Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ciri Umum Kelas Amphibia


Amphibia sebagian besar hewan yang menghabiskan tahap awal siklus
kehidupannya di dalam air, dari bentuk larva berupa kecebong yang bernapas dengan insang
luar kemudian larva mengalami metamorfosis menjadi anak katak dengan alat pernapasan
berupa paru-paru. Ada beberapa yang tidak pernah meninggalkan air dan yang lainnya ada
yang tidak pernah masuk ke dalam air pada tahap tertentu dari siklus kehidupannya. Ada juga
yang tidak punya paru-paru sampai dewasa dan bernapas melalui kulit, karenanya kulit
tersebut selalu basah dan glandular (Stlzoo, 2018).

2.2 Klasifikasi Amphibia


Kelas AMPHIBIA
Subkelas Apsidospondyli
Superordo Labirinthodonta
Ordo Temnospondyli
Ordo Anthracosauria
Superordo Salientia
Ordo Proanura
Ordo Anura (katak dan kodok)
Familia Ada 17 familia: Pipidae, Discoglossidae,
Rhinophrynidae, Pelobatidae, Leptodactylidae,
Bufonidae, Rhinodermatidae, Dendrobatidae,
Atelopidae, Hylidae, Centrolenidae,
Heleophrynidae, Pseudidae, Ranidae,
Rhacophoridae, Microhylidae, Phrynomeridae.
Subkelas Lepospondyli
Ordo Aistopoda
Ordo Nectridia
Ordo Caudata atau Urodela
Familia Ada 8 familia: Hynobiidae, Cryptobranchidae,
Ambystomidae, Salamandridae, Amphiunidae,
Plethodontidae, Proteidae, Sirenidae.
Ordo Gymnophiona atau Apoda
Familia Caeciliidae
Tabel Klasifikasi Kelas Amphibia (Sukiya, 2001).

2.3 Struktur Anatomi dan Morfologi Kelas Amphibia


1. Sistem Rangka
Kerangka pada Amphibi diadaptasi dalam bentuk primitif berjalan. Kerangkanya relatif tidak
beraturan dengan kolom vertebral yang panjang. Kaki belakang memiliki ukuran yang sama
dengan humerus dan tulang paha yang diadakan secara horizontal ke tubuh. Hewan-hewan
memajukan kaki diagonal mereka setiap kali tubuh membungkuk.

Kerangka katak secara khusus diadaptasi untuk melompat dan berenang. Kerangka ini sangat
keras dengan ilium panjang di pelvis, ekor yang berkurang, kaki belakang yang memanjang,
kaki depan pendek dan kuat. Hewan-hewan melompat dan berenang dengan menyodorkan
kaki belakang ke belakang bersama. Tengkorak menunjukkan gigi pedicellate, fitur dari
semua amfibi.2. Sistem Otot
Sistem otot pada amphibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi
antara ikan dan reptil. Sistem otot pada ikan terpusat pada gerakan tubuh ke lateral, membuka
dan menutup mulut serta gill apertura (operculum atau penutup lubang celah insang) dan
gerakan sirip yang relatif sederhana. Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.
Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi tampak
tanda-tanda perbedaan. Sekat horisontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari sistem
otot epaksial dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti dalam
pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi (Sukiya, 2001: 36). Selanjutnya, otot
hipaksial terlepas atau terbagi dalam lapisan-lapisan kemudian membentuk otot-otot oblique
eksternal, oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang.
Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu berenang, berjalan, meloncact atau memanjat,
melibatkan perkembangan berbagai tipe otot. Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu
sendiri dan berupa otot-otot intrinsik.
Gambar 2.2 Sistem Otot pada katak
Sumber: Kardog, 1998
3. Sistem Sirkulasi
Sebagian besar amphibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerima
darah oksi dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh.
Untuk mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah tersebut, bahwa amfibi telah
mengembangkan ke arah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial,
kantong ventrikular dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh
pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke
sisi kanan ventrikel dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung oksigen
dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri
ventrikel untuk selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian terjadi
pada salamander yang tidak mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial tidak lengkap
dan vena pulmonalis tidak ada (Sukiya, 2001: 37).
Kebanyakan pada amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang.
Arkus aorta ketiga pada sisi dasar karotid internal, dan arkus aorta keempat merupakan sistem
arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan keenam
arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dan ke kulit
dimana aerasi terjadi. Sistem venosus pada amfibi sangat mirip pada ikan paru-paru, kecuali
pada vena abdominal masuk sistem portal hepatik ke sinus venosus.
4. Sistem Pencernaan
Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di air sehingga
tidak memerlukan banyak kelenjar mukus di mulut. Kelenjar-kelenjar ini banyak terdapat
pada katak (frog) dan kodok (toad) darat, khususnya pada lidahnya, yang digunakan untuk
menangkap mangsa.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amphibia yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa
amphibia mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar (Protrusible tongue) serta pada
katak dan kodok lidah digulung ke belakang bila tidak digunakan. Esofagus pendek dapat
dibedakan dari lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan
ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan
kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka ke kloaka (Sukiya,
2001: 38).

