Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal


ISSN : Cetak 2252-9721

GAMBARAN PERESEPAN OBAT ANTIDIABETES MELITUS ORAL


PADA PASIEN PROLANIS DI DOKTER KELUARGA KECAMATAN PEGANDON
KABUPATEN KENDAL PERIODE BULAN JANUARI-FEBRUARI TAHUN 2015

Tantri Vidliana1, Heru Purnomo2, Melani Dewi2


1
RSUD Batang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email: melanie.anggoro@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula dalam darah melebihi batas normal sebagai akibat dari kelainan sekresi
insulin. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan obat antidiabetes
melitus oral pada pasien PROLANIS di dokter keluarga Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal
periode Januari-Februari 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan secara prospektif
terhadap resep. Hasil: hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit DM lebih banyak
terjadi pada kalangan perempuan 16 pasien (64%) serta diderita pasien berusia 51 - 60 tahun sebesar
12 pasien (48 %). Terapi antidiabetes melitus yang sering diberikan yaitu kombinasi golongan
sulfonilurea (glimepirid) dan golongan biguanida (metformin) sebesar 16 resep (64%). Penyakit
penyerta yang banyak diderita oleh pasien DM Tipe 2 anggota PROLANIS yaitu hipertensi sebanyak
5 pasien (20%).

Kata kunci: diabetes mellitus, PROLANIS, peresepan

ABSTRACT
Introduction: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease characterized by increased blood sugar
levels exceeding normal limits as a result of insulin secretion abnormalities. Method: This study
aimed to find out the description of prescribing oral antidiabetes melitus medication in PROLANIS
patient at family doctor of Pegandon sub-district, Kendal Regency, period January-February 2015.
This research is descriptive method conducted prospectively toward prescription. Results: The
results showed that the incidence rate of DM disease was more prevalent among women 16 patients
(64%) and suffered by patients aged 51-60 years by 12 patients (48%). The usual antidiabetes
mellitus therapy is a combination of sulphonylurea (glimepirid) and biguanide (metformin) groups of
16 recipes (64%). Disease that many sufferers suffered by DM Type 2 patient PROLANIS namely
hypertension as much as 5 patient (20%).

Keywords: diabetes mellitus, PROLANIS, prescription

PENDAHULUAN menegakkan diagnosa DM pada orang dewasa


Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang bukan merupakan golongan usia lanjut.
yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi Intoleransi glukosa pada usia lanjut berkaitan
glukosa darah disertai munculnya gejala utama dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang,
yang khas, yakni urine yang berasa manis berkurangnya massa otot, penyakit penyerta,
dalam jumlah yang besar (Bilous & Donelly, penggunaan obat-obatan, disamping karena
2014). Penyakit DM dikategorikan menjadi pada usia lanjut sudah terjadi penurunan
dua yaitu DM Tipe 1 dan DM Tipe 2. Pada sekresi insulin dan resistensi insulin
umumnya DM Tipe 2 yang tidak bergantung (Misnadiarly, 2006).
pada insulin (non insulin dependent diabetes
melitus) diderita pada usia lanjut. Beberapa Faktor peningkatan pendapatan perkapita dan
ahli berpendapat bahwa meningkatnya umur, perubahan gaya hidup terutama di kota besar
maka intoleransi terhadap glukosa juga menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
meningkat. Jadi, untuk golongan usia lanjut degeneratif di negara berkembang akibat
diperlukan batas glukosa darah yang lebih peningkatan kemakmuran. Diperkirakan
tinggi daripada batas yang dipakai untuk jumlah pasien DM di dunia akan mencapai 306
46
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

