Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama

untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki

kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki

derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah secara global

diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang

rendah yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan

kesehatan pendidikan dan kebutuhan lainnya. (Depkes RI, 2008).

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan

mampu mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya

kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan

yaitu melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya. Hal ini

merupakan Sistem Pelayanan Kesehatan yang dianut dan dikembangkan

dalam Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta

masyarakat.

Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang

memerlukan dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah :

Pelayanan Kesehatan dasar Puskesmas khususnya Kesehatan Ibu dan

Anak, Perbaikan Gizi, Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit

Menular, Penyuluhan Kesehatan, Perawatan Kesehatan Masyarakat,

Perawatan Usia Lanjut, dan sebagainya. (Departemen Kesehatan RI pada

tahun 2008)
Di Wilayah Dusun Jelegong terdiri dari 2 RW 5 RT terdiri dari KK 298

dengan jumlah penduduk jiwa, kondisi lingkungan di Dusun Jelegong

merupakan daerah pemukiman dengan tanah subur dan tidak berdebu, udara

di wilayah tersebut sejuk, dan terdapat sumur yang menjadi sumber mata air

ke rumah warga untuk kebutuhan sehari-hari bagi warga, suhu daerah Dusun

Jelegong berkisar dari 29oC, dusun Jelegong termasuk dusun paling banyak

penduduknya bila di bandingkan dusun yang lain yang ada di Desa Jelegong.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Membantu dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan yang optimal serta mampu mengenal dirinya sendiri

tentang masalah kesehatan Dusun Jelegong

2. Tujuan Khusus

Tujuan yang ingin dicapai pada Praktek Community Health

Development (CHD), yaitu:

1) Melakukan pengumpulan data komunitas yang berhubungan dengan

kesehatan bersama masyarakat dengan menggunakan format Survey

Kesehatan Masyarakat dari Betty Neuman.

2) Menganalisa data kesehatan yang didapatkan di masyarakat.

3) Merumuskan diagnosa/masalah kesehatan.

4) Melakukan tindakan keperawatan.

5) Menggerakan masyarakat melakukan kegiatan yang telah

direncanakan.

6) Mengubah perilaku kesehatan masyarakat.

7) Melakukan evaluasi keperawatan.


C. MANFAAT LAPORAN

Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat Dusun Jelegong

Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk,

kesehatan lingkungan perumahan, pendidikan, keselamatan dan

permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada /

kegiatan sosial kemasyarakatan.

2. Puskesmas

Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-

kegiatan kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat

Dusun Jelegong.

3. Mahasiswa / Penyusun

Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam

memberikan asuhan keparawatan komunitas khususnya di Dusun

Jelegong.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Definisi

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang

merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,

dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).

Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat

dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam

kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,

masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,

2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif

serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif

secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses

keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya

kesehatan (Mubarak, 2006).


Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti

pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan

(Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut.

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health

general community) dengan mempertimbangkan permasalahan

atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,

individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut;

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;


5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah

bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan

masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai

dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan

peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan

dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan

penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat

mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai

berikut:

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,

tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain

faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.

Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar


masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering

mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya

penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak

akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah

kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku

yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar

proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan

bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan

tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,

kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari

pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif

secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam

lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan

menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena

itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan

asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai


persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi

dengan lebih cepat.

4. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik

yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang

mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan

didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl &

Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu

Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini

merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas

keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress

dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat

fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah

komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien,

lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman

tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan

komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual


b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau

pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien. Sehat,

merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan.

c. Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,

cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis

pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat merupakan

keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan

menghindari atau mengatasi stresor. Model ini menganalisi

interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan

komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,

aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

5. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan

Kesehatan Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan

yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan

masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang

bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan

masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta

masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan

tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan

masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam

memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu

sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan


komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada

model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam

Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas

sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan

keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan

masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya

menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi

pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila

individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat

akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut.

Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah

atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan

tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di

rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti

penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu

yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan

seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan

keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada

keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga

dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi


rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita

penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga

merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang menyakut

kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap

juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat

dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas

didalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat

masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang

mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,

pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan

memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi

keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer,

sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan

kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas

mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada

pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada

penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan

primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum


dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum

mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun

kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan

spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik

misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu

memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk

menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat.

Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko

dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya

memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan

pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada

orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal

berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya

mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

6. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,


keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun

yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara

komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif

dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat

secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat

mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta

memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup

sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat

kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri

dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep

kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada

seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi

(Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan

keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang

tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-

fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung

melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan


kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau

kelompok adalah (Mubarak, 2005):

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara

lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan

dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang

menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial

ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

1) Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok

antara lain :

a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau

komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan,

jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta

riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas,

antara lain:

(1) Lingkungan Fisik, bagaimana penerangannya, sirkulasi,

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor

bagi penduduk
(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat

(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan

dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat

merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami

stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak

terjamin

(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,

apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan

masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang

termasuk kesehatan

(5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan

yang terjadi

(6) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang

dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

(7) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat

secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima

sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau

sebaliknya

(8) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat


2) Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data

subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005):

a) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah

yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan

komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

b) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,

pengamatan dan pengukuran

3) Sumber Data

a) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari

individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil

pemeriksaan atau pengkajian.

b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat

dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan

pasien atau medical record.

4) Cara Pengumpulan Data

a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya

jawab

b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca

indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh

individu

5) Pengelolaan Data

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data

b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly

c) Tabulasi data

d) Interpretasi data

6) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah

yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan

atau masalah keperawatan.

7) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah

kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh

masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

8) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:

a) Keadaan yang mengancam kehidupan

b) Keadaan yang mengancam kesehatan

c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.


b. Diagnosa Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu

pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial.

Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran

tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang

nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan

tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya

dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P),

etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data

penunjang (S) (Mubarak, 2005).

1) Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari

keadaan normal yang seharusnya terjadi.

2) Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan

yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi

keperawatan.

3) Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang

masalah yang terjadi.

c. Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan

rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang

sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan

diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah

(Mubarak, 2005):
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet

yang tepat

5) Lakukan olahraga secara rutin

6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat

untuk memperbaiki lingkungan komunitas

7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

d. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana

asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya

tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan

angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak

puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,

2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan

yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku

hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah

gangguan penyakit

4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.
e. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau

rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat

dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat

dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau

dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam

melakukan evaluasi adalah:

1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah

dilakukan intervensi

2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

B. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan

masyarakat diantaranya adalah:

1. Sebagai Pendidik (Health Education)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat

secara terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga

terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai

derajat kesehatan yang optimal.


