Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

Perancangan IPAL solo parahgone Mall

Kelompok 4

Rama Soeroso Nia anisti


Anitia Arumsari Dea budi
Ian Septyana Putri Elma Octavya
Ginanjar Trilaksono Musa Arridho
M.Fachri maulana R.Taruna Adi S
Renasmawan

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat setiap tahunnya


mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup masyarakat
tersebut antara lain perubahan pola hidup masyarakat yang lebih konsumtif. Salah
satunya ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pusat perbelanjaan atau mall.
Mall biasanya digunakan sebagai sarana berbelanja sebagai pengganti pasar
tradisional dan sekaligus sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.

Pembangunan mall yang semakin meningkat jumlahnya, selain berdampak


positif, juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut
yaitu adanya limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang ada di dalam mall tersebut,
antara lain limbah dari restoran yang ada di dalam mall, limbah dari kamar mandi, dll.
Adanya limbah tersebut dapat mengurangi nilai estetika dan juga dapat menjadi
sumber berbagai penyakit apabila tidak dikelola dengan baik.

Pengelolaan limbah yang tepat dapat mengurangi dampak negatif yang timbul
dari limbah. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik
limbah yang dihasilkan. Pengolahan limbah yang dilakukan bertujuan menghasilkan
effluent dengan konsentrasi yang berada di bawah baku mutu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Air Buangan


Air buangan atau sering pula disebut air limbah, adalah semua cairan yang dibuang,
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan, maupun
yang mengandung sisa-sisa proses industri. Atau dapat dikatakan bahwa air buangan
merupakan air sisa pemakaian air bersih. Salah satu tujuan pengelolaan air buangan
adalah agar air buangan tidak mencemari badan air penerima ataupun mencegah
tercemarnya badan air penerima.

2.2. Pengolahan Air Buangan


Pada prinsipnya metode pengolahan limbah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
proses, yaitu proses fisika, proses kimia dan proses biologi. Walaupun seringkali
dalam suatu pengolahan ketiga proses ini dikombinasikan, namun dapat juga proses-
proses ini dianggap terpisah.

2.3. Karakteristik Air Buangan


a) ph
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada
besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air
yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan
air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah
dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan
mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme
di dalam air.

b) BOD
Biochemical Oxygen Demand adalah suatu analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi
di dalam air. Angka BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang
terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis
adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat organis
yang berlebih maka bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
selama proses oksidasi tersebut. Peristiwa ini dapat mengakibatkan kematian
ikan-ikan dalam air dan menyebabkan keadaan menjadi anaerobik sehingga
timbul bau pada air tersebut. Mikroorganisme / bakteri yang memerlukan
oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri
aerobik. Sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen, disebut
dengan bakteri anaerobik.
c) COD
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan
dioksidasi oleh Kalium dikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion
krom. Kalium dikromat (K2Cr2O7) digunakan sebagai oksidator (oxidizing
agent). Reaksi oksidasi yang terjadi adalah :
CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr 3+

Reaksi diatas akan membutuhkan kalor dan juga penambahan katalisator perak sulfat
(Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik
diperkirakan terdapat unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat
mengganggu karena dapat teroksidasi oleh kalium dichromat sesuai dengan reaksi
berikut ini :
6Cl- + Cr2O72- + 14H+ → 3Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O

Apabila dalam larutan lingkungan air terdapat unsur klorida, maka oksigen yang
dibutuhkan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya sehingga
seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui
secara benar. Penambahan merkuri sulfat berguna untuk mengikat ion Chlor menjadi
merkuri chlorida mengikuti reaksi berikut ini :

Hg2+ + 2 Cl- → HgCl2

Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan
buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi
oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air
lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian
maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.

