Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu
golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun. Usia ini merupakan usia yang rentan terhadap masalah-masalah
kesehatan. Anak pada usia ini, 5-6 hari dalam seminggu akan pulang dan pergi ke sekolah
dengan melewati berbagai macam kondisi lalu lintas dan lingkungan yang mengalami
polusi, sumber penyakit, bergaul dengan teman yang semuanya rawan tertular berbagai
penyakit (Zaviera, 2008). Penanaman pengertian serta kebiasaan hidup sehat sangat
penting pada masa ini, dengan tujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan baik melalui sekolah maupun di luar sekolah. Dukungan
orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitar yang diterima kelompok usia sekolah akan
membentuk suatu karakter kesehatan tertentu nantinya.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization setiap
tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, sementara data Departemen
Kesehatan menunjukkan diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit
penyakit diare sepanjang tahun (Dinkes Jateng, 2010). Frekuensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) keracunan pangan pada anak di sekolah meningkat pada tahun 2004. Menurut
Rahayu et al (2005) dalam Fitri (2007), terjadinya kasus keracunan atau gangguan
kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan dikarenakan oleh
ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan
berbahaya (mikrobiologis dan kimia), kantin sekolah dan pangan siap saji di sekolah yang
belum memenuhi syarat higienitas, dan donasi pangan yang bemasalah.
Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata
umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Oleh karena itu,
penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan
melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). PHBS disekolah adalah upaya
untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar mampu
mempraktikan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Peranan
orang tua juga sangat penting dalam mengatasi permasalahan kesehatan anak usia
sekolah. Deteksi dini, pencegahan dan penanganan gangguan kesehatan anak sekolah
dapat mengurangi resiko komplikasi yang ditimbulkan. Peran perawat komunitas dalam

1
memberikan asuhan keperawatan kepada kelompok usia sekolah yaitu menyusun
pengkajian sampai evaluasi kesehatan dapat dilakukan secara langsung.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui mengenai konsep asuhan
keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok anak usia sekolah.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi dari anak sekolah dan tahap perkembangan anak usia sekolah
2. Mengetahui lingkup praktek keperawatn komunitas pada anak usia sekolah
3. Mengetahui standar praktek keperawatan sekolah
4. Mengetahui masalah kesehatan pada anak usia sekolah
5. Memahami peran perawat dalam keperawatan kesehatan sekolah
6. Memahami rencana tindakan keperawatan komunitas

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui dan
menambah wawasan mengenai konsep asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada anak
usia sekolah

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah

2
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Banyak
ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah
terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-
masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-
dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu.

2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada anak perempuan lebih
pendek dan gemuk. Pada usia ini pembentukan lemak lebih cepat daripada otot.

2. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau kelompok.
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia sekolah digolongkan
dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa
prasekolah dan mencintai seseorang.
3. Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol kemampuan anak
yang dimiliki pada tahap operasional konkret, yaitu :
a. Konservasi : menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara konkret bukan
magis.
b. Klasifikasi : mualai belajar mengelompokkan, menyusun dan mengurutkan
c. Kombinasi : mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginan yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya.
4. Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka, sehingga mereka
mematuhi semua peraturan karena takut masuk neraka.
5. Perkembangan bahasa

3
Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai berkurang karena
bertambahnya pengalaman dan telah mendengarkan penguapan yang benar.
Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi karena
anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
6. Perkembangan Seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan gerak-
geriknya sesuai dengan peran seksnya.
7. Perkembangan Konsep Diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan saudara lainnya. Dan
anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego ideal yang berfungsi sebagai
standar perilaku umum yang di internalisasi.

2.3 Lingkup Praktek Keperawatan Komunitas Anak Usia Sekolah

Tujuan utama pelayanaan kesehatan pada abad 20 ini adalah menciptakan Negara
dengan tingkat kesejahteraan anak yang optimal sehingga anak akan berumur panjang,
bahagia, dan produktif. Organisasi Kesehatan Dinua (WHO) telah mencanangkan konsep
sekolah sehat atau Health Promoting School. Heath Promoting School adalah sekolah
yang telah melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan
dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan
aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, serta memberikan akses terhadap
pelayanan kesehatan di sekolah.