2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul

serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,

pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

3. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)

Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui

kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan

dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan

kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh

dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.

4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen

pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya

dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam

memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya:

kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam


berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian

masyarakat dalam bidang kesehatan.

6. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh

yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat

ditiru dan di contoh oleh masyarakat.

7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya

oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan

berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat

membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan

dan keperawatan yang mereka hadapi.

8. Sebagai Pengelola (Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola

berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat

sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DUSUN JELEONG DESA

JELEGONG KECAMATAN CIDOLOG KABUPATEN CIAMIS

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas dan untuk

menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam

konteks keperawatan dasar, maka kelompok mendapatkan tugas keperawatan

komunitas di wilayah Dusun Jelegong Desa Jelegong.

Tahap kegiatan, kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi

tahap-tahap sebagai berikut : pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Kondisi Geografis

Desa Jelegong terletak di sebelah selatan Kecamatan Cidolog yang

mempunyai wilayah perbukitan dan luas wilayah Desa Jelegong 652,325 Ha

terdiri dari 4 dusun, 18 RT, dan 7 RW. Desa Jelegong mempunyai batas wilayah

administratif yakni sebagai berikut:

a. Sebelah Utara Desa Cidolog Kecamatan Cidolog

b. Sebelah Selatan Desa Sukasari Kecamatan Cidolog

c. Sebelah Timur Desa Margajaya Kecamatan Pamarican

d. Sebelah Barat Desa Sirnajaya Kecamatan Karangjaya Kab. Tasikmalaya

Kondisi geografis di Desa Jelegong mempunyai tanah yang subur dan

tidak berdebu, dengan curah hujan pertahun rata-rata 2.500 mm, serta keadaan

suhu rata-rata 25o C. Dusun Jelegong termasuk wilayah yang beriklim tropis.

ketinggian dusun Jelegong ±360 mdpl, dengan area berbukit-bukit dan sawah

tadah hujan.
Data Demografi

1. Jumlah KK : 923 Kepala Keluarga

2. Jumlah penduduk : 3026 Penduduk

3. Mobilitas penduduk : Mayoritas penduduk pada pagi hari penduduk

tidak ada dirumah melainkan bekerja bertani dan berdagang.

Batas Wilayah Dusun Jelegong

Berdasarkan metode pengkajian windshield survey data demografi

masyarakat akan disajikan sebagai berikut :

Utara : Berbatasan dengan Dusun Sukaresmi Desa Jelegong

Selatan : Berbatasan dengan Dusun Sukamantri Desa Sukasari


Timur
: Berbatasan dengan Dusun Karangsari Desa Jelegong
Barat
: Berbatasan dengan Dusun Sukasirna Desa Sirnajaya Kabupaten

Tasikmalaya

A. PENGKAJIAN INTI KOMUNITAS

1. PENGKAJIAN DATA INTI (CORE)

a. Riwayat Wilayah

1) Sejarah Desa Jelegong

Kepala Desa Jelegong pada masa penjajahan sampai

sekarang ada 30 Kepala Desa. Yang memimpin Desa Jelegong

sekarang adalah Dudung Abdurachman, S.IP yang berasal dari

Dusun Walahir. Adapun sejarah desa Jelegong yang konon cerita

dari para sesepuh desa, bahwa di desa Jelegong pernah ada

markas penjajah Belanda yang bertempat di Gunungsangkur dan


di kampung Jelegong yaitu rumahnya kuwu Sadili Adiwinata pada

tahun 1947.

Pada tahun 1951 Tentara Nasional Indonesia (TNI)

bermarkas di kampung Walahir dan masyarakat Desa Jelegong

khususnya masyarakat kampung Walahir, Bugangkalong

(Karangsari) kampung Jelegong mengungsi sampai dengan 1958

yang tempat pengungsiannya menyebar diantaranya ke Cidolog,

Janggala, Ciparay, Cimaragas, Cineam, Pamarican, dan

Batulawang Banjar.

Desa Jelegong adalah sebuah Desa di kawasan

Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat

berjarak 33 KM dari pusat Kabupaten Ciamis, dengan kondisi jalan

beraspal, tidak rata, berkelok-kelok serta naik turun yang dapat di

tempuh dengan kendaraan bermotor.

Gambaran pola kehidupan masyarakat Desa Jelegong

sesuai dengan letak Astronomis dan Geografis yang di miliki

sebagai berikut:

1. Masyarakatnya mayoritas Petani, Buruh Tani Sawah,

penggergajian kayu serta penggarap lahan kering berupa

palawija.

2. Untuk menopang biaya kebutuhan hidup sehari-hari

masyarakat berusaha dengan berternak ayam kampung,

kambing, Home Industry pengolahan cangkaleng, serta

mengolah kopra.
3. Sebagaian besar kehidupan masyarakat sangat tergantung

pada alam, sehingga iklim/cuaca sangat menentukan

kelangsungan kehidupan perekonomian masyarakat, dan

bagi sebagian masyarakat mata pencahariannya sebagai

pedagang, serta Buruh Harian Lepas dll.

2) Nilai dan Keyakinan

Nilai-nilai dan keyakinan penduduk setempat adalah

agama Islam dengan terdapatnya 2 masjid jami dan

dilaksanakannya pengajian. Sering diadakannya acara Muludan,

Rajaban, tarawihan dan pengajian pada bulan Ramadhan, sholat

berjamaah 5 waktu, gotong royong kebersihan yang waktunya

ditentukan oleh Kepala Dusun. Tidak ada tradisi apapun di dusun

Jelegong.

3) Agama

Seluruh masyarakat dusun Jelegong 100% beragama

Islam, bangunan tempat ibadah di Dusun Jelegong berupa Mesjid

yaitu terdapat 6 mesjid berupa 2 mesjid jami dan 4 mesjid RT

yang ada 1 setiap RT kecuali RT 11 dan 12 yang mesjidnya

disatukan. Hal tersebut homogen dengan agama yang dianut

dusun Jelegong.

b. Usia Penduduk yang paling tua

Untuk Usia yang paling tua di Dusun Jelegong yaitu mencapai 84

Tahun.
c. Tingkat Penghasilan Masyarakat

Tingkat penghasilan masyarakat Dusun Jelegong angka

penghasilan masyarakatnya masih di bawah penghasilan UMR

Kabupaten hanya sebagian dari jumlah penduduk yang mendapatkan

penghasilan yang lebih dari UMR.

d. Angka Prevalensi Masalah Kesehatan di komunitas

Menurut beberapa ketua RT dan beberapa Kader penyakit yang

diderita di Desa Jelegong khususnya di Dusun Jelegong yang paling

dominan di derita oleh masyarakat adalah hipertensi,rematik, gastritis,

serta influenza.

e. Statustic Vital

1) Angka Kesakitan dan Angka Kematian dalam 2 tahun terakhir

Angka kesakitan di dominasi oleh influenza, rhematoid,

hipertensi. Dan dalam waktu 2 tahun ini di Dusun Jelegong

kematian penduduk disebabkan oleh faktor usia yang sudah

menua.

