Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Vibriosis merupakan suatu penyakit pada ikan yang disebabkan oleh
kelompok bakteri Vibrio sp. yang banyak terdistribusi di air bersih, air terpolusi,
air laut kecuali yang salinitasnya tinggi, mikroflora dalam usus, ginjal dan darah
ikan. Penyakit ini sering menyerang pada budidaya ikan air laut, air payau dan air
tawar. Vibrio sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang panjang atau
lengkung, berukuran 0,5-2,0 µm dapat bergerak karena mempunyai 2-3 flagela
polar pada spesies tertentu (Duijn, 1973).
Strain virulen biasanya menyebabkan wabah penyakit yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, stres, perubahan suhu yang mendadak, handling
yang kasar, penurunan oksigen, umur ikan, suhu tinggi, kandungan oksigen yang
rendah dan kepadatan populasi (Roberts, 1989; Bowser, 1999).

B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui morfologi, sifat biokimia dan fisiologis, jenis-jenis bakteri,
patogenitas dan patogenesis dari Vibrio sp. yang menyebabkan penyakit pada
ikan
2. Mengetahui gejala klinis pada ikan atau udang yang terserang penyakit
Vibriosis
3. Mengetahui cara pencegahan penyakit Vibriosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BAKTERI
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke
dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi. Beberapa kelompok bakteri
dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya
dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur
sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara selprokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara,
dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agenparasit (patogen),
bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi
ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan danjamur, tetapi
dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
 Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
 Diplococcus, jka berganda dua-dua
 Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
 Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
 Staphylococcus, jika bergerombol
 Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder,
dan mempunyai variasi sebagai berikut:
 Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
 Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
3. Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai
variasi sebagai berikut:
 Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk
koma)
 Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
 Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh atau morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri
tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari
koloninya.
Vibriosis merupakan suatu penyakit pada organisme air yang disebabkan
oleh kelompok bakteri Vibrio sp.yang banyak terdistribusi di air bersih, air
terpolusi, air laut kecuali yang salinitasnya tinggi, mikroflora dalam usus, ginjal
dan darah ikan. Penyakit ini sering menyerang ikan air laut, air payau dan air
tawar.Vibrio sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang panjang atau
lengkung, berukuran 0,5-2,0 µm dapat bergerak karena mempunyai 2-3 flagela
polar pada spesies tertentu. Strain virulen biasanya menyebabkan wabah penyakit
yang berhubungan dengan perubahan lingkungan, stres, perubahan suhu yang
mendadak, penanganan yang kasar, penurunan oksigen, umur ikan, suhu tinggi,
kandungan oksigen yang rendah dan kepadatan populasi (Albert et al. 1993).
Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat
dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri
ini termasuk jenis opportunistic patogen. Pemberian pakan yang tidak terkontrol
mengakibatkan akumulasi limbah organik di dasar tambak sehingga menyebabkan
terbentuknya lapisan anaerob yang menghasilkan H2S. Akibat akumulasi H 2S
tersebut maka bakteri patogen oportunistik, jamur, parasit, dan virus mudah
berkembang dan memungkinkan timbulnya penyakit pada udang. Ciri-ciri udang
yang terserang vibriosis antara lain kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu
makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration)
pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang
terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis (Rozi 2008).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Vibrio
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio

B. Morfologi Vibrio
Vibrio sp. menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara. Vibrio sp.
mempunyai sifat gram negatif, sel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok
(koma) atau lurus, berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm,
motil, dan mempunyai flagella polar. Menurut Austin (1988) bakteri ini bersifat
gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran
panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan
satu flagella pada ujung sel.
1. Vibrio Anguillarum
Ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red
dan H2S negatif.
2. Vibrio alginolyticus.
Ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa,
laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
3. Vibrio cholera
Ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif,
katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol
positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
4. Vibrio salmonicida

Ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol,
sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.

5. Vibrio vulnificus.

Ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S
glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa
bersifat negatif.

6. Vibrio parahaemolyticus.

Ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna
hijau tua. Karak-teristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase,
oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa,
fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.

