berfungsi sebagai bukti peminjaman.
Lembar Peminjaman Berkas rekam medis II (hijau) disertakan pada peminjam.
Pelaksaan pengambilan berkas rekam medis dari rak penyimpanan dilakukan oleh
petugas filing berdasarkan nomer rekam medis yang ditulis pada tracer (out guide)
Lembaran kertas tebal atau karton plastik yg dipergunakan sebagai penunjuk dan
pengganti/mewakili rekam medis yg diambil/dipinjam dari rak penyimpanan.
Dibuat dari karton /plastik tebal à awet tidak mudah kusut atau robek dengan lain
(menyolok)
g) Jens-jenis guide :
Pengiriman berkas rekam medis adalah mengantar kembali berkas rekam medis
2. Setiap lima tahun sekali dilakukan retensi dari aktif ke non aktif
3. Dilakukan peremajaan map dimana map yang sudah rusak dan berkas
rekam medis masih berjalan aktif
Rekam Medis merupakan rekaman permanen dan legal yang harus mengandung
isian yang cukup tentang :
- Identitas pasien
.”
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam
ialah : Bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan
antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai
berlaku.
Bab VI
PENDAFTARAN
P
E
S R
U N BELUM
D A
A H
H
B
E KI
R B
O
B
KIUP
A
M T
e ? BRM
m dan No
b RM
aw Baru
a
Tidak
KIB
Ya
KIUP
Tracer
Fillin
g
BR
M
BRM
Klin
ik
2. Prosedur penerimaan pasien rawat jalan :
a.Pasien baru
identitas lainnya
yang dikehendaki
dikehendaki.
yang dikehendaki.
- Pasien pulang
- Singkatan dan symbol yang digunakan adalah yang diakui oleh panitia
RM
- Perkembangan
- Diagnosis akhir
Sakit Kegunaan :
5. Macam-macam kasus a.
Kasus pemerkosaan
· Penderita dengan kasus pemeriksaan di UGD
(diantar dari kepolisian) diperiksa oleh dokter
triase/jaga, kemudian koordinasi dengan obsgyn
bila diperlukan.
b. Kasus Kriminal
kasus kriminal
B.Thiopental/Pentotal/Thiopentone
Diantara beberapa barbiturat dengan masa kerja sangat singkat,
thiopentone merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk
induksi anestesi dan banyak digunakan dalam bentuk kombinasi
dengan anestetik inhalasi lainnya . Dengan penggunaan dalam klinis
yang telah lebih dari 50 tahun, dapat dikatakan thiopentone merupakan
obat standar dari golongan barbiturat kerja sangat singkat .
Thiopentone dikemas dalam bentuk tepung warna kuning dan berbau
belerang. Sebelum digunakan dianjurkan dilarutkan dengan akuades
steril dalam larutan 2,5% (1 ml = 25 mg) atau 5% (1 ml = 50 mg) dan
disuntikan perlahan-lahan. Dalam waktu 30 – 40 detik, penderita akan
tertidur setelah disuntik secara intravena dan kesadaran akan pulih
setelah 20 – 30 menit. Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10 – 11,
sehingga jika sampai keluar vena akan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat. Suntikan intraarterial akan menimbulkan vasokonstriksi dan
nekrosis jaringan.
Bergantung pada besar dosis dan kecepatan suntikan, obat ini
akan menyebabkan sedasi, hipnosis, anestesia dan depresi nafas.
Selain itu, obat ini bersifat antikonvulsan dan diduga dapat melindungi
otak akibat kekurangan oksigen, karena obat ini menurunkan aliran
darah otak, menurunkan tekanan likuour dan tekanan intra kranial.
Dosis rendah bersifat anti-analgesi.
Meskipun dosis thiopentone yang dianjurkan untuk induksi
anestesi adalah antara 3 – 5 mg/kgBB, tapi ini bervariasi antara pasien
yang satu dengan yang lain. Hal ini paling banyak disebabkan oleh
efek tambahan dari obat premedikasi atau obat lain, selain juga
disebabkan oleh penyakit yang ada sebelumnya (seperti hipovolemi
atau penyakit jantung) atau usia tua.
Beberapa ahli anestesi secara rutin memberikan lebih dahulu dosis
kecil thiopentone (25 – 50 mg, disebut sebagai test dose), untuk
meyakinkan bahwa obat tersebut tidak masuk ke dalam jaringan
subkutan dan untuk mengetahui respon dari pasien sebelum
memberikan dosis yang sebenarnya.
Metabolisme thiopentone terutama terjadi di hepar, dan hanya
sebagian kecil (kurang dari 1%) thiopentone akan dikeluarkan lewat
urin tanpa mengalami perubahan. Metabolisme thiopentone terjadi
sangat lambat dan akan didistribusikan ke hati. Rata-rata metabolisme
thiopentone adalah 10% - 16% perjam pada manusia setelah
pemberian dosis tunggal.
Pulih sadar yang cepat setelah pemberian disebabkan oleh karena
pemecahan thiopentone dalam hepar yang cepat. Thiopentone dalam
jumlah kecil masih dapat ditemukan dalam darah 24 jam setelah
pemberian.