Tabel 2.1 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas untuk Semua


Golongan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Cidolog Tahun 2017

No. Jenis Penyakit Jumlah


2 Influenza 1540
3 Rhematoid 1130
4 Nasofaringitis Akut 1095
5 Tukak Lambung 989
6 Dermatitis 410
7 Hipertensi 293
8 Bronkhitis 287
9 Gout 235
10 Mialgia 230
11 Scabies 180
Sumber: Profil Puskesmas Cidolog Tahun 2017
2) Angka Migrasi

Angka migrasi masuk Dusun Jelegong pada tahun 2017-2018

terdapat 11 orang dan angka migrasi keluar sebanyak 16 orang.

f. Latar Belakang Budaya yang Mempengaruhi Prilaku Masyarakat

Kebudayaan yang ada di Dusun Jelegong Desa Jelegong

merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan

yang akan dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur

merupakan dasar dalam rangka mengembangkan pariwisata budaya

yang dijiwai oleh mayoritas keluhuran nilai-nilai budaya. Salah satu

aspek yang ditangani dan terus dilestarikan secara berkelanjutan

adalah pembinaan berbagai kelompok kesenian.

Pemerintah terus membina kelompok dan oraganisasi kesenian

yang ada walaupun dengan keterbatasan dana yang dialokasikan,

namun semangat para pewaris kebudayaan di dusun Jelegong Desa

Jelegong terus berusaha menjaga, merawat, memelihara dan

melestarikannya agar budaya kelompok kesenian tersebut terus

terpelihara.

Kesenian yang ada di Dusun Jelegong Desa Jelegong yakni

Pencak Silat dengan ciri khas Kedemplung. Kesenian Pencak Silat

Kedemplung ini mewakili Kabupaten Ciamis dalam ajang kesenian.

Selain itu juga di desa Jelegong banyak memiliki potensi di bidang

kesenian dan budaya lain, diantaranya pengrajin anyaman piring

lomba Egrang yang mewakili Jawa Barat serta turnamen volly yang

menembus Kabupaten tingkat SD.


g. Keyakinan dan Kepercayaan Masyarakat tentang penyakit dan

kesehatan

Masyarakat Dusun Jelegong mayoritas sudah mempercayai

tentang pengobatan medis, akan tetapi di Puskesmas Pembantu Desa

Jelegong hanya terdapat 3 bidan dan beberapa asisten bidan, tidak

adanya tenaga keperawatan dan medis yang mengakibatnya sulitnya

masyarakat dusun Jelegong untuk berobat ke tenaga medis atau

keperawatan.

h. Potensi Dusun Jelegong

1) Bidang Pendidikan

Di Dusun Jelegong memiliki tiga sekolah yakni 2 PAUD

dan 1 SD, yang bernama PAUD Ulul Ilmi I dan PAUD Ulul Ilmi II.

PAUD Ulul Ilmi I teletak di RT 09 dan PAUD Ulul Ilmi II terletak di

RT 12 dusun Jelegong. PAUD tersebut merupakan tempat

bermain dan belajar bagi anak-anak Dusun Jelegong. PAUD

dilaksanakan setiap Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat. SD yang

terdapat di dusun Jelegong bernama SD Negeri 5 Jelegong.

2) Bidang Kesehatan

Pelayanan bidang kesehatan yang ada di Dusun Jelegong

yakni Posyandu Jelegong. Posyandu dikelola oleh kader-kader

yang telah terpilih. Posyandu ini diperuntukkan untuk balita dan

lansia. Posyandu balita diadakan pada hari Kamis minggu ke-3,

sedangkan posyandu lansia diadakan pada hari Kamis minggu ke-

4. Selain posyandu, terdapat fasilitas kesehatan lainnya yakni


Puskesmas Pembantu serta Bidan Desa. Bidan di Dusun

Jelegong yakni Bidan Kusmiati.

3) Bidang Olahraga

Pada bidang olahraga, Dusun Jelegong memiliki fasilitas

untuk olahraga adalah lapangan bola volly di RT 12 serta

lapangan sepak bola di RT 09. Biasanya aktivitas tersebut

dilakukan pada sore hari apabila memiliki waktu luang. Turnamen

voli dan sepak bola biasa diadakan dalam rangka memeriahkan

hari-hari besar. Tidak terdapat fasilitas olahraga lain.

2. DATA SUBSISTEM KOMUNITAS

a. Lingkungan Fisik

1) Peta Wilayah

2) Keberadaan Pasar

Di Dusun Jelegong tidak terdapat pasar untuk kegiatan

ekonomi namun dusun Jelegong terdapat warung sebanyak 10

warung.
3) Pengkajian Lingkungan/PHBS

(a) Perilaku Mencuci tangan

Cuci Tangan
16%

Ya
84% Tidak

Kebanyakan perilaku mencuci tangan di Desa Jelegong

sebelum makan dan setelah Buang Air Besar sebanyak 84%

dari 208 KK dan yang tidak mencuci tangan sebanyak 16% dari

208 KK

(b) Sumber Air yang Digunakan Keluarga

Sumber air yang digunakan

keluarga untuk menggunakan Sumber Air


PAM Sumur
sumur sebanyak 89% dari 208
Sungai Lainnya
KK serta yang lainnya 0% 11% 0%

sebanyak 11% dari 208 KK

89%
(c) Pengelolaan Air Minum

Pengelolaan Air
Minum
13% 0%
0%
Dimasak
Tidak Dimasak
Air Kemasan
87%
Lainnya

Pengelolaan air untuk di minum sehari-hari yang di gunakan

oleh warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 87%

dimasak, sebanyak 12% menggunakan air kemasan.

(d) Tempat Buang Air Besar

Tempat BAB
5%

Toilet
BABS

95%

Kebanyakan warga dusun Jelegong dari 208 KK menggunakan

tempat BAB toilet sebanyak 95%, sebanyak 5% BAB tidak di

toilet.

Cara Membuang Sampah


Cara Buang Sampah
0% Penampungan
4% 4% Khusus
Dibakar

92% Ditimbun

Diangkat
Petugas

Warga dusun Jelegong dari 208 KK cara membuang sampah

sebanyak 4% menggunakan penampungan khusus, sebanyak

92% dengan cara dibakar, ditimbun sebanyak 4%, dan tidak

ada yang diangkut petugas.

