Disusun Oleh :
SUBIYANTO ,S.Kep
NIM : N520184159
NIM : N520184159
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn “S”
Umur : 66 tahun 2 bulan 15 hari
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
2. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif (Sebelum diajarkan tehnik relaksasi nafas dalam )
Pasien mengatakan khawatir akan operasi
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
4
4. ANALISIS
Semua pasien yang akan rencana akan dilakukan tindakan operasi, baik
operasi minor apalagi operasi mayor pasti mengalami yang namanya
kecemasan, perasaan khawatir, merasa tegang, gemetar, lesu, tidak bisa
beristirahat dengan tenang, sering terbangun dimalam hari, sedih atau terlihat
murung, nyeri pada otot, pucat, lemas, denyut nadi meningkat, berdebar-
debar, rasa tertekan atau sempit di dada, nafas pendek atau sesak, rasa mual
atau muntah, sering buang air kecil, kepala pusing, kepala terasa berat, tidak
tenang dan gelisah.
Seseorang yang merasa terancam maka respon tubuh akan berespon
mengeluarkan hormone adrenalin yang berfungsi untuk meningkatkan
kewaspadaan, efek yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan detak
jantung dan denyut nadi, dalam hal ini seseorang yang akan dilakukan tindakan
operasi maka ia merasa terancam secara otomatis tubuh akan mengeluarkan
hormone adrenalin.
Selain hormone adrenalin seseorang yang merasa terancam juga akan
mengeluarkan hormone kortisol atau hormone stress yang berfungsi untuk
menjaga tubuh agar tetap terjaga, hal ini dibuktikan dengan adanya gejala
pasien merasa kawatir. Karena efek dari hormon-hormon tersebut maka
wajar bila pasien yang akan dilakukan operasi mengalami gejala tersebut.
Relaksasi merupakan keadaan dimana tubuh dan pikiran merasa nyaman,
tenang, rileks, terkontrol, dan jauh dari ketegangan (Audah, 2011). Beberapa
macam teknik relaksasi dapat diterapkan pada klien yang mengalami
kecemasan, salah satunya relaksasi napas dalam (Perry & Potter, 2010).
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan kecemasan
dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang cemas, dengan cara
menarik napas (inspirasi) secara perlahan kemudian ditahan selama ±5 detik
dan akhirnya dihembuskan (ekspirasi) secara perlahan pula diikuti dengan
merilekskan otot-otot bahu (Smeltzer, et.al, 2010).
Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan gejala-
gejala yang dirasakan pasien, hal ini dikarenakan dalam keadaan rileks
seseorang akan merasakan tenang, tidak merasa terancam sehingga terjadi
penurunan kadar hormone adrenallin dan kortisol dan meningkatkan hormone
endorfin dan hormone serotonin yaitu hormone yang berperan dalam perasaan
senang dan tenang.
5
5. REFERENSI