jiwa pada tahun 2020. Sedangkan di Indonesia METODE


didapatkan prevalensi DM sebanyak 1,5 – 2,3 Desain penelitian yang digunakan adalah
% (Misnadiarly, 2006). penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
Perkembangan penyakit DM di Kabupaten peristiwa penting yang terjadi pada masa kini
Kendal menempati urutan kedua berdasarkan (Nursalam, 2008). Pengambilan data dilakukan
daftar 10 penyakit terbesar pada pasien dengan metode prospektif terhadap sumber
rawat jalan di RSUD Dr. H. Soewondo data sekunder yang beupa resep antidiabetes
selama bulan Januari sampai dengan oral pada pasien PROLANIS di dokter
Desember 2015 dengan persentase 17,54 % keluarga Kecamatan Pegandon Kabupaten
atau sejumlah 7.886 pasien. Mengingat begitu Kendal periode Januari-Februari 2015.
tingginya angka kejadian serta pentingnya
penanganan secara tepat terhadap penyakit Populasi dalam penelitian ini adalah semua
DM dan komplikasi yang ditimbulkan, maka resep yang mengandung obat antidiabetes oral
perlu dilakukan terapi baik farmakologi yang diresepkan untuk pasien PROLANIS di
maupun nonfarmakologi yang rasional. Dalam dokter keluarga Kecamatan Pegandon
usaha untuk mendapatkan pengobatan yang Kabupaten Kendal periode Januari-Februari
sesuai tentang suatu penyakit perlu 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah
dilakukan identifikasi pola penyakit maupun semua dari populasi yang memenuhi kriteria
pola penggunaan obat yang nantinya dapat inklusi. Sedangkan kriteria inklusi dalam
digunakan untuk menentukan kesesuaian penelitian ini adalah semua resep yang
penggunaan antidiabetes melitus dengan mengandung obat antidiabetes oral yang
standar tertentu sehingga terapi yang diresepkan untuk pasien PROLANIS di dokter
dilakukan memberikan outcome yang keluarga Kecamatan Pegandon Kabupaten
diinginkan (Setiawan & Andayani, 2007). Kendal periode Januari-Februari 2015
sejumlah 25 resep. Teknik sampling yang
Tujuan utama terapi adalah meningkatkan digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling
kontrol glikemik dan menurunkan berat badan jenuh. Sampling jenuh adalah sampling yang
pasien DM yang obesitas. Selain itu terapi prosesnya berdasarkan sudah jenuh atau belum
dilakukan untuk mengurangi faktor risiko sampel. Sampel dikatakan jenuh jika sampel
penyakit kardiovaskular (Cardiovasculer yang terpilih sudah lebih setengah dari
Disease, CVD) seperti hiperlipidemia dan populasi (Isgiyanto, 2009).
hipertensi, yang berkontribusi terhadap 70% -
80% kematian akibat DM Tipe 2. DM HASIL
merupakan penyakit menahun yang akan A. Karakteristik Pasien
diderita seumur hidup dan bersifat degeneratif, Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin dan
karena itu perlu dicegah untuk mengurangi umur pasien. Hasil dapat dilihat pada tabel 1
mortalitas pasien DM dengan pemilihan dan 2.
pengobatan antidiabetes. Petunjuk NICE
mengenai pemilihan obat dan urutan obat B. Karakeristik Obat
untuk pasien DM Tipe 2 yaitu metformin, Karakteristik obat berdasarkan penggunaan
sulfonilurea, tiazolidindion, inhibitor terapi obat tunggal dan kombinasi, berdasarkan
dipeptidyl-4, agonis GLP-1 (seperti eksenatida penyakit penyerta dan penggunaan obat
atau liraglutida), akarbose, NPH insulin antihipertensi dan antidiabetes. Hasil dapat
(Bilous & Donelly, 2014). dilihat pada tabel 3-5.

Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Laki-laki 9 36,00 %
2. Perempuan 16 64,00 %
Total 25 100 %

47
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 2.
Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Umur
No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 40 – 50 7 28,00 %
2. 51 – 60 12 48,00 %
3. 61 – 70 6 24,00 %
Total 25 100 %

Tabel 3.
Distribusi Pola TerapiAntidiabetes Melitus Oral Berdasarkan Penggunaan Terapi Obat
Tunggal dan Kombinasi
No. Pola terapi Golongan Obat Frekuensi Presentase (%)
Sulfonilurea Glimepiride 1 4,00 %
1. Tunggal
Biguanida Metformin 8 32,00 %
Sulfonilurea + Glimepiride +
2. Kombinasi 16 64,00 %
Biguanida Metformin
Total 25 100 %

Tabel 4.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Penyakit Penyerta
Jenis penyakit
No. Penyakit penyerta Frekuensi Persentase (%)
penyerta
1. Ada Hipertensi 5 20,00 %
2. Tidak ada - 20 80,00 %
Total 25 100 %

Tabel 5.
Distribusi Penggunaan Obat Antihipertensi dan Antidiabetes pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2
Penyakit penyerta Pola terapi Frekuensi Persentase (%)
Glimepiride + Amlodipin 1 4,00 %
Metformin + Amlodipin 3 12,00 %
Ada
Metformin + Amlodipin +
1 4,00 %
Captropil