C. Sifat Biokimia dan Fisiologis


Sifat biokimia Vibrio adalah oksidase positif, fermentatif terhadap glukosa
dan sensisif terhadap uji O/129. Sifat biokimia Vibrio adalah dapat meragikan
sukrosa, glukosa, dan manitol menjadi asam tanpa menghasilkan gas, sedangkan
laktosa dapat diragikan tetapi lambat.Vibrio juga dapat meragikan nitrat menjadi
nitrit. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan nitrat) akan
membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah
sehingga tes indol dinyatakan positif.
Hasil uji biokimia dari bakteri Vibrio antara lain adalah hasil positif pada
ujioksidase dan katalase. Pada uji indol Vibrio menunjukan hasil positif dan
bersifat motil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitol bakteri Vibrio
juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi sukrosa dan
manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak dapat
memfermentasikan laktosa.
Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA),
hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna merah yang
berarti bersifatbasa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning yang berarti
bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi terhadap Vibrio
juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji NaCl 0% memberi
hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6% dengan hasil bervariasi, dan
NaCl 8 % dengan hasil negatif (kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase
dan esculin hidrolisis Vibrio akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji
ornitin dekarboksilase Vibrio akan memberi hasil positif.
Bakteri ini sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh
optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk
bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau
kondisi alkali dengan pH 9,0.

D. Jenis-Jenis Vibrio Penyebab Penyakit Ikan dan Organisme yang Diserang


Menurut Lightner et. Al. (1992) jenis bakteri yang sering menginfeksi
organisme perairan yaitu, termasuk: V. harveyi, V. vulnificus, V.
parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. penaeicida (Lightner et al, 1992;). Telah
dilaporkan berkali – kali mengenai vibriosis yang disebabkan oleh V. damsela, V.
fluvialis dan Vibrio lain yang terdefinisi jenisnya.
Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, dengan kejadian tertinggi pada wilayah
dimana orang gemar makan seafood mentah. Vibrio parahaemolyticus tidak
dapat tumbuh dengan baik pada media differensial yang biasa digunakan
untuk Salmonella dan Shigella, tetapi dapat tumbuh dengan baik pada agar darah.
Mereka juga dapat tumbuh pada TCBS dimana menghasilkan koloni yang
berwarna hijau. Vibrio parahaemolyticus biasanya diidentifikasi melalui
pertumbuhan oksidase positifnya pada agar darah.
Di antara isolate Vibrio harveyi, beberapanya mematikan dan beberapanya
tidak mematikan. Vibriosis ada diseluruh dunia dan semua binatang laut berkulit
keras, termasuk udang, adalah yang paling mudah terkena. Infeksi vibrio terjadi
dalam semua tingkat kehidupannya, tetapi kejadian umum di hatcheries. Infeksi
vibriosis paling banyak yang telah dilaporkan untuk P. monodon dari kawasan
Indo-Pacific, P. japonicus dari Jepang, dan P. vannamei dari Ecuador, Negara
Peru, Kolumbia dan Amerika Tengah (Lightner, 1996). Vibriosis dinyatakan
melalui sejumlah sindrom. Hal ini meliputi: mulut dan lenteric (demam)
vibriosis, anggota badan dan cuticular vibriosis, luka vibriosis yang terlokalisir,
penyakit kulit, systemic vibriosis dan pembusukan hepatopancreatitis ( Lightner,
1990).
Udang yang terinfeksi bakteri ini akan bercahaya dalam keadaan gelap dan
biasanya menyerang larva pada stadium zoea, mysis dan post larva. Terjadi lima
jenis penyakit vibrio yang menyerang udang : necrosis pada ekor, penyakit kulit,
penyakit merah, sindrom lepas kulit ( LSS) dan penyakit usus putih ( WGD)
yang kesemuanya disebabkan oleh Vibrio Spp.
Vibrio merupakan salah satu bakteri patogen yang termasuk dalam famili
Vibrionaceae yang bersifat kosmopolitan dengan penyebaran yang sangat luas.
Menurut Murdjani (2002), ada beberapa jenis bakteri Vibrio yang hidupnya
berasosiasi dengan kerapu bebek yang antara lain V. alginolitycus, V.
anguillarium dan V. Fuscus yang mana keganasan V. alginolitycus dan V.
anguillarium dapat menyebabkan kematian larva kerapu bebek. Bahkan V.
alginolitycus dapat menyebabkan kematian larva hingga 100 %. Terdapat pula
bakteri vibrio yang menyerang larva kerapu tikus yaitu V. fluvialis, V. vulnificus,
V. ordalii, V. methcnikovii.

E. Sifat Patogenitas
Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio,
maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni
yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada
suhu kamar (30°C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja,
dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-
hijau (sukrosa negatif).
Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Pada Vibrio
parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber
penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi
oleh lalat. Serta hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang
yang telah sembuh dari penyakit, dan orang yang tidak pernah sakit tetapi
membawa bibit penyakit atau healthy carrier.