(e) Kebiasaan Menggunakan Handuk

Pemakaian Handuk

Sendiri
98% 2% 2%
Bersama

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memakai handuk

sendiri/masing-masing sebanyak 98%, sebanyak 2% bersama-

sama.
(f) Membersihkan Bak Mandi

Membersihkan Bak
Mandi
15%
1x seminggu
42%
25% 2x seminggu
>2x seminggu
Tidak Pernah
18%

Kebanyakan warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 42%

membersihkan bak mandi selama 1x seminggu, sebanyak 18%

membersihkan bak mandi selama 2x seminggu, dan sebanyak

25% membersihkan bak mandi selama >2x seminggu, sisanya

tidak pernah di bersihkan sebanyak 15%

(g) Anggota Keluarga yang Merokok

Merokok

31%
Ada
Tidak Ada
69%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK kebanyakan merokok yaitu

sebanyak 69% sedangkan yang tidak merokok hanya 31%.

(h) Anggota Keluarga yang Meminum Alkohol


Dari hasil pengkajian didapatkan, Dusun Jelegong tidak

ada yang mengonsumsi alkohol.

(i) Standar Gizi Seimbang

Standar Gizi Seimbang

27%
Ya
73% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah memenuhi gizi

seimbang sebanyak 73% dan yang masih kurang sebanyak

27%.

(j) Penyiapan Makanan di Meja Makan

Penyajian Makanan

35%
Ditutup
Tidak Ditutup
65%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 65% sudah

menyajikan makanan dengan ditutup sedangkan sisanya

sebanyak 35% tidak ditutup.

(k) Ventilasi rumah


Ventilasi

19%
Memadai
Tidak Memadai
81%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK ventilasi rumah yang sudah

memadai sebanyak 81% sedangkan yang masih kurang

memadai sebanyak 19%.

(l) Pencahayaan siang hari

Pencahayaan
2%

Ya
Tidak
98%

Pencahayaan rumah di dusun jelegong dari 208 KK

kebanyakan 98% sudah baik dan yang masih kurang sebanyak

2%.
(m) Lantai rumah

Lantai Rumah

24% Semen

Tidak pakai
76% semen

Lantai rumah di dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 76%

sudah menggunakan semen dan yang masih belum

menggunakan semen sebanyak 24%

(n) Kondisi di dalam rumah

Kondisi di dalam Rumah

25%
Bersih
75% Tidak Bersih

Kondisi di dalam rumah warga dusun Jelegong dari 208 KK

sebanyak 75% sudah bersih dan sebanyak 25% masih kurang

bersih
(o) Kondisi pekarangan

Kondisi Pekarangan

23%

77%

Bersih Tidak Bersih

Kondisi pekarangan di dalam rumah dusun Jelegong dari 208 KK


sebanyak 77% sudah bersih dan yang masih kurang bersih
sebanyak 23%

(p) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Septictank

43%
Ya
57%
Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK kebanyakan sudah

menggunakan septictank yaitu sebanyak 57% dan yang masih

belum menggunakan septictank sebanyak 43%.


(q) Kondisi Septictank

Kondisi Septictank

17%
Bersih
83% Tidak Bersih

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah memiliki

septictank sebanyak 83% septictank kondisinya sudah bersih

dan sebanyak 17% kondisinya masih kurang bersih

(r) Tanaman Obat

Tanaman Obat

34%
Ya
66%
Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK kebanyakan memiliki

tanaman obat di pekarangan rumahnya yaitu sebanyak34%dan

yang masih belum memiliki tanaman obat sebanyak,66%


(s) Perkembangan jentik Nyamuk

Perkembangan Jentik
Nyamuk

40%
Ya
60%
Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK terdapat perkembangan

jentik nyamuk sebanyak 60% dan yang sudah aman dari jentik

nyamuk sebanyak 40%

(t) Jentik Nyamuk positif

Jentik Nyamuk Positif

14%
Ya
86% Tidak

Dari jumlah perkembangan jentik nyamuk di dusun Jelegong

dari 208 KK, sebanyak 86% jentik nyamuk positif dan sebanyak

14% tidak positif

(u) Kandang ternak


Kandang Ternak

42%
Ya
58%
Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK, yang memiliki kandang

ternak di pekarangan rumah sebanyak 58% dan yang tidak

memiliki kandang ternak sebanyak 42%.

(v) Kondisi kandang ternak

Kondisi kandang
ternak

48% Terawat
52% Tidak terawat

Warga dusun Jelegong dari 208 KK, yang memiliki kandang


ternak di pekarangan rumah sebanyak 52% dan yang tidak
memiliki kandang ternak sebanyak 48%

(w) Jamban atau WC Keluarga


Jamban Keluarga

36%
Ya
Tidak
64%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang mempunya jamban

keluarga sebanyak 64% dan yang masih belum mempunyai

jamban keluarga sebanyak 36%

(x) Kondisi WC

Kondisi WC
11%
Besih dan
Berfungsi

Tidak Bersih
89% dan tidak
berfungsi

Dari jumlah warga di dusun Jelegong yang sudah mempunyai

WC sebanyak 89% kondisi wc sudah terawat sedangkan

sisanya masih belum terawat sebanya 11%.


(y) Sarana P3K

Sarana P3K

14%
Ya
86% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 14% sudah

mempunyai sarana P3K sendiri di rumah sedangkan 86%

masih belum mempunyai sarana P3K sendiri di rumahnya.

(z) Jarak Sumur dengan Septictank

Jarak Sumur dengan


Septictank ≥10m

34% Ya
Tidak
66%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 34% jarak antara

sumur dengan septictank yang ≥ 10m sedangkan sisanya

masih kurang dari ≥ 10m sebanyak 66%

(aa) Rumah Permanen


Rumah Permanen

19%
Ya
Tidak
81%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 81% rumahnya

sudah permanen sedangkan yang masih belum permanen

sebanyak 19%

b. Ekonomi

1) Rata-rata Penghasilan dalam 1 Bulan

Rata-rata Penghasilan
4%

19% <1 juta


1-2 juta

77% >2juta

Warga dusun Jelegong dari 208 KK mempunyai rata-rata

penghasilan sebanyak 77% <1 juta sedangkan sebanyak 19%

1-2 juta dan sisanya sebanyak.4%>2 juta

2) Rata-rata Pengeluaran dalam 1 Bulan


Rata-rata
Pengeluaran

25% <1 juta


47%
1-2 juta

28% >2 juta

Warga dusun Jelegong dari 208 KK rata-rata pengeluaran

kebutuhan sehari-hari sebanyak 47%<1 juta, dan sebanyak

28% 1-2 juta sedangkan sisanya sebanyak 25%.>2 juta

3) Kecukupan Pendapatan

Kecukupan
Penghasilan

21%
Cukup
Tidak
79%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK kebanyakan sudah

mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari yaitu sebanyak

21% sedangkan sisanya masih tidak mencukupi untuk

kebutuhan sehari-hari yaitu sebanyak 79%

4) Tabungan Khusus Biaya Kesehatan


Tabungan Kesehatan

17%

Ya
83% Tidak

Warga Dususn Jelegong dari 208 KK kebnyakan yang sudah

memiliki tabungan kesehatan sebanyak..17% dan yang masih

belum memiliki tabungan kesehatan sebanyak 83%.

