243-Article Text-290-1-10-20180519
243-Article Text-290-1-10-20180519
ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula dalam darah melebihi batas normal sebagai akibat dari kelainan sekresi
insulin. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan obat antidiabetes
melitus oral pada pasien PROLANIS di dokter keluarga Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal
periode Januari-Februari 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan secara prospektif
terhadap resep. Hasil: hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit DM lebih banyak
terjadi pada kalangan perempuan 16 pasien (64%) serta diderita pasien berusia 51 - 60 tahun sebesar
12 pasien (48 %). Terapi antidiabetes melitus yang sering diberikan yaitu kombinasi golongan
sulfonilurea (glimepirid) dan golongan biguanida (metformin) sebesar 16 resep (64%). Penyakit
penyerta yang banyak diderita oleh pasien DM Tipe 2 anggota PROLANIS yaitu hipertensi sebanyak
5 pasien (20%).
ABSTRACT
Introduction: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease characterized by increased blood sugar
levels exceeding normal limits as a result of insulin secretion abnormalities. Method: This study
aimed to find out the description of prescribing oral antidiabetes melitus medication in PROLANIS
patient at family doctor of Pegandon sub-district, Kendal Regency, period January-February 2015.
This research is descriptive method conducted prospectively toward prescription. Results: The
results showed that the incidence rate of DM disease was more prevalent among women 16 patients
(64%) and suffered by patients aged 51-60 years by 12 patients (48%). The usual antidiabetes
mellitus therapy is a combination of sulphonylurea (glimepirid) and biguanide (metformin) groups of
16 recipes (64%). Disease that many sufferers suffered by DM Type 2 patient PROLANIS namely
hypertension as much as 5 patient (20%).
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Laki-laki 9 36,00 %
2. Perempuan 16 64,00 %
Total 25 100 %
47
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 2.
Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Umur
No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 40 – 50 7 28,00 %
2. 51 – 60 12 48,00 %
3. 61 – 70 6 24,00 %
Total 25 100 %
Tabel 3.
Distribusi Pola TerapiAntidiabetes Melitus Oral Berdasarkan Penggunaan Terapi Obat
Tunggal dan Kombinasi
No. Pola terapi Golongan Obat Frekuensi Presentase (%)
Sulfonilurea Glimepiride 1 4,00 %
1. Tunggal
Biguanida Metformin 8 32,00 %
Sulfonilurea + Glimepiride +
2. Kombinasi 16 64,00 %
Biguanida Metformin
Total 25 100 %
Tabel 4.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Penyakit Penyerta
Jenis penyakit
No. Penyakit penyerta Frekuensi Persentase (%)
penyerta
1. Ada Hipertensi 5 20,00 %
2. Tidak ada - 20 80,00 %
Total 25 100 %
Tabel 5.
Distribusi Penggunaan Obat Antihipertensi dan Antidiabetes pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2
Penyakit penyerta Pola terapi Frekuensi Persentase (%)
Glimepiride + Amlodipin 1 4,00 %
Metformin + Amlodipin 3 12,00 %
Ada
Metformin + Amlodipin +
1 4,00 %
Captropil
pankreas dan resistensi insulin serta Pada tabel 5 menunjukkan penggunaan obat
kegemukan atau obesitas (Fatimah, 2015). antihipertensi dan antidiabetes pada pasien
DM Tipe 2 adalah golongan Calcium-Channel
B. Karakteristik Obat Blocker (CCB) (amlodipin) sebanyak 4 resep
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pola terapi dengan persentase 16% dan golongan
antidiabetes melitus yang diresepkan oleh Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor
dokter. Hasil yang diperoleh adalah (ACE-inhibitor) (captropil) sebanyak 1 resep
penggunaan obat kombinasi lebih banyak dengan persentase 4%.