d) TSS
Suspended Solid dapat mengakibatkan lumpur yang berlebih dan kondisi
anaerobik ketika air buangan yang tidak diolah dialirkan ke lingkungan akuatik.
e) Minyak dan Lemak
Lemak merupakan komponen ketiga setelah protein dan karbohidrat.
Mengandung alkohol atau gliserol dengan asam lemak. Kontribusi lemak dan
minyak pada buangan domestik adalah mentega, kolesterol, lemak nabati dan
juga terdapat dalam daging, kacang, sereal dll. Lemak merupakan organik yang
stabil yang tidak mudah didekomposisikan oleh bakteri.
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di
atas permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke
lingkungan air akan mengapung menutupi permukaan air. Apabila bahan
buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatil maka akan terjadi
penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan
menyusut. Penyusutan luasan permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya
dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang
cukup lama.

2.4. Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis

Proses pegolahan air limbah secara biologis dapat dilakukan pada kondisi aerobic
(dengan udara), kondisi anaerobic (tanpa udara) atau kombinasi anaerobic atau
aerobic. Proses aerobic biologis biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sdedangkan proses biologis anaerobic
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan BOD yang sangat tinggi.

Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses
biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
system lagoon atau kolam.

Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah system pengolahan dengan


menggunakan aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang
ada dalam air dan mikro-organisme yang digunakan dibiakkan secara tersuspensi di
dalam suatu reactor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan system ini antara
lain: proses lumpur aktif standar/konvensional (standard activated sludge), step
aeration, contact stabilitation, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi
system parit) dan lainnya.

Proses biologis dengan biakkan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana
mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikro-
organisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan
proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan
air limbah dengan cara ini antara lain: tricking filter, biofilter tercelup, reactor kontak
biologis putar (RBC), contact aeration/oxidation dan lainnya.

Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah
dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal
yang cukup lama sehingga dengan aktivitas mikro-organisme yang tumbuh secara
alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat
penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan
proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah
kolam aerasi atau kolam stabilisasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI IPAL

3.1 Letak Geografis Solo Parahgone Mall


Solo Parahgone Mall berlokasi di Jalan Graha Anggrek No. 500, Solo dengan
luas areal 7 Ha, dan luas bangunan 3 Ha.

Adapun dasar dari pemilihan lokasi pabrik ini adalah :

1. Adanya penetapan lokasi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia


kepada investor untuk mendirikan mall di Propinsi Jawa Tengah.
2. Cukup tersedianya fasilitas air, listrik, telepon, dan telex.
3. Sumber daya manusia yang cukup banyak sehingga mudah untuk
mendapatkan tenaga kerja.
Dibangunnya Solo Parahgone Mall membawa dampak yang positif bagi
perkembangan ekonomi Solo. Dengan berdirinya perusahaan ini maka dapat
mengurangi pengangguran dan dapat membuka kesempatan usaha bagi penduduk
sekitarnya. Sementara IPAL dari Solo Parahgone Mall ini akan ditempatkan di
basement dari mall tersebut.

3.2 Sumber Limbah

Mall adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh


bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan yang dikelola secara komersial. Mall
juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan,
penyediaan/penjualan barang-barang dan lain-lain bagi para pengunjungnya, sehingga
dalam aktivitasnya mall juga menghasilkan berbagai limbah cair dan padat layaknya
suatu komplek pemukiman penduduk.
Limbah cair mall adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan
mall yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan
(grey water dan black water). Karena aktivitas yang ada di mall relative sama seperti
layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relative sama seperti yang
ada pada pemukiman. Sumber limbah cair mall tersebut antara lain:
a. Limbah dari kamar mandi dan toilet.
b. Limbah dari kegiatan dapur/restaurant.
3.3 Effluent Standard

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Mal

PARAMETER KADAR MAKSIMUM


BOD 30 mg/lt
COD 50 mg/lt
TSS 50 mg/lt
pH 6-9
Minyak dan lemak 25 mg/liter

BAB IV
METODOLOGI PERANCANGAN

4.1 Tujuan Perencanaan


Tujuan perencanaan ini pada dasarnya adalah untuk membuat suatu sistem
pengolahan air limbah untuk diterapkan pada pusat perbelanjaan atau mall.
4.2 Data-Data Yang Diperlukan
Untuk membuat suatu perencaaan instalasi pengolahan air limbah yang baik,
tentunya diperlukan informasi mengenai data-data penunjang berupa data primer dan
data sekunder.