5) Tabungan Khusus Biaya Pendidikan

Tabungan Pendidikan

29%

Ya
71% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang mempunyai tabungan

untuk pendidikan sebanyak 29% dan yang masih belum

mempunyai tabungan untuk pendidikan sebanyak 71%.


6) Tabungan Khusus Biaya Rekreasi

Tabungan Rekreasi

6%

Ya
94% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki tabungan untuk

rekreasi sebanyak 6% dan yang masih belum memiliki tabungan

untuk rekreasi keluarga sebanyak 94%

c. Keamanan dan Transportasi

1) Keamanan Tempat Tinggal

Keamanan Tempat
Tinggal
2%

Ya
Tidak

98%
Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah merasa aman

dengan lingkungan tempat tinggal sebanyak 98% dan yang

merasa masih kurang aman sebanyak 2%

2) Pelayanan polisi

Pelayanan kepolisian Desa Jelegong memiliki Kapospol

yang berada di Desa Cidolog yang senantiasa melayani

masyarakat dengan berbagai permasalahan yang ada di desa

Jelegong. Dan Masyarakat juga bekerja sama dengan melakukan

ronda tiap malam dengan jadwal yang sudah di tentukan.

3) Alat Transportasi yang Digunakan

Alat Transportasi
0%

25% Sepeda
Motor
68%
7% Mobil
Lainnya

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah menggunakan

alat transportasi berupa mobil sebanyak 7% yang

menggunakan motor sebanyak 68% dan sedangkan lainnya

sebanyak 25%

4) Pelayanan transportasi

Pelayanan transportasi di dusun Jelegong ada ojeg motor.


5) Kondisi jalan

Kondisi jalan di dusun Jelegong untuk RT 08- 10 kondisi jalan

yaitu aspal sedangkan untuk RT 11-12 kondisi jalannya berbatu

dan masih tanah merah.

d. Komunikasi

1) Alat Komunikasi yang Digunakan

Alat Komunikasi

0% Telepon
21%
0% Internet
79%
Surat
Tidak Punya

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang menggunakan alat

komunikasi berupa telepon sebanyak 79% dan sisanya tidak

mempunyai alat komunikasi apapun sebanyak 21%.

2) Media Informai yang Digunakan

Media Informasi
4% 6%
0% TV
6%
Radio
Koran
84%
Majalah
Lainnya
Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang menggunakan media

informasi TV sebanyak 84% yang menggunakan radio

sebanyak 6% yang menggunakan majalah sebanyak 4% dan

lainnya sebanyak 6%

Sedangkan media penyebaran informasi Di Dusun

Jelegong yaitu mayoritas menggunakan speaker masjid. Di

Dusun Jelegong rutin dilakukan pengajian bulanan sedusun

Jelegong. Selain itu juga, terdapat pengajian mingguan di

setiap Rtnya yaitu di RT 8 pada malam minggu, di RT 9 pada

malam jum’at, di RT 10 dan RT 11 pada hari selasa,

sedangkan di RT 12 dilaksnakan pada minggu ke dua setiap

bulannya.

e. Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Sosial

3) Informasi Penyuluhan Kesehatan dari Petugas Kesehatan

Penyuluhan Kesehatan

36% Ya
64% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah pernah

mendapatkan penyuluhan kesehatan di rumahnya seanyak

36% dan yang belum pernah mendapatkan penyuluhan

kesehatan sebanyak 64%


4) Kebiasaan Berobat

Kebiasaan Berobat
Tenaga Kesehatan
Dukun
Dibiarkan di Rumah
6%2% 2%

90%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK kebiasaan berobat ada

yang ke tenaga kesehatan sebanyak 90% ke dukun sebanyak

6% dan sisanya yang dibiarkan di rumah sebanyak 2%

5) Pemanfaatan Pengobatan Gratis

Pengobatan Gratis

38%
Pernah
Tidak Pernah
62%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang pernah mendapatkan

pengobatan gratis sebanyak 38% dan sisanya belum pernah

mendapatkan pengobatan gratis sebanyak 62%.


6) Penilaian Masyarakat terhadap Pelayanan Puskesmas

Pelayanan Yang
Diberikan Puskesmas

Memadai
60% 40% 40%
Tidak Memadai

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang mengatakan

pelayanan yang di berikan puskesmas sudah memadai

sebanyak 60% dan yang mengatakan bahwa pelayanan

puskesmas tidak memadai sebanyak 40%

f. Sasaran Pelayanan Kesehatan Kelomopok Khusus

1) Kesehatan Bayi, Batita dan Balita

(a) Pemerian ASI Ekslusif

ASI Eksklusif

7%

Ya
Tidak
93%

Warga dusun Jelegong yang memiliki bayi memberikan ASI

ekslusif sebanyak 93% dan yang tidak memberikan asi ekslusif

sebanyak7%
(b) Imunisasi

Imunisasi
10%

Lengkap

Tidak
90% Lengkap

Warga dusun Jelegong yang mempunyai anak, melakukan

imunisasi sebanyak 90% dan yang tidak melakukan imunisasi

sebanyak 10%.

(c) Pemanfaatan Posyandu

Pemanfaatan
Posyandu

31% Ya

69% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sudah memanfaatkan

pelayanan posyandu sebanyak 69% dan yang masih belum

memanfaatkan pelayanan posyandu sebanyak31%


(d) Kepemilikan KMS Balita

Kepemilikan KMS

29%
Sudah
Belum
71%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki KMS balita

sebanyak 71% dan yang tidak memiliki KMS balita sebanyak

29%

2) Kesehatan Remaja

(a) Penyuluhan Kesehatan Remaja

Penkes Remaja

48%
52% Ya
Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki anak remaja

sebanya 52% sudah mendapatkan penkes dari tenaga

kesehatan,sedangkan sisanya sebanyak 48% belum

mendapatkan penkes oleh tenaga kesehatan.