digunakan daripada obat tunggal. Dari 25 resep
dapat diketahui bahwa pemakaian obat tunggal Golongan CCB dan ACE-inhibitor merupakan
sebanyak 9 resep dengan persentase 36,00 %. obat antihipertensi pilihan pertama atau yang
Untuk peresepan tunggal banyak menggunakan ideal untuk merawat pasien hipertensi disertai
golongan biguanida (metformin) sebanyak 8 DM karena kedua obat bekerja untuk
pasien dengan persentase 32,00 % dan mengurangi resistensi insulin. Sedangkan
glimepirid sebanyak 1 resep dengan persentase golongan ACE-inhibitor merupakan pilihan
4,00 %, serta penggunaan kombinasi golongan pertama yang dianjurkan untuk
sulfonilurea dan biguanida sebanyak 16 resep mengendalikan penyakit hipertensi dengan
dengan persentase 64,00 %. kondisi DM. Mekanisme kerja dari golongan
obat ini yaitu dengan menghambat
Disamping pemilihan jenis antidiabetes perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
melitus, pemilihan dosis antidiabetes melitus II, sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan
secara tepat juga merupakan salah satu sekresi aldosteron yang menyebabkan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan terjadinya sekresi natrium dan air. Golongan
terapi. Pemilihan dosis secara tepat dapat ACE-inhibitor tidak menimbulkan efek
mengurangi risiko terjadinya hipoglikemik samping metabolik pada penggunaan jangka
yang merupakan salah satu efek samping dari panjang yaitu tidak mengubah metabolisme
penggunaan antidiabetes melitus, selain itu karbohidrat maupun kadar lipid dan asam
ketepatan pemilihan dosis antidiabetes melitus urat dalam plasma. Disamping itu golongan
dapat mengurangi risiko terjadinya efek ACE-inhibitor dapat mengurangi resistensi
samping lain yang tidak diinginkan dari insulin, sehingga obat golongan ini sangat
penggunaan antidiabetes melitus seperti menguntungkan untuk penderita DM Tipe 2
anoreksia, mual, flatulen, peningkatan berat yang disertai hipertensi (Hongdiyanto dkk,
badan, nekrosis hati, dan lain-lain (Setiawan & 2014).
Andayani, 2007).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan resep yang diterima pasien DM Simpulan
dapat diketahui pasien tanpa penyakit penyerta 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis
lebih tinggi (80%) dibandingkan pasien DM kelamin, pada laki-laki sebanyak 9 pasien
dengan penyakit penyerta. Penyakit penyerta (36 %) dan pada perempuan sebanyak 16
pada pasien DM Tipe 2, seluruhnya (100%) pasien (64%).
adalah hipertensi. Penyakit DM dengan 2. Distribusi pasien DM Tipe 2 anggota
kadar gula yang tinggi dapat merusak organ PROLANIS di dokter keluarga
dan jaringan pembuluh darah serta dapat Kecamatan Pegandon berdasarkan usia
terbentuknya aterosklerosis, hal tersebut paling banyak diderita pada usia 51 - 60
menyebabkan arteri menyempit dan sulit tahun yaitu 12 pasien (48 %).
mengembang sehingga dapat memicu 3. Obat tunggal yang digunakan dalam
terjadinya hipertensi. Penyakit hipertensi pengobatan penyakit DM Tipe 2 adalah
lebih banyak 1,5 sampai 3 kali lipat golongan sulfonilurea (glimepirid) 1 resep
ditemukan pada penderita DM dibandingkan (4 %) dan golongan biguanida
dengan penderita tanpa DM. Setiap tekanan (metformin) 8 resep (32 %).
5 mmHg tekanan darah sistolik atau 4. Obat kombinasi yang paling sering
diastolik akan meningkatkan risiko penyakit digunakan adalah kombinasi golongan
kardiovaskular sebesar 20 - 30% pada biguanida (metformin) dengan golongan
penderita DM (Hongdiyanto dkk, 2014).
49
Juarnal Farmasetis Volume 4 No 2, Hal 46 - 50, November 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, BPJS Kesehatan, Jakarta.