Program kesehatan sekolah sangat penting untuk diaplikasikan karena siswa sekolah
sebagai kelompok khusus membutuhkan perlindungan dari berbagai hazard lingkungan.
Siswa sekolah juga membutuhkan kesehatan agar dapat belajar secara efektif, sehingga
dihasilkan sumber daya manusia atau orang dewasa yang sehat dimasa yang akan datang.
Tujuan kesehatan sekolah difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, mengidentifikasi masalah kesehatan dan mencari upaya pemecahan masalah
kesehatan yang ada serta memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup yang
lebih sehat kepada siswa dan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
program kesehatan sekolah komprehensif yaitu suatu kebijakan prosedur dan aktivitas
yang dirancang untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan siswa
serta civitas akademika sekolah yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan
b. Pendidikan kesehatan
c. Peningkatan kesehatan lingkungan
4
d. Aktivitas latihan fisik
e. Pelayanan bimbingan dan konseling psikologis
f. Pelayanan makanan yang sehat untuk sivitas sekolah
g. Pelayanan pekerja sosial
h. Tenaga promosi kesehatan
i. Keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan sekolah.

2.4 Standar Praktek Keperawatan Sekolah

Dalam melaksanakan upaya peningkatan kesehatan sekolah diperlukan kerjasama


multidisiplin (tim) yang terdiri dari Perawat, Guru, Orang tua, pekerja administrasi,
psikolog (konselor), tenaga dokter, sosial worker, Dokter gigi dan ahli gizi. (Mubarak
dan Chayatin, 2009). Standar prakter keperawatan sekolah yaitu:

1. Perawat sekolah menggunakan dasar pengetahuan klinik dalam melakukan praktek


keperawatan kesehatan sekolah
2. Perawat sekolah menggunakan pendekatan sistematik dalam pemecahan masalah.
3. Perawat sekolah berkontribusi pada pendidikan siswa dengan pendekatan proses
keperawatan.
4. Perawat sekolah menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif dalam
melaksanakan tugas.
5. Perawat sekolah membangun dan memelihara program kesehatan program kesehatan
sekolah komprehensif
6. Perawat sekolah melakukan kolaborasi dengan tenaga lain untuk memenuhi
kebutuhan siswa
7. Perawat sekolah melakukan kolaborasi dengan masyarakat dalam menyusun sistem
pelayanan dan berfungsi sebagai liasi antara sekolah dengan masyarakat
8. Perawat sekolah membantu klien (siswa ,keluarga dan komunitas) untuk mencapai
kesejahteraan yang optimal melalui pendidikan kesehatan
9. Perawat sekolah melakukan penelitian dan praktik inovatif dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan sekolah
10. Perawat sekolah meningkatkan kwalitas pelayanan dan peningkatan profesional.

2.5 Masalah Kesehatan pada Anak Usia Sekolah

Masalah kesehatan anak usia sekolah di Indonesia masih sangat memprihatinkan.


Menurut riset kesehatan dasar (riskesdas) 2010, terjadi peningkatan perilaku tidak sehat
yang terjadi pada anak usia sekolah yaitu kebiasaan merokok pada usia sekolah. Pada
5
tahun 2007, prevalensi yang ada sebesar 10,3 persen. Di tahun 2010, terjadi peningkatan
yang cukup signifikan yaitu 17,5 persen.

Tidak hanya itu, masalah kesehatan anak usia sekolah juga terjadi disebabkan
kurangnya makan buah dan sayur akibat kebiasaan anak-anak yang lebih suka jajan
sembarangan di sekolah, serta kurangnya perilaku benar dalam hal cuci tangan yang
menyebabkan berbagai penyakit.

Prevalensi anak usia sekolah kurang makan buah dan sayur masih di angka 93.6
persen dari 100 persen untuk kategori umur 10 sampai dengan 14 tahun. Sementara
perilaku benar dalam cuci tangan ialah masih sebatas 17 persen di umur 10 sampai 14
tahun dari 100 persen.