(b) Sikap Remaja dalam Menghadapi Masalah

Sikap Remaja
0% 0%
2% 7% Berbicara dg
Ortu
Berbicara dg
Teman
Diam Saja

91%
Menglihkan ke
Perilaku negatif

Warga dusun Jelegong yang memiliki remaja kebanyakan anak

remaja berbicara kepada ortu nya ketika mempunyai masalah

sebanyak 91% yang berbicara kepada teman sebanyak 2% dan

yang hanya diam saja sebanyak 7%

3) Kesehatan Ibu Hamil

(a) Pemeriksaan Kehamilan Rutin

Pemeriksaan
Kehamilan Rutin
0%

Ya
Tidak
100%

Warga dusun jelegong dari 208 KK yang sedang hamil dan

melakukan pemeriksaan kehamilan rutin sebanyak....

sedangkan 100%
(b) Imunisasi TT

Imunisasi TT

40% Ya

60% Tidak

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sedang hamil dan

melakukan imunisasi TT sebanyak 60% dan yang tidak

melakukan imunisasi TT sebanyak.40%

(c) KMS Bumil

KMS Bumil
0%

Ya
Tidak

100%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang sedang hamil, yang

memiliki KMS bumil sebanyak 100%


Kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS)

(a) Alat Kontrasepsi yang Digunakan

Alat Kontrasepsi
0% 6%
3%
Pil KB

32% Suntik KB
14%
Implant
IUD
Steril
45%
Lainnya

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang menggunakan alat

kontrasepsi pil KB sebanyak 32% yang menggunkanan suntuk

KB sebanyak 45% dan lyang menggunakan implant banyak

14% dan lainnya ebanyak 6%

(b) Masalah dalam Penggunaan kontrasepsi

Masalah Alat
Kontrasepsi

27%
Ya
Tidak
73%
Warga dusun Jelegong dari yang memakai alat kontrasepsi,

yang memiliki masalah alat kontrasepsi sebanyak 27%dan

yang tidak memiliki masalah apapun sebanyak 73%.

4) Kesehatan Lansia

(a) Pemanfaatan Posyandu lansia

Pemanfaatan
Posyandu Lansia

Ya
51% 49%
Tidak

Dari jumlah lansia di dusun Jelegong yang sukaa

memanfaatkan posyandu lansia sebanya 49%.dan yang

masih belum memanfaatkannya sebayak 51%.

(b) Penyakit yang Diderita Lansia

Penyakit Lansia
1% Rhematoid
18%
27% Hipertensi
1%
TBC
DM
53%
Lainnya

Dari jumlah lansia di dusun Jelegong yang memiliki penyakit

rhematoid sebanyak 27% yang memiliki hipertensi sebanyak

53% yang memiliki TBC sebanyak 1% .dan yang memiliki DM

1% lainnya sebanyak18%
(c) KMS Lansia

KMS Lansia
7%

Ya
93% Tidak

Lansia yang berada di dusun jelegong yang memiliki KMS

lansia sebanyak 7% dan yang tidak memiliki KMS lansia

sebanyak 93%.

g. Masalah Kesehatan Masyarakat

1) Keluarga yang Menderita Penyakit menular

Penyakit Menular

13%

Ya
Tidak
87%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki riwayat penyakit

menular di dalam keluarganya sebanyak 13% dan yang tidak

memiliki penyakit menular sebanyak 87% Di dalam keluarga Dusun

Jelegong yang menderita penyakit menular (Demam Berdarah,


Pneumonia, TB Paru, Diare, Campak, Thipoid,Hepatitis) dalam 6

bulan terakhir mencapai 13 %

2) Keluarga yang Menderita Penyakit Keturunan

Penyakit Keturunan

36% Ya
Tidak
64%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki penyakit

keturunan sebanyak 64% dan yang tidak memiliki penyakit

keturunan sebanyak36%

3) Keluarga yang Meninggal 1 Tahun Terakhir

Keluarga yang
Meninggal

15%
Ya
Tidak
85%

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang dalam keluarganya ada

yang meninggal sebanyak 15% dan sisanya tidak ada yang

meninggal sebanyak 85%


h. Politik dan Pemerintahan

1) Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jenis Jaminan Kesehatan


5%
11% 0%
Askes
0%
Jamkesmas
JKBM
Jamsostek
84%
Lainnya

Warga dusun Jelegong dari 208 KK yang memiliki jaminan

kesehatan berupa askes sebanyak 5% yang memiliki jamkesmas

sebanyak11% dan sisanya tidak menggunakan jaminan kesehatan

sebanyak 84%

2) Kebijakan pemerintah setempat dalam mengatasi masalah

kesehatan yang ada di masyarakat

Di Dusun Jelegong akan mengadakan MCK di RT 11 untuk

membantu meringankan beban keluarga yang tidak memiiki MCK.

Rencana ini akan diadakan pada tahun 2018 ke depan, namun

sekarang belum terlaksana.

3) Kegiatan yang telah di lakukan oleh pemerintah untuk

meningkatkan status kesehatan masyarakat

Melakukan posyandu secara rutin tiap bulannya bagi anak,

ibu hamil serta lansia.

4) Kemitraan yang di lakukan dalam menanggulangi masalah

kesehatan
Dusun Jelegong selalu berkomunikasi dengan Dinas

Kesehatan untuk kegiatan posyandu multifungsi yang ada di

Dusun Jelegong.

i. Pendidikan

1) Pendidikan Terakhir

Pendidikan
0%
4% 1%
Tidak sekolah
16% tidak tamat SD
16%
SD
11%
SMP
SMA
52% DI/DII
S1

Di dusun jelegong yang tidak sekolah ada sebanyak 138

orang, yang tidak tamat SD sebanyak 92 orang, yang tamat SD

sebanyak 447 orang, yang lulus SMP sebanyak 134 oarng, yang

lulus SMA sebanyak 35 orang, yang lulus DI dan DII sebanyak 3

orang, dan yang lulus S1 sebanyak 6 orang

2) Sekolah

Terdapat PAUD Ulul Ilmi I dan PAUD Ulul Ilmi II, serta SD

Negeri 5 Jelegong. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua

Dusun, Warga Dusun Jelegong pada umumnya sudah sadar akan

pentingnya pendidikan.

3) Pelayanan Kesehatan Sekolah

Di SD Negeri 5 Jelegong tidak terdapat UKS, terdapat 1

perpustakaan. Reputasi sekolah cukup bagus, tidak ada yang


Drop Out, tetapi ada 1 siswa yang mengalami keterlambatan fisik

harusnya di SLB tetapi tidak ada SLB terdekat. Di SD Negeri 5

Jelegong tidak mempunyai ekstrakulikuler dan tidak mempunyai

penjaga sekolah. Kondisi kedua PAUD cukup bagus dan dilenkapi

sarana bermain.

4) Perawat Sekolah

Kedua PAUD dan SD Negeri 5 Jelegong tidak mempunyai

perawat sekolah dan mempunyai dokter kecil.

j. Rekreasi

1) Kegiatan Rekreasi

Kegiatan Rekreasi
Tidak Pernah
10%
9%
Kadang-
kadang
23% 58% Sering

Lainnya

Warga dusun Jelegong dari 208 KK sebanyak 10% sering

melakukan kegiatan rekreasi, sebanyak 23% kadang-kadang

melakukan kegiatan rekreasi dan sebanyak 59% tidak pernah

melakukan kegiatan rekreasi.

2) Tempat Anak-anak Bermain

Tempat bermain anak biasanya di lingkungan rumah

masing-masing.
3) Jenis Rekreasi yang Ada di Masyarakat

Jenis rekreasi yang ada di masyarakat biasanya

dihabiskan dengan menonton TV, bermain, berkumpung dengan

keluarga dan sebagian pergi tamasya kadang-kadang.