PEMBAHASAN distribusi lemak tubuh menjadi mudah


A. Karakteristik Pasien terakumulasi akibat proses hormonal tersebut
Besarnya frekuensi DM di kalangan sehingga wanita berisiko menderita DM Tipe 2
perempuan bisa menjadi indikasi bahwa (Trisnawati & Setyorogo 2013).
perempuan lebih rentan terkena DM, karena
jenis kelamin merupakan faktor risiko penyakit Distribusi pasien DM Tipe 2 berdasarkan usia
DM yang tidak dapat diubah (Fatimah, 2015). menunjukkan bahwa DM Tipe 2 prevalensinya
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hapsari lebih tinggi pada usia di atas 51 - 60 tahun
(2014), yang menyatakan bahwa kejadian DM sebanyak 12 pasien dengan persentase 48,00 %
Tipe 2 itu lebih banyak terjadi pada perempuan dan paling sedikit terdapat pada usia 61- 70
dibandingkan laki-laki. Prevalensi DM Tipe 2 sebanyak 6 pasien dengan persentase 24,00 %.
di Amerika lebih sering terjadi di kalangan Peningkatan jumlah penderita DM Tipe 2,
perempuan meskipun belum diketahui secara sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko
pasti bagaimana mekanismenya. Selain itu, yang tidak dapat diubah yaitu umur ≥45
perempuan lebih berisiko mengidap DM tahun. Faktor yang menunjang tingginya angka
karena secara fisik wanita memiliki peluang prevalensi DM Tipe 2 pada usia lanjut adalah
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih proses yang berhubungan dengan umur tua
besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual karena adanya gangguan disfungsi sel β
syndrome), pasca-menopouse yang membuat
48
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pankreas dan resistensi insulin serta Pada tabel 5 menunjukkan penggunaan obat
kegemukan atau obesitas (Fatimah, 2015). antihipertensi dan antidiabetes pada pasien
DM Tipe 2 adalah golongan Calcium-Channel
B. Karakteristik Obat Blocker (CCB) (amlodipin) sebanyak 4 resep
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pola terapi dengan persentase 16% dan golongan
antidiabetes melitus yang diresepkan oleh Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor
dokter. Hasil yang diperoleh adalah (ACE-inhibitor) (captropil) sebanyak 1 resep
penggunaan obat kombinasi lebih banyak dengan persentase 4%.
digunakan daripada obat tunggal. Dari 25 resep
dapat diketahui bahwa pemakaian obat tunggal Golongan CCB dan ACE-inhibitor merupakan
sebanyak 9 resep dengan persentase 36,00 %. obat antihipertensi pilihan pertama atau yang
Untuk peresepan tunggal banyak menggunakan ideal untuk merawat pasien hipertensi disertai
golongan biguanida (metformin) sebanyak 8 DM karena kedua obat bekerja untuk
pasien dengan persentase 32,00 % dan mengurangi resistensi insulin. Sedangkan
glimepirid sebanyak 1 resep dengan persentase golongan ACE-inhibitor merupakan pilihan
4,00 %, serta penggunaan kombinasi golongan pertama yang dianjurkan untuk
sulfonilurea dan biguanida sebanyak 16 resep mengendalikan penyakit hipertensi dengan
dengan persentase 64,00 %. kondisi DM. Mekanisme kerja dari golongan
obat ini yaitu dengan menghambat
Disamping pemilihan jenis antidiabetes perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
melitus, pemilihan dosis antidiabetes melitus II, sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan
secara tepat juga merupakan salah satu sekresi aldosteron yang menyebabkan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan terjadinya sekresi natrium dan air. Golongan
terapi. Pemilihan dosis secara tepat dapat ACE-inhibitor tidak menimbulkan efek
mengurangi risiko terjadinya hipoglikemik samping metabolik pada penggunaan jangka
yang merupakan salah satu efek samping dari panjang yaitu tidak mengubah metabolisme
penggunaan antidiabetes melitus, selain itu karbohidrat maupun kadar lipid dan asam
ketepatan pemilihan dosis antidiabetes melitus urat dalam plasma. Disamping itu golongan
dapat mengurangi risiko terjadinya efek ACE-inhibitor dapat mengurangi resistensi
samping lain yang tidak diinginkan dari insulin, sehingga obat golongan ini sangat
penggunaan antidiabetes melitus seperti menguntungkan untuk penderita DM Tipe 2
anoreksia, mual, flatulen, peningkatan berat yang disertai hipertensi (Hongdiyanto dkk,
badan, nekrosis hati, dan lain-lain (Setiawan & 2014).
Andayani, 2007).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan resep yang diterima pasien DM Simpulan
dapat diketahui pasien tanpa penyakit penyerta 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis
lebih tinggi (80%) dibandingkan pasien DM kelamin, pada laki-laki sebanyak 9 pasien
dengan penyakit penyerta. Penyakit penyerta (36 %) dan pada perempuan sebanyak 16
pada pasien DM Tipe 2, seluruhnya (100%) pasien (64%).
adalah hipertensi. Penyakit DM dengan 2. Distribusi pasien DM Tipe 2 anggota
kadar gula yang tinggi dapat merusak organ PROLANIS di dokter keluarga
dan jaringan pembuluh darah serta dapat Kecamatan Pegandon berdasarkan usia
terbentuknya aterosklerosis, hal tersebut paling banyak diderita pada usia 51 - 60
menyebabkan arteri menyempit dan sulit tahun yaitu 12 pasien (48 %).
mengembang sehingga dapat memicu 3. Obat tunggal yang digunakan dalam
terjadinya hipertensi. Penyakit hipertensi pengobatan penyakit DM Tipe 2 adalah
lebih banyak 1,5 sampai 3 kali lipat golongan sulfonilurea (glimepirid) 1 resep
ditemukan pada penderita DM dibandingkan (4 %) dan golongan biguanida
dengan penderita tanpa DM. Setiap tekanan (metformin) 8 resep (32 %).
5 mmHg tekanan darah sistolik atau 4. Obat kombinasi yang paling sering
diastolik akan meningkatkan risiko penyakit digunakan adalah kombinasi golongan
kardiovaskular sebesar 20 - 30% pada biguanida (metformin) dengan golongan
penderita DM (Hongdiyanto dkk, 2014).