2.6 Peran Perawat komunitas


Peranan perawat komunitas dalam upaya kesehatan sekolah adalah:

1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah


a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melaksanakan pengumpulan data, analisas data dan perumusan masalah serta
prioritas masalah kesehatan anak sekolah
b. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun.
c. Penilaian dan pemantauan hasil kegiatan UKS.
d. Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang diterapkan.
2. Sebagai Pengelola Kegiatan UKS Perawat kesehatan yang bertugas di Puskesmas
dapat menjadi salah satu anggota dalam TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai
seorang koordinator, maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung
jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
3. Sebagai Penyuluh dalam Bidang Kesehatan Peran perawat kesehatan dalam
memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung melalui
penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal atau secara tidak
langsung sewakktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perorang

2.7 Intervensi Asuhan Keperawatan Anak Sekolah

Intervensi asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan masalah


kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan, tetapi pada umumnya dilakukan
tindakan berikut ini :

1. Promosi Kesehatan tentang PHBS


2. Pelaksanaan Screening Test
6
3. Imunisasi DT/TT
4. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
5. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Pelatihan dokter/perawat kecil
7. Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan dokter/perawat kecil.
8. Dan lain-lain.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Study Kasus

SDN Rawa-rawa Asa merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang didirikan pada
tahun 2000 yang beralamatkan di Pontianak, Kalimantan Barat. Sekolah ini terletak di
pinggir rawa-rawa dekat lahan perkebunan yang cukup lembab. SDN Rawa-rawa Asa
memiliki siswa sebanyak 240 orang yang terdiri dari 6 tingkatan kelas. Mayoritas
perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah. Banyak siswa yang setelah
bel istirahat berbunyi berbondong-bondong pulang ke rumah karena hanya ada satu
kantin dalam sekolah dan jarak rumah ke sekolah cukup dekat sehingga kebanyakan
siswa lebih memilih makan di rumahnya sendiri. Siswa tersebut jarang memakai alas
kaki saat keluar kelas dengan alasan mereka malas untuk memakai sepatu yang sudah
ditata rapi saat akan memasuki kelas. Siswa tidak dibiasakan memakai alas kaki saat
keluar kelas dan tidak mencuci kaki maupun tangan, padahal anak SD tersebut sering
melakukan kontak langsung dengan tanah karena memang lingkungan sekolah tidak
berpaving. Di sekolah ini terdapat UKS, namun UKS tersebut tidak terawat dan hanya
dijalankan oleh PMR serta guru yang bertugas. 4 kamar mandi untuk satu sekolah, dibagi
antara laki-laki dan perempuan. 3 dari 4 kamar mandi tersebut, kran airnya berfungsi
sehingga untuk BAB, siswa sering melakukannya di sembarang tempat dan biasanya
dibelakang sekolah karena berbatasan langsung dengan perkebunan warga yang mana
juga merupakan tempat bermain mereka sehari-hari. Lingkungan sekolah dan lingkungan
tempat tinggal berdekatan dengan tempat pembuangan sampah yang menjadi salah satu
tempat bermain siswa sehari-hari karena ketiadaan tempat bermain. Kran air di depan
7
kelas untuk cuci tangan tidak berfungsi sebagian yaitu 4 dari 6 kran air untuk cuci tangan
tidak berfungsi. Sampai saat ini, belum ada kurikulum khusus bagi siswa di sekolah
tersebut mengenai pendidikan kesehatan.
3.2 Pengkajian