4.3 Sumber Data


Data-data di atas diperoleh dari berbagai sumber. Tetapi pada umumnya data-
data tersebut diperoleh dari pusat perbelanjaan atau mall itu sendiri dalam hal ini Solo
Parahgone Mall.

4.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan untuk perencanaan ini adalah


dengan melakukan survey (kunjungan) langsung ke daerah perencanaan.

MULAI

PERSIAPAN STUDI

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

ANALISIS

KESIMPULAN & SARAN

SELESAI
BAB V
PERANCANGAN USULAN TEKNIS

5.1 Karakteristik Air Limbah


Karakteristik limbah cair pusat perbelanjaan relative sama dengan limbah cair
pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di mall relative sama dengan aktivitas
yang ada di pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari mall
bergantung dari jumlah toko-toko yang ada dan banyaknya pengunjung. Disamping
itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.
Limbah mall umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Senyawa fisik
1) Berwarna
2) Mengandung padatan
b. Senyawa kimia organic
1) Mengandung karbohidrat
2) Mengandung minyak dan lemak
3) Mengandung protein
4) Mengandung unsure surfactant antara lain detergen dan sabun
c. Senyawa kimia inorganic
1) Mengandung nitrogen
2) Mengandung sulfur
d. Unsure biologi
1) Mengandung protista

TABEL 5.1
Karakteristik Air Limbah
Parameter Satuan Effluent Air Limbah Baku Mutu*

pH 8-9 6-9

COD mg/l 48 50

BOD mg/l 180 30

Total Suspended Solid mg/l 250 50


(TSS)

Minyak dan lemak mg/l 22 25

5.2 Alternative Pengolahan


Untuk memilih teknologi pengolahan limbah cair yang tepat, dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain:
a. Laju aliran limbah
b. Kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah)
c. Ketersediaan lahan
d. Standard air olahan yang diinginkan
e. Kemampuan pembiayaan
Alternative 1

Equalization Bak Anaerobic RBC

GAC Adsorption Ozonisasi Filtration

Alternative 2

Limbah cair Equalization Tricking Filter

Pembuangan Ozonisasi Filtrasi Activated


sludge

Alternative 3

Limbah cair Bak pengendap awal Kolam anaerobik


Pembuangan Bak Pengendapan Akhir Kolam aerobik

5.2.1 Alternative terpilih


Alternatif 3 merupakan alternative terpilih.