49
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

sulfonilurea (glimepirid) sebanyak 16 Prasetyawati, A.E., 2010, Kedokteran


resep ( 64 %). Keluarga, Rineka Cipta, Jakarta.
5. Penyakit penyerta yang diderita oleh
pasien DM Tipe 2 anggota PROLANIS di Samoh, W., 2014, Evaluasi Ketepatan Obat
dokter keluarga Kecamatan Pegandon dan Dosis Pada Pasien Diabetes
yaitu hipertensi sebesar 5 pasien (20%). Mellitus Tipe II dengan Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit “X”
Saran Surakarta Periode Januari-April 2014,
Bagi pasien agar dapat membangun tekad dan Surakarta.
motivasi diri untuk sehat, menyikapi kondisi
sakit dengan optimis dan melakukan Setiawan, D. & Andayani, T.M., 2007,
penatalaksanaan penyakit DM Tipe 2 sesuai Distribusi Penggunaan Antidiabetes
dengan saran dokter. Pasien harus lebih aktif melitus Oral di Rumah Sakit,
untuk berkonsultasi dengan dokter apabila Purwokerto.
mengalami keluhan terkait penyakit DM Tipe
2. Trisnawati,S.K. & Setyorogo,S., 2013, Faktor
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggali Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
lebih dalam terkait pengobatan dan outcome di Puskesmas Kecamatan Cengkareng
terapi penyakit DM Tipe 2. Jakarta Barat Tahun 2012, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, BPJS Kesehatan, Jakarta.

Bilous, R. & Donelly, R., 2014, Buku


Penanganan Diabetes Edisi Ke 4, Bumi
Media, Jakarta.

Fatimah, R.N., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2,


Lampung.

Hapsari, P.N., 2014, Hubungan Antara


Kepatuhan Penggunaan Obat dan
Keberhasilan Terapi Pada Pasien
Diabetes Mellitus Instalasi Rawat Jalan
di Rs X Surakarta, Surakarta.

Hongdiyanto, H., dkk, Evaluasi Kerasionalan


Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2
Pada Pasien Rawat Inap di Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013,
Manado.

Isgiyanto, A., 2009, Teknik Pengambilan


Sampel, Team Mitra Cendekia,
Jogjakarta.

Misnadiarly, 2006, Diabetes Mellitus :


Gangren, Uler, Infeksi. Mengenal
Gejala, Menanggulangi, dan Mencegah
Komplikasi, Ed.1, Pustaka Populer
Obor, Jakarta.

PERKENI, 2011, Konsensus Pengendalian


dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe2 di Indonesia, Gramedia, Jakarta.
50

Anda mungkin juga menyukai