1. Data Inti Komunitas

a. Sejarah
SDN Rawa-rawa Asa merupakan sekolah dasar negeri yang didirikan pada tahun
2000.
b. Demografi
SDN Rawa-rawa Asa memiliki jumlah Guru sebanyak 15 orang dengan rincian,
perempuan 10 orang dan laki-laki 5 orang, dengan pendidikan 9 orang S1 dan 6
orang D3 serta 1 Penjaga Sekolah. SDN Rawa-rawa Asa terdiri dari 6 tingkatan
kelas dengan jumlah total siswa ada 240 siswa, dengan rincian:
Kelas I : Laki-laki: 24, Perempuan: 20
Kelas II : Laki-laki: 22, Perempuan: 20
Kelas III : Laki-laki: 20, Perempuan: 18
Kelas IV : Laki-laki: 18, Perempuan: 22
Kelas V : Laki-laki: 14, Perempuan: 22
Kelas VI : Laki-laki: 15, Perempuan: 25
Usia rata-rata Siswa awal masuk sekolah adalah 7 tahun, usia kurang dari 7 tahum
dan mendekati 7 tahun tetap diterima
c. Kelompok Etnis
Suku mayoritas adalah Dayak
d. Nilai, kepercayaan, dan agama
Agama yang dianut oleh siswa SD Rawa-rawa Asa mayoritas adalah agama Islam
yakni sebanyak 82,7%.
e. Kebiasaan
Pada saat istirahat siswa lebih banyak pulang kerumah tanpa beralas kaki dan
tidak mencuci tangan saat makan, tidak memakai alas kaki saat keluar kelas, juga
tidak mencuci tangan dan kaki setelah bermain. BAB dibelakang sekolah yang
merupakan tempat bermain mereka sehari-hari. Lingkungan sekolah dan tempat
tinggal dekat dengan tempat pembuangan sampah.
2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
SDN Rawa-rawa Asa merupakan tipe sekolah permanen, tempatnya cukup
lembab, dekat rawa rawa dan lahan perkebunan. Kondisi lingkungan kurang baik
karena dekat dengan tempat pembuangan sampah baik itu linkungan sekolah
maupun tempat tinggal. hanya ada satu kantin di dalam sekolah, terdapat fasilitas
lain seperti perpustakaan, UKS, dan terdapat 4 kamar mandi yang terpisah antara
8
kamar mandi anak laki-laki dan perempuan, 3 dari 4 kamar mandi kran air tidak
berfungsi. Kran air di depan kelas untuk cuci tangan tidak berfungsi sebagian
yaitu 4 dari 6 kran air untuk cuci tangan tidak berfungsi.
b. Pendidikan
Di SDN Rawa-rawa Asa tidak terdapat kurikulum khusus tentang health
promotion, hanya terdapat pelajaran Olahraga yang membahas sedikit tentang
materi tersebut. Di SD ini juga terdapat ekstrakulikuler PMR.
c. Keamanan dan Transportasi
1) Petugas keamanan
Terdapat satu penjaga sekolah yang merangkap menjadi tukang kebun.
2) Sarana transportasi siswa
Kebanyakan siswa berjalan kaki untuk menuju ke sekolah karena lokasi
rumah mereka dekat dengan sekolah dan sebagian menggunakan sepeda
sebagai alat transportasi.
3) Jembatan penyeberangan dekat dengan sekolah
Tidak ada.
4) Petugas dijalan raya
Terdapat petugas keamanan yang bertugas membantu siswa untuk
menyebrang jalan.
5) Keamanan fasilitas sekolah
Kurang terjaga seperti ruang UKS yang tidak terawat, kamar mandi yang
kotor beserta kran air yang tidak berfungsi, dan kran air di depan kelas yang
hanya sebagian yang berfungsi.
6) Keamanan makanan/minuman siswa
Terdapat Kantin sekolah yang menyediakan makanan dan minuman yang
aman untuk dikonsumsi karena yang menyediakan makanan keluarga dari
Guru sekolah itu sendiri yang tinggal dirumah dinas.
d. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
1) Akses pelayanan kesehatan terhadap siswa
Terdapat UKS, namun hanya ada peugas PMR dan guru yang bertugas untuk
menjaga UKS tersebut. Kotak P3K selalu tersedia dan selalu dilakukan
pengecekan dari puskesmas setempat.
2) Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
Dilakukan imunisasi rutin dari dinas kesehatan setempat
3) Dampak pelayanan kesehatan terhadap siswa
Dari adanya pelayanan kesehatan di sekolah ini sangat bermanfaat bagi
siswa.
4) Jenis pelayanan umum untuk siswa
Tidak terdapat pelayanan umum untuk siswa di sekolah ini, hanya ada sedikit
bantuan dari pemerintah seperti BOS.
e. Politik dan pemerintahan
1) Peraturan PEMDA tentang siswa