C. Propofol
Propofol berupa larutan berwarna putih susu yang tidak larut
dalam air, termasuk golongan alkilfenol dengan nama kimia
diisoprofil fenol. Propofol merupakan suatu emulsi lemak yang terdiri
dari 1% air; 10% minyak kedelai; 1,3%fosfatida telur dan 2,5%
gliserol. Formula ini menyebabkan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan yang diakibatkan karena iritasi lokal, sehingga untuk
mengurangi rasa nyeri dapat diberikan lidokain sebelumnya. Propofol
bersifat isotonis dengan pH netral, harus disimpan pada suhu kurang
dari 25OC, dan jika tidak diberikan dalam 6 jam setelah dibuka
sebaiknya dibuang untuk menghindari kontaminasi dengan bakteri.
Dosis bolus untuk induksi adalah 1,5 – 3 mg/kgBB dan untuk
rumatan adalah 4 – 12 mg/kgBB/jam. Dosis bolus untuk sedasi adalah
0,2 mg/kgBB dan untuk kontinyu 1 mg/kgBB. Pada usia 55 tahun
lebih dosis diturunkan dan untuk wanita hamil dan anak kurang dari 3
tahun tidak dianjurkan.
Propofol mempunyai sifat lipofilik yang tinggi, sehingga
dengan cepat didistribusikan dari darah ke jaringan. Kadar dalam
plasma akan cepat sekali menurun dengan waktu paruh rata-rata 2,5
menit. Metabolisme propofol yang utama adalah di hati, selain di
paru-paru dan ginjal. Ekskresi melalui urin (88%) dan melalui tinja
(3%). Kurang dari 0,3% diekskresi dalam bentuk asal. Sisanya berupa
metabolit dalam bentuk konjugasi / gabungan yang terdiri dari 1 dan 4
glukoronida propofol.
Propofol menurunkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial. Pada dosis induksi sering menyebabkan penurunan
volume tidal bahkan apneu, jarang terjadi spasme laring. Laju jantung
sedikit berubah, tekanan darah turun karena penurunan tahanan pada
pembuluh darah sistemik. Pada pemakaian propofol tidak
mempengaruhi fungsi saluran cerna, fungsi hati dan fungsi ginjal.
Jarang menimbulkan reaksi hipersensitivitas karena imunoglobulin
dan histamin dalam plasma tidak dipengaruhi.
D.Keminta
Merupakan derivat dari phenicyclidine, larut dalam air, jernih,
tidak berwarna, pH 3,5 – 5,5. Termasuk dalam golongan non –
barbiturat yang menimbulkan anestesia dengan cepat dan efek
analgesik yang dalam. Selain itu juga menghasilkan keadaan yang
disebut sebagai dissosiative anestesia.
Induksi anestesi diberikan dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB
intravena, dengan dosis pemeliharaan adalah 0,5 mg/kgBB. Efek
analgesik dan kehilangan kesadaran setelah 30 detik pemberian intra
vena dan setelah 5 – 8 menit pemberian intramuskuler.
Ketamin hampir seluruhnya dimetabolisme dalam tubuh,
sangat sedikit yang diekskresikan (lewat urin) tanpa mengalami
perubahan. Metabolisme utama terjadi di hepar. Ketamin mempunyai
kelarutan yang tinggi dalam lemak, dan kecepatan metabolisme
tergantung pada aliran darah ginjal. Norketamin merupakan metabolit
dari ketamin yang masih bersifat aktif.
Ketamin menyebabkan peningkatan tekanan darah tergantung
dari dosis yang diberikan. Selain itu juga meningkatkan isi semenit
jantung (cardiac output), laju jantung, curah jantung, tekanan darah
arteri paru, kebutuhan oksigen jantung karena rangsangan langsung
SSP sehingga tonus simpatis meningkat dan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah tepi. Ketamin tidak menyebabkan
pelepasan histamin. Induksi anestesi dengan ketamin juga dapat
meningkatkan tekanan cairan serebrospinal dan tekanan intraokuler.
Depresi pernafasan minimal, dan akan meningkat bila dosis
yang diberikan cukup besar. Tonus otot akan meningkat selama
induksi anestesi, pada wanita hamil akan meningkatkan tonus uterus.
Refleks laring dan faring biasanya tetap terjaga.
Pemulihan terjadi secara lambat dan bertahap, seringkali
disertai dengan mimpi buruk yang tidak menyenangkan, diikuti
adanya suara dan gerakan yang tak terkoordinir. Penyulit tersebut
dapat dicegah dengan memberikan benzodiazepin sebagai premedikasi
atau saat penderita mulai bangun.
E. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepin agonis yang mempunyai
diazepam, larut dalam air dan dapat dicampur dengan larutan infus dan
stabil secara fisik maupun kimiawi untuk 24 jam pada suhu kamar.
F.Diazepam
Termasuk golongan benzodiazepin yang berkhasiat sebagai
dosis rendah akan timbul sedasi, sedang dosis besar bersifat hipnotik.