F. Gejala Klinis Penyakit Vibriosis


Gejala klinis penyakit vibriosis bentuk akut pada ikan dewasa ditandai
dengan warna kulit kusam disertai hilang nafsu makan, letargi dengan hemoragi
dipangkal sirip dengan fin rot yaitu kerusakan kulit dengan tepi merah atau putih
karena infeksi sekunder jamur. Dinding abdomen, organ viseral, jantung, dan
kulit terjadi hemoragi difus, membengkak, distensi abdomen dengan asites.
Penyebaran penyakit cepat dan ikan mati dalam 2-3 hari dengan mortalitas
tinggi. Biasanya dalam keadaan stres ikan tampak berwarna kusam (gelap)
dengan hemoragi kutan pada sirip dan ekor, insang pucat, hemoragi tersebut
memborok sampai terjadi lesi di kulit. Saat nekropsi terlihat kongesti dengan
hemoragi diseluruh permukaan organ internal dan cairan serosanguinus pada
ginjal dan limpa yang membengkak (Spira et al. 1981). Hewan laut yang telah
terinfeksi Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah,
berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah
(red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat
menyala.
Gambaran mikroskopik terlihat hemoragi dan foki bakteri di jaringan otot
jantung, hemapoetik dan insang. Adanya infiltrasi sel leukosit pada foci berkaitan
dengan eksotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio sp. Foki nekrotik bakterial
terlokalisir pada dermis dan epidermis, diawali dengan hiperemi dan edema
fibrin, infiltrasi makrofag dan polimorfonuklear leukosit yang menyebar rata.
Nekrosis pada pusat lesi dengan deposit fibrin, banyak sel radang mengandung
granula melanin (Roberts, 1989).
Sel epitel usus nekrosis dan mengelupas ke lumen, pada organ jantung, hati
dan pankreas ditemukan nekrosis fokal likuifaktif. Sel hati dan epitel tubulus
ginjal mengalami degenerasi, sel glomerulus rusak, hemoragi jaringan interstitial
dengan eksudat serum berfibrin (Miyazaki dan Jo,1985).
Bentuk Vibriosis kronis yang dapat diamati adalah letargi, eksoptalmia, lesi
nekrosis, pembengkakan hipodermal, perdarahan di sirip, hidung, ventrikulus,
otot dan jaringan, limpa dan ginjal bengkak dan lunak, ginjal sering mengalami
nekrosis pada glomerulus, tubulus dan dearah interstitial, fokal nekrosis pada hati
dan ikan dapat bertahan meskipun adanya jaringan parut (Roberts, 1989). Selain
itu pada infeksi bakterial yang kronis terlihat adanya perubahan cara berenang
yaitu berenang miring dan bergerak lamban, lesu dan hilang nafsu makan
(Khairuman dan Amri, 2003).

G. Patogenesis Bakteri Vibrio


Patogenesis dari penyakit ini, bakteri masuk lewat darah dan ke sirkulasi
jaringan menyebabkan kerusakan dan radang pada pembuluh darah kulit dan
pangkal sirip, diikuti hemoragi pada jantung dan akumulasi cairan di abdomen
yang menyebabkan dropsi. Bakteri yang masuk ketubuh ikan melalui epitel dari
traktus interstinalis menyebabkan septikemia hemoragi. Selain itu bakteri dapat
juga menginfeksi ikan melalui insang. Bakteri ini memperbanyak diri pada
daerah usus dan menginduksikan toksin sehingga menimbulkan toksemia pada
hewan yang diserangnya. Hemoragi kapiler terjadi pada bagian luar insang dan
lapisan submukosa abdomen, sedangkan sel hepar dan tubulus renalis
menunjukkan adanya degenerasi. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri tersebut
menyebabkan anemia hemolitik yang mengakibatkan peningkatan hemosiderin
pada pusat melanomakrofag pada jaringan hemapoietik limpa dan ginjal
(Benenson et al. 1964). Gambaran mikroskopik terlihat hemoragi dan foki
bakteri di jaringan otot jantung, hemapoetik dan insang. Adanya infiltrasi sel
leukosit pada foci berkaitan dengan eksotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio sp.
Foki nekrotik bakterial terlokalisir pada dermis dan epidermis, diawali dengan
hiperemi dan edema fibrin, infiltrasi makrofag dan polimorfonuklear leukosit
yang menyebar rata. Nekrosis pada pusat lesi dengan deposit fibrin, banyak sel
radang mengandung granula melanin (Gustaffson et al. 1985).
Genus Vibrio merupakan agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang
hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio yang
berpendar umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit
udang berpendar.