9
Pemerintah daerah memiliki kebijakan tentang pemakaian seragam batik
pada hari Rabu dan Kamis.
2) Situasi politik dan pengaruhnya terhadap siswa
Di sekolah ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan politik apapun yang
masuk, sehingga tidak ada pengaruh dari situasi politik sekitar lingkungan
sekolah.
f. Ekonomi
Kondisi ekonomi siswa di sekolah ini tergolong tingakt ekonomi menengah ke
bawah. Kebanyakan orang tua dari siswa berprofesi sebagai petani, swasta
industry, dan wiraswasta.
g. Komunikasi
Siswa SDN Rawa-rawa Asa tidak diperbolehkan untuk membawa handphone ke
sekolah, namun disediakan telepon di runag guru untuk menghubungi keluarga
siswa bila terjadi sesuatu yang mengharuskan keluarga datang menjemput siswa.
Selalu disiapkan surat atau undangan untuk memulai suatu kegiatan, yang
disebarkan ke keluarga siswa.
h. Rekreasi
Bagi siswa kelas 1 dan 2 dilakukan rekreasi ke tempat wisata sungai terdekat
dengan sekolah dan disertai dengan pendampingan orang tua. Bagi siswa kelas 3,
4, dan 5 selalu diadakan kegiatan rekreasi setiap 2 tahun sekali dengan tujuan
wisata ke beberapa tepat sejarah seperti tugu, museum, dll. Sedangkan Bagi siswa
kelas 6 dilakukan rekreasi ke berbagai tempat wisata yang bersamaan dengan
acara perpisahan sekolah.

3.3 Analisa Data

Data Etiologi Maslaah Keperawatan


DO : Kurangnya pengetahuan siswa Defisiensi kesehatan
Terjadi peningkatan
akan kebersihan dan kesehatan komunitas : Domain 1.
penderita cacingan pada
pada tubuh anak yang Promosi Kesehatan : Kelas
siswa SD Rawa-rawa Asa
menyebabkan tingginya angka 2. Managemen Kesehatan
sebanyak 15%
cacingan.
DS :
Siswa sering melakukan
BAB di sembarang tempat
dan biasanya dibelakang
sekolah karena kran air
tidak berfungsi.
10
DO : Kurangnya kesadaran siswa Perilaku kesehatan
Terdapat lantai tidak
dan warga sekolah untuk cenderung berisiko : domain
berpaving dan beralaskan
menjaga kesehatan lingkungan 1 promosi kesehatan : kelas
tanah. Kran air tidak
sekolah untuk memakai alas 2 manajemen kesehatan
berfungsi.
kaki serta mencuci kaki dan
DS : tangan
Para siswa tidak
dibiasakan memakai alas
kaki dan tidak mencuci
kaki dan tangan.

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada agregat anak usia sekolah di


SD Rawa-rawa Asa (Domain 1. Promosi Kesehatan; Kelas 2. Managemen
Kesehatan; Kode 00188)
2. Defisiensi kesehatan komunitas pada agregat anak usia sekolah di SD
Rawa-rawa Asa (Domain 1. Promosi Kesehatan; Kelas 2. Managemen
Kesehatan; Kode 00215)
3.5 Scoring Diagnosis Keperawatan Komunitas

Pemberian bobot prioritas masalah didasarkan pada tinggi rendahnya tingkat


dari setiap kriteria pada masing-masing masalah keperawatan yang muncul.
Bobot yang diberikan mulai dari 1 - 5 (1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup,
4 = tinggi, 5 = sangat tinggi).
Cara perhitungan meliputi bobot total yang didapatkan dengan menjumlahkan
semua nilai dari masing-masing kriteria. Lalu bobot yang tertinggi yang akan
menjadi prioritas pertama dalam penanggulangan masalah.

Masalah Kriteria
Total
keperawatan A B C D E F G H I J K L

11
Defisiensi kesehatan
komunitas pada
agregat anak usia 3 2 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 36
sekolah di SD
Rawa-rawa Asa
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
pada agregat anak 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 33
usia sekolah di SD
Rawa-rawa Asa

Keterangan :
A : Risiko terjadi/jumlah yang berisiko G : Tempat
B : Risiko keparahan H : Waktu
C : Potensial untuk pendidikan kesehatan I : Dana
D : Minat masyarakat J : Fasilitas kesehatan
E : Kemungkinan diatasi K : Sumber dana
F : Sesuai program L : Sesuai dengan peran perawat

3.6 Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas pada
agregat usia sekolah di SD Rawa-rawa Asa adalah sebagai berikut.
NO Diagnosa Keperawatan Score

Defisiensi kesehatan komunitas pada agregat anak


1 36
usia sekolah di SD Rawa-rawa Asa

Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada agregat


2 33
anak usia sekolah di SD Rawa-rawa Asa

3.7 Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Perilaku kesehatan Primer : Primer :
cenderung berisiko pada Perilaku Promosi Kesehatan Pendidikan kesehatan
agregat anak usia sekolah di  Menggunakan perilaku  Targetkan sasaran pada
12
SD Rawa-rawa Asa. yang menghindari resiko kelompok berisiko tinggi
(Domain 1. Promosi dan rentang usia yang
(160201/IV)
Kesehatan; Kelas 2.  Memonitor perilaku akan mendapat manfaat
besar dari pendidikan
Managemen Kesehatan; personal terkait dengan
kesehatan
Kode 00188) resiko (160203/IV)  Identifikasi faktor
 Melakukan perilaku internal dan eksternal
kesehatan secara rutin yang dapat meningkatkan
atau mengurangi motivasi
(160207/IV)
untuk berperilaku sehat
 Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
 Identifikasi sumber daya
yang diperlukan untuk
melakukan program
 Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka
pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif
daripada menekankan
pada manfaat jangka
panjang atau efek negatif
dari ketidakpatuhan
 Libatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan

Peningkatan kesadaran
kesehatan

 Gunakan komunikasi
yang sesuai dan jelas
 Berkomunikasi dengan
mempertimbangkan
kesesuaian budaya, usia,
dan kesesuaian jenis
13
kelamin
 Pertimbangkan status
kesadaran kesehatan
pasien di awal kontak
melalui pengkasian
 Gunakan strategi untuk
meningkatkan
pemahaman
 Gunakan beberapa alat
komunikasi
Sekunder :
Sekunder :
Identifikasi resiko
Perilaku Skrining Kesehatan
 Jelaskan kepada pasien
Pribadi pentingnya identifikasi
 Mengenali adanya resiko yang tepat sepanjang
pertemuan kesehatan
penyakit (163401/IV)
 Lakukan verifikasi pasien
 Mengenali kebutuhan
di waktu yang berbeda
untuk skrining ketika prosedur yang
(163402/IV) dilakukan rumit dan
 Mendapatkan skrining melibatkan beberapa
kesehatan yang tahap
 Lakukan identifikasi
direkomendasikan melalui anggota keluarga
(160213) atau teman balik ketika
pasien tidak dapat
memberikan informasi
 Ajarkan pasien mengenai
Tersier : risiko yang berkaitan
dengan identifikasi yang
Perilaku patuh (bersifat aktif) salah
 Menggunakan strategi Tersier :
untuk mnegoptimalkan Modifikasi Perilaku
kesehatan (160009/IV)  Tentukan motivasi pasien
 Melakukan skrining terhadap perlunya
sendiri mengenai status perubahanperilaku
 Hindari menunjukkan
kesehatan secara mandiri perilaku atau
(160014/IV) ketidaktertarikan pada
saat pasien berjuang
untuk merubah
perilakunya
 Tawarkan penguatan
14
positif dalam pembuatan
keputusan mandiri pasien
 Dukung pembelajaran
mengenai perilaku yang
diinginkan dengan
menggunakan tekning
modeling
 Lakukan penguatan
peninjauan kembali
dalam rentang yang
panjang