Dosis untuk induksi antara 0,2 – 1 mg/kgBB. Induksi sampai tidur
biasanya perlu dosis yang besar. Diazepam jangan dicampur dengan
obat-obatan lain dan harus disuntikkan dalam vena besar untuk
menghindari tromboflebitis.
G.Fentanil
Merupakan opioid agonis poten, turunan dari fenilpiperidin.
morfin atau 750 sampai 1250 kali lebih kuat dibanding petidin.
Ekskresi melalui empedu dan urin, berada dalam feses dan urin dalam
bentuk metabolit lebih dari 72 jam setelah pemberian dan kurang dari
16. Kewaliban dokter dan perawat mengisi rekam medis secara lengkap
,benar ,jelas ,akurat ,tepat waktu,tanpa coretan
BAB VIII
SISTEM PELAPORAN
table atau grafik yang sesuai dengan kebutuhan. Pelaporannya antara lain :
Laporan harian kegiatan rumah sakit dari setiap ruangan,baik dari ruang
rawat inap yang berupa sensus harian pasien rawat inap, ataupun
formulir lainya yang telah diisi oleh bagian masing-masing. Laporan
tersebut diolah oleh bagian pengolah data sehingga laporan tersebut sesuai
dengan kebutuhan untuk mengisi RL dan rumah sakit, pengolahan ini
dilakukan secara manual.
2. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit (RL 2a)
dan Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit (RL
2b). Laporan harian yang berasal dari berkas Rekam Medis yang
dikodifikasi berdasarkan ICD-10, direkapitulasi secara mingguan, yang
kemudian didibuatkan secara bulanan dan dilaporkan secara triwulan. Hal
ini dilakukan baik secara manual maupun komputerisasi melalui proses
indeks untuk masing-masing jenis penyakit yang dikelompokkan menurut
DTD seperti yang terdapat pada formulir RL 2a dan 2b. Dalam membuat
laporan untuk RL 2a dan 2b, harap diperhatikan tentang koding yang
hanya ada di RL 2a saja atau di RL 2b saja. Misalnya di RL 2a, untuk
koding kontrol kehamilan, imunisasi, control setelah melahirkan tentunya
tidak ada di RL 2a tetapi lebih ke RL 2b. Di RL 2b juga tidak ada koding
untuk ibu melahirkan atau bayi baru lahir, tetapi lebih ke RL 2a. Juga
harap diperhatikan tentang jenis kelamin untuk diagnose tertentu,
penyakit rawat inap dan rawat jalan. Harap diperhatikan tentang kode
yang berhubungan dengan ibu melahirkan normal, bayi baru lahir dengan
penyakit tersebut, maka dapat dibuatkan table atau grafik dalam bentuk
pie, untuk melihat secara jelas penyakit mana yang banyak diderita
pasien.
penyakit yang diderita pasien, sehingga dari periode tanggal 1-10 tersebut
5. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) yaitu data mengenai jumlah TT yang
tersedia dirumah sakit dan fasilitas yang ada di unit rawat jalan/
poliklinik yang menyediakan pelayanan dokter spesialis/sub spesialis
untuk menangani pasien. Dapat disajikan data tentang perkembangan
tempat tidur dirumah sakit atau bias juga tentang data pelayanan spesialis
atau subspesialis apa yang ada dirumah sakit tersebut.
6. Untuk Data RL 4 (mengenai Data Ketenagaan Rumah Sakit), disajikan tentang jumlah
semua tenaga yang bertugas dirumah sakit, baik tenaga dokter, perawat maupun petugas
lainnya. Dengan data ini bias disajikan tentang berapa tenaga dokter, perawat atau yang
lainnya, misalnya : Penyajian data tentang tenaga kesehatan yang ada disebuah rumah sakit,
bisa diambil data dari RL 4 tentang tenaga kesehatan saja, kemudian dipilah menjadi beberapa
bagian atau diklasifikasikan berdasarkan tanaga medis, keperawatan, farmasi, dan lain-lain
seperti yang ada di RL 4 halaman 1 s/d 4. Dapat pula dibandingkan dengan RL yang lainnya.
Misalnya tenaga perawat dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat setiap hari.
8. RL 5 merupakan data tentang data peralatan medic rumah sakit. Laporan ini berisi
jumlah, umur, kapasitas, kondisi dan izin operasional serta kalibrasi peralatan yang ada
dirumah sakit. Dengan format RL 5 ini, rasanya sudah cukup untuk menilai suatu alat lain
atau tidak untuk dipergunakan.
9. Pada Rl 6 (Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit) dapat disajikan tentang infeksi
noaokomial yang ungkin terjadi selama masa perawatan yang berasal dari ruang perawatan
rumah sakit. Dari laporan harian dapat dibuatkan laporan secara bulanan. Dari data tersebut
mengklasifikasikan masing-masing infeksi yang terjadi selama perawatn di rumah sakit dan
Laporan ini dilakukan bila permintaan mendadak dari direktur maupun dinas kesehatan dengan
versi sesuai kebutuhan.