4) Fasilitas Rekreasi

Tersedianya fasilitas atau sarana olahraga seperti

lapangan. Tidak ada tempat rekreaksi di dusun jelegong.

B. ANALISIS DATA

No Data focus Masalah


1. DS : Kejadian peningkatan penyakit
Masyarakat mengatakan mempunyai degenerative lansia (hipertensi)
penyakit darah tinggi
DO :
a) Tekanan darah tinggi pada lansia
diatas >130/70 mmHg sebanyak
53% dan penyakit rematoid
sebanyak 27%
2. DS : Resiko terjadinya penyakit
a) Masyarakat mengatakan bahwa (ISPA) akibat pencemaran
sistem pembuangan sampah lingkungan
yang dilakukan yaitu dengan cara
dibakar.
b) Masyarakat mengatakan bahwa
mereka memiliki kandang ternak
didekat rumahnya.
DO :
a) Sistem pembakaran warga yang
dilakukan dengan cara dibakar
yaitu sebanyak 92%
b) Letak septic tank <10m 66 %

3. DS : Masyarakat mengatakan tidak Kesiapan meningkatkan


mencuci tangan sebelum makan dan managemen kesehatan diri
sesudah BAB, merokok, BAB
sembarangan, tidak membersihkan
penampungan air, penyajian makanan
terbuka
DO :
a) 16% warga mengatakan tidak
mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan sesudah
BAK
b) Tempat melakukan BAB
masyarakat Dusun Jelegong
yaitu mayoritas sudah dikamar
mandi yaitu sebesar 95%
namun masih ada yang BAB
dikolam hal ini selaras dengan
di temukannya jamban-jamban
di atas kolam
c) BAB sembarangan 5%
d) Tidak membersihkan
penampungan air/bak mandi
15%
e) Penyajian makanan di meja
makan ditutup sebesar 65%
dan tidak ditutup sebesar 35%
f) Terdapat barang-barang
bekas disekitar pekarangan
rumah sebesar 40%
g) Jentik nyamuk positif pada
tempat penampungan air
sebesar 14%
4. DS : Perilaku kesehatan cenderung
a) Masyarakat mengatakan bahwa beresiko
dikeluarganya terdapat anggota
keluarga yang merokok.
DO :
a) Jumlah perokok di dusun
Jelegong mencapai 69%
5. DS : Ketidakefektifan pemeliharaan
Lansia mengatakan jarang ke kesehatan pada lansia
posyandu lansia dan tidak mempunyai
KMS
DO :
a) 90% tidak membawa anggota
keluarganya yang sakit ke
pelayanan kesehatan, 2%
dibiarkan di rumah, 6% ke
dukun dan 2% membeli obat di
warung
b) 93% lansia tidak memiliki KMS
lansia
c) 86% keluarga tidak
mempunyai sarana P3K di
rumahnya
C. PRIORITAS MASALAH

Kemampu
an
Masalah Kesehatan Motivasi perawat Konsekue
Ketersedia Percepatan
Kesadaran masyarak untuk nsi jika
an penyelesaia
akan at dalam mempeng masalah
keahlian n masalah
adanya menyeles aruhi tak
yang yang dapat
masalah aikan dalam terselaika
relevan dicapai
masalah menyeles n Jumlah
aikan Prioritas
nilai
masalah

Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria:


 Tinggi  Tinggi  Tinggi  Tinggi  Tinggi  Tinggi
 Sedang  Sedang  Sedang  Sedang  Sedang  Sedang
 Rendah  Rendah  Rendah  Rendah  Rendah  Rendah
Bobot 5 Bobot 10 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8

Kejadian Hipertensi 15 20 15 21 16 16 103 1

Resiko ISPA 5 20 10 7 8 8 58 5

Kesiapan
meningkatkan
15 20 15 14 16 16 96 2
managemen
kesehatan diri

Perilaku kesehatan 10 10 10 14 24 8 76 4
cenderung beresiko

Ketidakefektifan
pemeliharaan
15 20 15 14 16 8 88 3
kesehatan pada
lansia

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kejadian peningkatan penyakit degenerative lansia (hipertensi) pada masyarakat dusun Jelegong desa Jelegong
ditandai dengan :
DS : Masyarakat mengatakan mempunyai penyakit darah tinggi
DO : Tekanan darah tinggi pada lansia diatas >130/70 mmHg sebanyak 53% dan penyakit rematoid sebanyak 27%
2. Kesiapan meningkatkan managemen kesehatan diri pada masyarakat dusun Jelegong desa Jelegong ditandai dengan
:
DS : Masyarakat mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB, merokok, BAB sembarangan,
tidak membersihkan penampungan air, penyajian makanan terbuka
DO :
a. 16% warga mengatakan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAK
b. Tempat melakukan BAB masyarakat Dusun Jelegong yaitu mayoritas sudah dikamar mandi yaitu sebesar 95%
namun masih ada yang BAB dikolam hal ini selaras dengan di temukannya jamban-jamban di atas kolam
c. BAB sembarangan 5%
d. Tidak membersihkan penampungan air/bak mandi 15%
e. Penyajian makanan di meja makan ditutup sebesar 65% dan tidak ditutup sebesar 35%
f. Terdapat barang-barang bekas disekitar pekarangan rumah sebesar 40%
g. Jentik nyamuk positif pada tempat penampungan air sebesar 14%
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia pada masyarakat dusun Jelegong desa Jelegong ditandai

dengan:

DS : Lansia mengatakan jarang ke posyandu lansia dan tidak mempunyai KMS

DO :

a. 90% tidak membawa anggota keluarganya yang sakit ke pelayanan kesehatan, 2% dibiarkan di rumah, 6% ke

dukun dan 2% membeli obat di warung

b. 93% lansia tidak memiliki KMS lansia


c. 86% keluarga tidak mempunyai sarana P3K di rumahnya
4. Perilaku cenderung beresiko pada masyarakat dusun Jelegong desa Jelegong ditandai dengan :

DS : Masyarakat mengatakan bahwa dikeluarganya terdapat anggota keluarga yang merokok.

DO : Jumlah perokok di dusun Jelegong mencapai 69%

5. Resiko terjadinya penyakit (ISPA) akibat pencemaran lingkungan pada masyarakat dusun Jelegong desa Jelegong

ditandai dengan:
DS :

a. Masyarakat mengatakan bahwa sistem pembuangan sampah yang dilakukan yaitu dengan cara dibakar.

b. Masyarakat mengatakan bahwa mereka memiliki kandang ternak didekat rumahnya.