Defisiensi kesehatan Primer : Primer :


komunitas pada agregat anak Pengetahuan : Promosi Pendidikan kesehatan
usia sekolah di SD Rawa- Kesehatan  Targetkan sasaran pada
rawa Asa  Perilaku yang kelompok berisiko tinggi
dan rentang usia yang
meningkatkan kesehatan
(Domain 1. Promosi akan mendapat manfaat
(182308/IV) besar dari pendidikan
Kesehatan; Kelas 2.
 Praktik gizi yang sehat kesehatan
Managemen Kesehatan;  Identifikasi faktor
(182318/IV)
Kode 00215)  Pengetahuan : Gaya hidup internal dan eksternal
yang dapat meningkatkan
sehat
atau mengurangi motivasi
 Strategi mencegah
untuk berperilaku sehat
penyakit (185523/IV)  Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
 Identifikasi sumber daya
yang diperlukan untuk
melakukan program
 Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka
pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif
daripada menekankan
pada manfaat jangka
panjang atau efek negatif
dari ketidakpatuhan
 Libatkan individu,
15
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan

Peningkatan kesadaran
kesehatan

 Gunakan komunikasi
yang sesuai dan jelas
 Berkomunikasi dengan
mempertimbangkan
kesesuaian budaya, usia,
dan kesesuaian jenis
kelamin
 Pertimbangkan status
kesadaran kesehatan
pasien di awal kontak
melalui pengkasian
 Gunakan strategi untuk
meningkatkan
pemahaman
 Gunakan beberapa alat
Sekunder :
komunikasi
Kontrol resiko
Pengajaran kelompok
 Mengidentifikasi faktor
 sediakan lingkungan yang
resiko (190220/IV)
 Menggunakan fasilitas konduktif untuk belajar
 libatkan keluarga dan
kesehatan yang sesuai
orang terdekat
dengan kebutuhan  koordinasikan sumber
(190213/IV) daya yang ada dalam
 Perilaku skrining fasilitas untuk
membentuk komite
kesehatan pribadi
 Mendapatkan pelayanan perencanaan/penasehat
yang bisa berkontribusi
perawatan kesehatan
terhadap program dan
setelah adanya hasil menyediakan fotum
skrining yang tidak untuk memastikan
komitmen terhadap
normal (163417/IV)
program
Sekunder :

16
Identifikasi resiko
 Jelaskan kepada pasien
pentingnya identifikasi
yang tepat sepanjang
pertemuan kesehatan
 Lakukan verifikasi pasien
di waktu yang berbeda
ketika prosedur yang
dilakukan rumit dan
melibatkan beberapa
tahap
Tersier :  Lakukan identifikasi
melalui anggota keluarga
Perilaku patuh (bersifat aktif)
atau teman balik ketika
 Melakukan monitor pasien tidak dapat
sendiri mengenai status memberikan informasi
 Ajarkan pasien mengenai
kesehatan secara mandiri
risiko yang berkaitan
(160014/IV) dengan identifikasi yang
 Menggunakan jasa salah
pelayanan kesehatan yang
Skrining kesehatan
sesuai dengan kebutuhan
(160010/IV)  Tentukan populasi target
untuk dilakukannya
pemeriksaan kesehatan
 Jadwalkan pertemuan
untuk meningkatkan
efisiensi dan rawatan
individual
 Dapatkan persetujuan
untuk dilakukannya
prosedur skrining
kesehatan yang sesuai
 Berikan kenyamanan
selama prosedur skrining
 Berikan informasi
pemeriksaan diri yang
tepat selama skrining

Tersier :

Konsultasi
 Identifikasi tujuan

17
berkonsultasi
 Libatkan pihak yang
mencari pertolongan
dalam keseluruhan proses
konsultasi
 Dukung bagi mereka
yang mencari pertolongan
untuk melangkah lebih
baik terkait dengan lebih
mampu mengarahkan diri
sendiri dan tanggung
jawab

Modifikasi Perilaku
 Tentukan motivasi pasien
terhadap perlunya
perubahanperilaku
 Hindari menunjukkan
perilaku atau
ketidaktertarikan pada
saat pasien berjuang
untuk merubah
perilakunya
 Tawarkan penguatan
positif dalam pembuatan
keputusan mandiri pasien
 Dukung pembelajaran
mengenai perilaku yang
diinginkan dengan
menggunakan tekning
modeling
 Lakukan penguatan
peninjauan kembali
dalam rentang yang
panjang

18
19

Anda mungkin juga menyukai