Neraca Massa

Q 60m3/hari Q : 60m3/hari

TSS = 250 mg/l TSS :200 mg/l

BOD = 180 mg/l BOD :180 mg/l


Limbah cair Bak pengendap awal Kolam anaerobik

Pembuangan Bak Pengendapan Akhir Kolam aerobik

Q = 60m3/hari Q = 60m3/hari

TSS = 20 mg/l TSS = 50 mg/l


Seluruh airBOD limbah
= 18 mg/l
dialirkan masuk ke bak BOD
pengendap
= 18 mg/l
awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organic tersuspensi. Selain sebagai
bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai
senyawa organic yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontraktor
anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontraktor anaerob
tersebut diisi dengan media dari bahan plasti ke tipe sarang tawon.jumlah bak
kontraktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organic yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerob atau fakultatif aerobic. Setelah
beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film-
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organic yang
belum sempat terurai pada bak pengendap secara anaerobic atau tanpa udara.
Air limpasan dari bak kontraktor anaerobic dialirkan ke bak kontraktor aerobic.
Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob.
Didalam ruang biofilter aerob ini juga diisi dengan media dari bahan plastic tipe
sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara dialirkan ke
tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan
zat organic yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang
tersuspensi dalam air maupaun yang menempel pada permukaan media yang mana
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organic, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammoniak menjadi
lebih besar.
Selanjutnya air dialirkan ke bak pengendap akhir. Didalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme pathogen.
Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan
zat organic (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya.
Proses dengan biofilter anaerob-aerob ini mempunyai beberapa keuntungan
antara lain:
a. Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang menyelimuti permukaan
media atau yang disebut juga biological film.
b. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media
ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solid dan bakteri
E-coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efisiensi
penyaringan akan sangat besar karena adanya biofilter up flow yakni
penyaringan dengan system aliran dari bawah ke atas akan mengurangi
kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran keatas akan mengendap di dasar bak filter. System biofilter
anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan
kimia serta kebutuhan energinya sangat kecil. Proses ini cocok digunakan untuk
mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
c. Dengan kombinasi proses anaero-aerob, efisiensi penghilangan senyawa
phosphor menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan proses anaerob atau
proses aerob saja. Sedangkan energy yang dihasilkan digunakan untuk menyerap
BOD (senyawa organic) yang ada di dalam air limbah. Selama berada pada
kondisi aerob, senyawa phosphor terlarut akan diserap oleh bacteria atau
mikroorganisme yang akan disintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan
energy yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organic (BOD). Dengan
kobinasi proses anaerob-aerob ini dapat menghilangkan BOD maupun phosphor
dengan baik. Proses ini dapat diunakan untuk pengolahan air limbah dengan
beban organic yang cukup besar.

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob-


aerob antara lain yakni:

a. Perawatannya sangat mudah.

b. Biaya operasinya rendah.

c. Jumlah lumpur yang dihasilkan relative lebih sedikit dibandingkan dengan proses
lumpur aktif.

d. Dapat menghilangkan nitrogen dan phosphor yang dapat menyebabkan


eutropikasi.

e. Kebutuhan energy lebih kecil.

f. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

g. Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan lebih baik.


5.3 Detail Preliminary Design

Kapasitas rencana = 60 m3 per hari.

BOD masuk = 180 mg/lt.

TSS masuk = 250 mg/lt.

Efisiensi pengolahan:

BOD = 90%

TSS = 92%

1. BOD tersisih = 90% x 180 mg/lt

= 162 mg/lt

BOD effluent = 180 mg/lt – 162 mg/lt

= 18 mg/lt

2. TSS tersisih = 92% x 250 mg/lt

= 230 mg/lt

TSS effluent = 250 mg/lt – 230 mg/lt

= 20 mg/lt

A. Bak Pengendapan Awal

Kriteria perencanaan:

-
Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m. Dimensi ini dapat
disesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia.
-
Waktu tinggal (residence time) 1,5-3 jam (standar JWWA).

Hasil perhitungan:

Q = 60 m3/hari = 2500 L/jam = 2,5 m3/jam

Q = V/td

V = Q x td

= 2,5 m3/jam x 1,5 jam

= 3,75 m3

Dimensi:
-
Lebar = 1,5 m
-
Panjang = 1,47 m
-
Tinggi = 1,9 m
-
Kedalaman air efektif = 1,7 m
-
Tinggi runag bebas = 0,2 m
-
Diameter inlet = 4”
-
Diameter outlet = 4”
-
Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam
-
Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam (asumsi jumlah limbah 2x
jumlah rata-rata)
-
Jumlah ruang = 2 buah
-
Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14,2 m3/m2 hari
-
Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50 m3/m2 hari (standar JWWA= 20-
50 m3/m2 hari)

B. Biofilter Anaerob
Kriteria perencanaan:
-
Waktu tinggal di dalam reactor = 8 jam
-
Beban BOD per satuan permukaan media = 5-30 g BOD /m2 hari.

Hasil perhitungan:

-
Volume efektif reaktor total = 8/24 x 60 m3 = 20 m3
-
Lebar = 1,5 m
-
Tinggi air efektif = 1,7 m
-
Panjang bak yang diperlukan = 20 m3 /(1,5 m x 1,7 m) = 7,4 m
-
Panjang bak yang ditetapkan = 7,5 m
-
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
-
Jumlah bak = 3 buah
-
Dimensi bak:
Lebar = 1,5 m
Panjang= 2,5 m
Tinggi= 1,9 m
Kedalaman air efektif= 1,7 m
Tinggi ruang bebas= 0,2 m

C. Biofilter Aerob

Kriteria perencanaan: Waktu tinggal di dalam reactor = 4 jam

Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas permukaan media untuk
mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90% dapat dilihat pada table.

Per satuan luas permukaan media.

Inlet BOD mg/l LA BOD / m2 hari


300 30
200 20
150 15
100 10
50 5

Hasil perhitungan:

Jumlah ruang = 2 bak, yakni 1 untuk aerasi dan bak 2 untuk biofilter aerob.

Q = 60 m3/hari = 2500 L/jam = 2,5 m3/jam

Q = V/td
V = Q x td

= 2,5 m3/jam x 2 jam

= 5 m3

Dimensi bak aerasi (bak I)


o Lebar = 1,5 m
o Kedalaman air efektif= 1,7 m
o Panjang= 1,96 m
o Tinggi ruang bebas = 0,2 m
o Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
o Tinggi air diatas bed media= 20 cm

o Q = 60 m3/hari = 2500 L/jam = 2,5 m3/jam

o Q = V/td

o V = Q x td

= 2,5 m3/jam x 2 jam

= 5 m3

Dimensi bak biofilter aerob (bak 2)


o Lebar = 1,5 m
o Kedalaman air efektif = 1,7 m
o Panjang = 2 m
o Tinggi ruang bebas = 0,3 m
o Tinggi air diatas bed media = 20 cm
o Tinggi bed media =1,2 m
D. Bak pengendap akhir

Dimensi:

Q = 60 m3/hari = 2500 L/jam = 2,5 m3/jam

Q = V/td

V = Q x td

= 2,5 m3/jam x 2 jam

= 5 m3

Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif= 1,7m
Panjang= 1,96 m
Tinggi ruang bebas= 0,3 m (disesuaikan dengan kondisi lapangan)

Catatan:
-
Kriteria standar : Waktu tinggal = 2 jam
-
Beban permukaan : 20-30 m3/m2 hari

E. Media pembiakan mikroba

Material: PVC sheet

Ketebalan: 0,15-0,23 mm

Luas kontak spesifk: 200-226 m2/m3

Diameter lubang: 2 cm x 2 cm

Warna: bening transparan

Berat spesifik: 30-35 kg/m3

Porositas rongga: 0,98

F. Pompa air sirkulasi

Kapasitas: 16-30 m3/hari (10-20 lt/menit)

Tipe: pompa celup

Total head: 9 m

Jumlah: 1 buah

Outlet: 1”

Listrik: 100-150 watt, 220-240 volt

G. Blower udara
Kapasitas: 400 lt/menit

Total head: 200 cm air

Listrik: 200 watt, 220 volt

Jumlah: 2 unit

5.4. Sistem Penyaluran Air Buangan

5.5 USULAN BIAYA


Terlampir

BAB VII
PENUTUP

Dari penejelasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:


1. Proses pengolahan limbah cair di mall menggunakan biofilter aerob dan anaerob.
Biolfilter berfungsi sebagai peneyring air limbah sehingga air limbah yang
mengandung susupenden solid dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan sangat besar karena adanya
biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan
mengurangi kecepatan partikel.
2. Faktor – faktor untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat, yaitu :
a. Laju aliran limbah
b. Kualitas air buangan dan sifatnya
c. Ketersediaan lahan
d. Standar air olahan yang di inginkan
e. Kemampuan pembiyaan

Anda mungkin juga menyukai