H. Pencegahan Penyakit Vibriosis


Pencegahan dan pengobatan dengan antibiotik dapat dilakukan, antara lain
penggunaan oxytetracycline sebanyak 0,5 garam per kg makanan pada udang
yang ditambak selama 7 hari, sulphonamides 0,5 gram per kg makanan udang
ditambak selama 7 hari dan chloromphenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat
makanan udang selama 4 hari. Bahan-bahan yang digunakan merupakan salah
satu bahan kimia yang digunakan juga dalam pengobatan ikan yang terkena
bakteri Vibrio (Basyari et al 1988).
Iodin merupakan salah satu bahan yang juga dapat digunakan sebagi bahan
dapat mencegah penyebaran bakteri Vibrio. Iodin dapat dengan mudah kita
peroleh di pasaran berupa cairan antiseptik seperti yang sering kita kenal dengan
betadin, mercurucrome dan lain-lain. Iodin merupakan bahan aktif yang biasanya
digunakan sebagai obat oles luar untuk pengobatan pertama pada luka karena bisa
mencegah infeksi lanjutan. Iodin mengandung bahan aktif yang fungsinya dapat
melumpuhkan atau mematikan bakteri atau kuman pada luka. Iodin terbukti
ampuh untuk mempercepat sembuhnya luka yang ada di sekujur tubuh ikan dalam
waktu seminggu tanpa melalui perendaman antibiotik, hasilnya akan terlihat
setelah dioles keluka pada hari ketiga. Cara pencegahan penyakit akibat
bakteri Vibrio dapat dilakukna dengan cara menghindari sama sekali kontak ikan
sehat dengan yang sakit, lakukan tindakan cepat terhadap ikan yang mulai terlihat
serangan vibriosis, karantina ikan yang baru datang, dan bila perlu tutup
sementara akses keluar masuknya ikan di area budidaya. Manajemen pengelolaan
budidaya yang baik dan benar juga perlu dibiasakan. Pencegahan timbulnya
penyakit merupakan tindakan yang sangat bijaksana daripada mengobati setelah
ikan sakit. Penanganan yang baik sesuai kaidah yang ada sangat diperlukan dan
penganan dini dengan cairan antiseptik iodin akan membantu pembudidaya dalam
mencegah meluasnya serangan vibriosis (Feliatra 1999).
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Albert MJ, Ansaruzzaman M, Bardhan PK, Faruque ASQ, Faruque SM, Islam
MS, Mahalanabis D, Sack RB, Salam MA, Siddique AK, Yunus M,
Zaman K. 1993. Large epidemic of cholera-like disease in Bangladesh
caused by Vibrio cholerae O139 synonym Bengal. Lancet 342:387–390
Anonim. 2012. Cara Mengatasi Vibrio spp pada Ikan.
http://www.alamikan.com/2012/05/cara-mengatasi-penyakit-vibrio-spp-
pada.html. Diakses pada 10 Oktober 2016.
Anonim. Vibriosis pada Ikan. http://tentanghewan.com/vibriosis-pada-ikan/.
Diakses pada 10 Oktober 2106.
Astuti. Vibriosis. 2012. https://astutipage.wordpress.com/tag/vibrio/. Diakses pada
9 Oktober 2016.
Basyari A, Danakusumah, Philip TE, Mustahal P, Isra M. 1988. Budidaya Ikan
Beronang. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan dan International
Development Research Centre
Benenson AS, Islam MR, Greenough WB. 1964. Rapid identification of Vibrio
cholerae by darkfield microscopy. Bull WHO 30: 827-831
Feliatra. 1999. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri. http://kambing-ui.ac.id .
Diakses pada 10 Oktober 2016.
Gustafsson B, Holme T. 1985. Rapid detection of Vibrio cholerae O1 by motility
inhibition and immunofluorescence with monoclonal antibodies. Eur J
Clin Microbiol 4: 29-34
Rozi FA. 2008. Penerapan budidaya udang ramah lingkungan dan berkelanjutan
melalui aplikasi bakteri antagonis untuk biokontrol vibriosis udang windu
(Penaeus monodon Fabr.) [makalah]. Yogyakarta: Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada
Spira WM, Ahmed QS. 1981. Gauze filtration and enrichment procedures for
recovery of Vibrio cholerae from contaminated waters. Appl. Environ.
Microbiol. 42: 730–733.
Wirnawati. 2013. Makalah Vibrio sp.
http://wirnawatisilviantiyunita.blogspot.co.id/. Diakses pada 10 Oktober
2016.

Anda mungkin juga menyukai