DO :

a. Sistem pembakaran warga yang dilakukan dengan cara dibakar yaitu sebanyak 92%

b. Letak septic tank <10m 66 %

E. INTERVENSI (POA), IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Prioritas Tujuan Strategi Aktifitas Penanggun Waktu Temp Biaya Standar/Kri Keterang
Masalah g Jawab at teria an
1 Kejadian Setelah 1. Bekerjasama 1. Penyuluhan 1. Mahasis Hari Madra Penyakit
peningkat dilakukan dengan kesehatan wa Kamis sah degenerativ
an tindakan masyarakat, tentang 2. Kepala 19 RT 09 e hipertensi
penyakit selama 1 kader, kepala hipertensi Dusun April RW dan
degenerati kali dusun, 2. Pengukuran 3. Kader 2018 04 reumatik
ve lansia pertemuan puskesmas, tekanan darah 4. Masyara Pukul Dusu dapat
(hipertensi diharapkan bidan dalam 3. Senam Lansia kat 09.00 n dkontrol
) pada masyarakat menentukan Jeleg secara
masyarak - Dapat masalah ong berkala di
at dusun menget tentang Desa fasilitas
Jelegong ahui penyakit Jeleg kesehatan
desa tentang degenerative ong
Jelegong hiperten lansia seperti Keca
si hipertensi dan matan
- Dapat reumatik. Cidolo
mengon 2. Memberdayak g
tol an
kesehat masyarakat
annya dengan
secara meningkatkan
berkala pola hidup
berupa yang sehat
mengec untuk
ek tercapainya
tekanan derajait
darah. kesehatan
- Agar lansia.
Kader
lebih
peduli
akan
kesehat
an
masyara
kat

2. Kesiapan Setelah 1. Bekerjasama 1. Penyuluhan 1. Mahasis Terwujudny


meningkat dilakukan dengan kesehatan wa a perilaku
kan tindakan masyarakat, ltentang 2. Kepala hidup bersih
managem selama 1 kader, kepala perilaku hidup Dusun dan sehat di
en
kali dusun, bersih yang 3. Kader masyarakat
kesehatan
diri pada pertemuan puskesmas, sehat. 4. Masyara
masyarak diharapkan bidan dalam 2. Demonstrasi kat
at dusun masyarakat menentukan tentang cuci
Jelegong - Dapat masalah tangan pakai
desa menget perilaku hidup sabun.
Jelegong ahui bersih dan
tentang sehat.
perilaku 2. Memberdayak
hidup an
bersih masyarakat
dan dalam
sehat mewujudkan
- Dapat perilaku hidup
mengapl bersih dan
ikasikan sehat.
perilaku
hidup
bersih
dan
sehat.
3 Ketidakefe Setelah 1. Bekerjasam 1. Penyuluhan 1. Mahasis
ktifan dilakukan a dengan Kesehatan wa
pemelihar tindakan masyarakat, tentang KMS 2. Kepala
aan selama 1 kader, Dusun
kesehatan kali kepala 3. Kader
pada pertemuan dusun, 4. Masyara
lansia diharapkan puskesmas, kat
pada masyarakat bidan untuk
masyarak - dapat memantau
at dusun mengetahui kesehatan
Jelegong pentingnya pada lansia.
desa memiliki
Jelegong KMS

4 Perilaku Setelah 1. Bekerjasam 1. Penyuluhan 1. Mahasis Dampak


cenderung dilakukan a dengan kesehatan wa asap pada
beresiko tindakan masyarakat, mengenai 2. Kepala perokok
pada selama 1 kader, bahaya Dusun dapat di
masyarak kali kepala merokok 3. Kader minimalisirk
at dusun pertemuan dusun, 2. Pencegahan 4. Masyara an
Jelegong diharapkan puskesmas, bahaya asap kat
desa masyarakat bidan serta rokok.
Jelegong - Dapat memberday
menget akan
ahui masyarakat
dampak dalam
yang mewujudkan
ditimbul perilaku
kan hidup sehat
akibat bebas dari
dari asap rokok
meroko
k di
tempat
umum.
5 Resiko Setelah 1. Bekerjasam 1. Penyuluhan 3. Mahasi Pencemara
terjadinya dilakukan a dengan kesehatan swa n
penyakit tindakan masyarakat, tentang 4. Kepala lingkungan
(ISPA) selama 1 kader, pencegahan Dusun dapat
akibat kali kepala pencemaran 5. Kader dicegah dan
pencemar pertemuan dusun, lingkungan Masyar dikelola
an diharapkan puskesmas, 2. Demonstrasi akat dengan
lingkunga masyarakat bidan dalam pengelolaan benar
n pada - Dapat menentukan sampah yang
masyarak menget masalah benar.
at dusun ahui akibat
Jelegong tentang pencemaran
desa cara lingkungan
Jelegong pencega 2. Memberday
han akan
mengen masyarakat
ai dalam
pencem mewujudkan
aran lingkungan
lingkung yang
an. terbebas
- Dapat dari
menget pencemaran
ahui .
cara
pengelol
aan
sampah
yang
benar.
- Meningk
atkan
kesadar
an
masyara
kat akan
kelestari
an
lingkung
an.
e. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnose Kegiatan Waktu dan Evaluasi Rencana tindak lanjut


tempat
1. Kejadian Senam Kamis Warga Dusun Jelegong melaksanakan Senam lansia akan
peningkatan Lansia 19 April 2018 senam hipertensi sebanyak 19 orang dan dilaksanakan pada saat
penyakit Dan semuanya mengikuti dengan baik. kegiatan pusbila.
degenerative lansia
(hipertensi) pada Penyuluhan Jumat Warga Dusun Jelegong dapat menjawab Warga Dusun Jelegong
masyarakat dusun kesehatan 20 April 2018 pertanyaan dan dapat berpartisipasi mengatakan akan
Jelegong desa mengenai dengan baik melaksanakan diet dan
Jelegong Hipertensi kontrol hipertensi.
2. Kesiapan Penyuluhan Jumat Warga Dusun Jelegong dapat Warga Dusun Jelegong
meningkatkan Mengenai 20 April 2018 mempraktekan cuci tangan 6 langkah mengatakan akan
managemen cuci tangan dengan benar dan dapat menjelaskan mengimpementasikan cuci
kesehatan diri pada 6 langkah prilaku hidup bersih dan sehat.. tangan dalam kehidupan
masyarakat dusun sehari-hari
Jelegong desa
Jelegong
3. Resiko terjadinya Penyuluhan Jumat Warga Dusun Jelegong dapat menjawab Warga Dusun Jelegong
penyakit (ISPA) Mengenai 20 April 2018 pertanyaan mengeni cara pengelolaan mengatakan akan
akibat pencemaran pengelolaan sampah berdasarkan 3R melaksanakan pemilahan
lingkungan pada sampah sampah rumah tangga
masyarakat dusun untuk berdasarkan organik dan
Jelegong desa pencegahan anorganik.
Jelegong resiko
terjadinya
(ISPA)
DOKUMENTASI

PENDATAAN
MUSYAWARAH MASYARAKAT DUSUN JELEGONG
PENKES SDN 5 JELEGONG
IMPLEMENTASI
KESJA

Anda mungkin juga menyukai