Gambar 2.4 Organ dan saluran pencernaan katak


Sumber: Miller dan Harley, 1999
5. Sistem Pernapasan
Selama tahap larva, sebagian amfibi bernapas dengan insang. Insang ini bertipe
eksternal. Struktur insang luar adalah filamenous, tertutup epitelium bersilia, umumnya
mereduksi selama metamorfosis. Pada beberapa amfibi berekor, insang luar akan terus ada
selama hidupnya.
Umumnya pada larva akuatik, kadar hemoglobin lebih rendah sebagai akibat
sedikitnya sirkulasi eritrosit sehingga insang lebih efisien karena secara umum aktivitas di
lingkungan air lebih sedikit dibandingkan di daratan.
Struktur paru-paru pada amfibi yang hidup di air, pada permukaan dalam dari paru-
paru lembut tetapi sebagian besar dinding paru-paru pada katak dan kodok berisi lipatan
alveoli sehingga meningkatkan permukaan pernapasan. Beberapa amfibi dari ordo Caudata
memiliki trakhea pendek, disokong oleh kartilago yang terbagi dalam dua cabang yang
membuka ke arah paru-paru. Ujung dari trakhea atas diperluas, khususnya pada katak dan
kodok untuk membentuk larink atau voice box (sakus vocalis= kotak suara) dimana pita suara
berada. Pertemuan antara faring dan laring disebut glotis. Pada umumnya udara dipompa ke
dalam paru-paru melalui proses yang sederhana. Sebagian besar amfibi bernapas melalui
kulit, sehingga kelembaban kulit harus tetap dijaga (Sukiya, 2001: 39).
Kulit amphibia sangat tipis dan hanya terdiri dari 5-8 sel, banyak mengandung
kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya kapiler darah yang merupakan lanjutan dari
arteri kutanea, memungkinkan Amphibia untuk melakukan pernapasan kulit. Pernapasan kulit
terjadi baik di darat maupun di air. Urodela akuatik memperoleh ¾ kebutuhan oksigennya
melalui pernapasan kulit,
katak pohon ¼ dan katak darat 1/3. Sebagian besar (hampir 90%) pengeluaran CO2 pada
amphibia dilakukan melalui kulit (Tenzer, et al., 2014). Amfibi darat dalam menjaga
kelembaban dibantu dengan adanya sejumlah kelenjar mukus yang didistribusikan di
permukaan tubuhnya. Tetapi pada salamander ketika dewasa akan mendapatkan oksigen
melalui kulit dan epitelium oral.
Gambar 2.5 Sistem Pernapasan pada Amfibi (katak)
Sumber: Campbell, 2000
6. Sistem Urogenital
Pada amfibi berekor, ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi
pada jenis Anura ada tendensi menjadi pendek. Pembuluh arfinefrik (hanya melakukan
transpor sperma) amfibi jantan berupa genital ekskretori.
Bangsa amfibi memiliki kandung kemih yang merupakan hasil dari perluasan ujung
pembuluh arkinefrik distal melewati pembuluh ginjal menuju kloaka, kemudian menuju ke
penampung urine. Pada amfibi darat, air dari urine yang terkum[ul diserap kembali pada
waktu tertentu untuk mengimbangi kelembaban kulit yang berkurang. Amfibi yang banyak
menghabiskan waktu di dalam tanah seperti spadefoot toad (Scaphious), dapat menyerap air
dari tanah selama tekanan osmotik cairan tubuh lebih tinggi daripada tegangan air dalam
tanah (Sukiya, 2001: 40).
Indung telur pada amfibi berpasangan dan berisi rongga yang di dalamnya berisi getah
bening. Oviduk juga berpasangan meskipun di daerah distal menyatu. Pada ujung distal
masing-masing oviduk diperluas ke uterus membentuk struktur ovidak sebagai tempat
penyimpanan ova secara temporer sebelum dikeluarkan. Kelenjar yang mengeluarkan jelli
untuk melumuri telur-telur biasanya berada di dalam ovidak (Sukiya, 2001: 41).
Testis berpasangan dan berhubungan langsung dengan tubulus mesonefrik ke kloaka,
tidak ada organ kopulasi spesial. Pada kodok terdapat struktur yang disebut organ Bidder
terletak di anterior setiap testis.
7. Sistem Saraf
Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal otak tengah, dimana sel-sel saraf
terkonsentrasi di dalam tektum. Telensefalon secara alami merupakan bagian penciuman,
sehingga memperluas hemisfer cerebral. Lineal body ditemukan pada semua amfibi, tapi pada
Anura memiliki parietal body atau ujung organel pineal. Cerebellum pada amfibi sangat kecil
yang menyebabkan amfibi bergerak lamban, kecuali pada Caecilia. Amfibi hanya memiliki
10 saraf kranial. Akar dorsal dan ventral dari saraf spinal bergabung melalui foramen
invertebrata.

Stlzoo. 2018. Amphibians . (Online),


https://www.stlzoo.org/animals/abouttheanimals/amphibians . diakses tanggal 3 Maret
2018
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai