Anda di halaman 1dari 14

ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638

Ris.Geo.Tam Vol. 28, No.1, Juni 2018 (101-114)


DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.745

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DESA TERBAH DAN


SEKITARNYA, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN
GUNUNG KIDUL BERDASARKAN SLOPE STABILITY
PROBABILITY CLASSIFICATION
SLOPE STABILITY ANALYSIS IN TERBAH VILLAGE, DISTRICT OF
PATUK, GUNUNG KIDUL USING SLOPE STABILITY PROBABILITY
CLASSIFICATION

Alvian Rizky Yanuardian1-2, I Gde Budi Indrawan2, dan I Wayan Warmada2


1
Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135
2
Teknik Geologi – Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK Desa Terbah merupakan salah satu Satuan Breksi Andesit 2, Satuan Tufa, Satuan
desa di Indonesia yang rawan longsor. Daerah ini Batupasir Tufan, dan Satuan Batupasir. Hasil
berada pada sedimen Tersier yang telah pengukuran pada 35 lereng menunjukkan 14
mengalami deformasi dan pelapukan kuat yang lereng berada dalam kondisi tidak stabil
berpotensi longsor, sehingga diperlukan analisis berdasarkan kestabilan lereng orientasi
kestabilan lereng untuk upaya mitigasi. Tulisan ini independen (tidak terpengaruh diskontinuitas),
bertujuan mengidentifikasi karakteristik satuan dan 18 lereng berpotensi terjadi longsor gelinciran
geologi teknik lereng dan nilai probabilitas tingkat (sliding), dan 14 lereng berpotensi terjadi longsor
kestabilan lereng. Metode penelitian yang robohan (toppling) berdasarkan orientasi
digunakan yaitu pengamatan tingkat pelapukan, dependen (terpengaruh diskontinuitas).
pengukuran bidang diskontinuitas (spasi,
Kata kunci: kestabilan lereng, sedimen Tersier,
kekasaran, lebar bukaan) pada lereng berdasarkan
analisis kinematika, Slope Stability Probability
metode Rock Mass Rating (RMR), pengujian
Classification (SSPC), Rock Mass Rating (RMR).
laboratorium menggunakan point load test, dan
analisis kestabilan lereng dengan metode ABSTRACT Terbah village is one of the rural
kinematika dan Slope Stability Probability areas in Indonesia that has high vulnerability to
Classification (SSPC). Hasil penelitian landslide. This area occupies the Tertiary
menunjukkan bahwa terdapat lima satuan geologi sediment which had been deformed and highly
teknik batuan, yaitu: Satuan Breksi Andesit 1, weathered, therefore prone to landslide. It is
important to analyze the slope stability of the study
_______________________________
area as a part of the mitigation measures. This
Naskah masuk : 21 Februari 2018 paper aims to identify the engineering geological
Naskah direvisi : 7 Mei 2018 units and the probability values of the slope
Naskah diterima : 5 Juni 2018 stability. Methods included the observation of
____________________________________
weathering degree, measurement of slope
Alvian Rizky Yanuardian discontinuities (space, roughness, width of
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI opening) according to Rock Mass Rating (RMR),
Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135 point load test in the laboratory, and slope
Email : alvian.ry@gmail.com stability analysis using kinematic method and
I Gde Budi Indrawan Slope Stability Probability Classification (SSPC).
Departemen Teknik Geologi UGM Results show that there are five engineering
Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten geological units: Andesitic Breccia Unit 1,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 Andesitic Breccia Unit 2, Tuff unit, Tuffaceous
Email : igbindrawan@ugm.ac.id

©2018 Pusat Penelitian Geoteknologi 101


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

Sandstone Unit, and Sandstone Unit. gambaran perilaku geomekanik lereng dalam
Measurements of 35 slopes show that based on keadaan alami dan tidak terganggu. Kemudian
independent orientation analysis 14 slopes are dilakukan desain kemiringan lereng yang dinilai
unstable, and based on dependent orientation berdasarkan parameter massa batuan, serta
analysis 18 slopes are prone to sliding and 14 mempertimbangkan metode penggalian dan efek
slopes are susceptible to toppling. pelapukan (Hack, 1998; Hack, 2002; Hack et al.,
2003) dan yang terakhir adalah penilaian
Keywords: slope stability, Tertiary sediment,
probabilitas kestabilan lereng. Penerapan analisis
kinematic analysis, Slope Stability Probability
kestabilan lereng metode SPCC pada lereng
Classification (SSPC), Rock Mass Rating (RMR).
batugamping di Turki (Canal dan Akin, 2016)
PENDAHULUAN menghasilkan estimasi tingkat kestabilan lereng
Desa Terbah, Kabupaten Gunung Kidul yang cukup baik pada tipe longsoran planar dan
merupakan daerah yang dikategorikan memiliki toppling bila dibandingkan dengan metode
kerentanan rendah – tinggi (PVMBG, 2014). analitik. Lindsay et al., (2001) memodifikasi
Kawasan ini ditempati oleh sedimen Tersier yang sistem SSPC dengan memasukkan aspek kadar air
dicirikan oleh perlapisan sedimen Tersier bagian batuan, indeks alterasi kimia untuk untuk
sayap antiklin (Surono et al., 1992). Rekahan- kekuatan batuan utuh untuk secara tidak langsung
rekahan dengan kerapatan yang bervariasi dan mengakomodasi pengaruh slaking serpih pada
tingkat pelapukan yang lanjut dapat menjadi kestabilan lereng tambang batubara Waikato,
faktor utama pemicu longsoran (Karnawati, 2007 Selandia Baru. Aplikasi metode SSPC oleh Cabria
dan Pongpanya, 2011). Tingkat kemiringan lereng (2015) pada batuan vulkanik dan endapan
yang relatif curam juga menjadi faktor lain pemicu vulkaniklastik Kuarter menunjukkan bahwa selain
kejadian longsor (Southammavong, 2011). Faktor faktor orientasi lereng, tinggi lereng dan orientasi
utama tingkat kestabilan lereng di alam, bidang diskontinuitas, batuan yang mengalami
pemotongan lereng di jalan, atau di area tambang pelapukan menengah sampai tinggi cenderung
adalah hadirnya bidang diskontinuitas seperti tidak stabil dibandingkan dengan batuan yang
rekahan, patahan, foliasi, bidang lapisan, dan zona sedikit lapuk. Secara umum keunggulan metode
geser pada bagian muka lereng. Orientasi bidang SSPC mencakup penilaian yang komprehensif
diskontinuitas menjadi salah satu faktor penting terhadap kinematika lereng, derajat pelapukan
dalam evaluasi potensi kestabilan lereng dan jenis batuan, dan dapat memberikan prediksi tinggi
longsoran (Hoek dan Bray, 1989), dimana terdapat lereng optimal (Lindsay et al., 2001).
beberapa model seperti planar, membaji, toppling Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, metode
dan circular (Wyllie dan Mah, 1974). SSPC (Hack, 1996) dapat digunakan untuk
Mempertimbangkan kondisi geologi berupa menghitung probabilitas tingkat kestabilan lereng
sedimen Tersier yang berada pada daerah rawan di daerah penelitian yang dipengaruhi oleh proses
longsor, maka pengetahuan karakterisitik geologi pelapukan dan intensitas bidang diskontinuitas.
teknik batuan pada lereng tersebut penting untuk Tingkat pelapukan merupakan salah satu
diketahui, terutama dari permasalahan karakter parameter yang diperhitungkan, selain kekuatan
materialnya terhadap kestabilan lereng. Dengan batuan utuh, metode pemotongan lereng, dan
melakukan pendekatan analisis kinematika, SSPC kondisi bidang diskontinuitas dalam menentukan
dan RMR, maka akan diperoleh tingkat kestabilan probabilitas tingkat kestabilan lereng yang tidak
lereng, baik pola dan jenisnya longsoran secara terpengaruh oleh bidang diskontinuitas.
akurat sehingga dapat digunakan untuk Sedangkan, intensitas diskontinuitas merupakan
menentukan area-area zona ancaman longsoran. parameter terpenting pada perhitungan
Sistem SSPC adalah sistem klasifikasi massa probabilitas tingkat kestabilan lereng yang
batuan berdasarkan pendekatan tiga tahap dan terpengaruh diskontinuitas. Sehingga, hasil akhir
pada penilaian probabilistik dari berbagai nilai probabilitas tingkat kestabilan lereng dibagi
mekanisme kestabilan independen dalam lereng menjadi 2, yang tidak terpengaruh dan
(Hack dan Price, 1995). Pertama, massa batuan terpengaruh diskontinuitas. Berdasarkan kajian
terekspos dikarakterisasi dan dikoreksi tersebut, tulisan ini bertujuan mengidentifikasi
berdasarkan tingkat pelapukan dan galian untuk karakteristik satuan geologi teknik lereng dan
mendapatkan parameter yang penting sebagai tingkat kestabilan lereng di daerah batuan sedimen

102
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

Tersier, agar diketahui secara detil lereng yang bergelombang dengan ketinggian antara 135–675
memiliki probabilitas untuk longsor jenis mdpl (Gambar 1).
gelinciran, robohan, dan yang tidak terpengaruh
Menurut Surono et al., (1992), geologi daerah
bidang diskontinuitas.
Patuk dan sekitarnya mulai dari tua ke muda
LOKASI DAN GEOLOGI DAERAH disusun oleh endapan sedimen Tersier yaitu
PENELITIAN Formasi Kebobutak : bagian atas perselingan
batupasir, batulempung, tuf tipis, bagian bawah
Lokasi daerah penelitian secara dominan berada di
batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan
Desa Terbah Kecamatan Patuk, Kabupaten
aglomerat. Formasi Semilir : Tuf, breksi
Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa
batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih.
Yogyakarta pada koordinat UTM 49S 447.000 –
Formasi Nglanggeran : breksi gunung api,
454000mT dan 9132000 – 9137000mU dengan
aglomerat, lava andesit-basal dan tuff. Pola
luas area 35 km2 (7 km x 5 km), berupa perbukitan
struktur geologi pada formasi tersebut

Gambar 1. Peta geologi daerah penelitian dan lokasi lereng (modifikasi dari Surono et al., 1992).

103
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

menggambarkan bagian dari sayap antiklin Semilir berada di Gunung Semilir. Formasi ini
dengan jurus baratlaut–tenggara dengan terdiri atas tufa andesit–dasitik, breksi pumis
kemiringan ke selatan, diduga dapat dasitik, perselingan batupasir konglomerat dan
menggambarkan potensi jenis longsoran tufan, batulempung tufan, batupasir tufan, dan
gelinciran (planar) dan robohan (toppling) serta serpih.
tingkat pelapukan berkisar 0,5 hingga 1 meter.
Formasi Nglanggeran (Tmng)
Formasi Kebo Butak (Tomk)
Formasi Nglanggeran merupakan formasi tertua
Formasi Kebo Butak merupakan formasi tertua ketiga setelah Formasi Semilir. Hubungan
yang ada di daerah penelitian. Satuan ini tersebar stratigrafi Formasi Nglanggeran dan Formasi
di bagian utara dan timurlaut daerah penelitian. Semilir ini menurut Surono et al., (1992) adalah
Formasi ini berumur Oligosen–Miosen Awal. menjari. Formasi ini berumur Miosen Awal.
Formasi ini terdiri atas lapisan batupasir, Lokasi tipe formasi ini berada di bukit
batulanau, batulempung, serpih, tufa, dan Nglanggeran. Formasi Nglanggeran terdiri atas
aglomerat pada bagian bawah. Formasi ini breksi vulkanik, breksi aliran, lava aglomerat,
memiliki kontak selaras dengan Formasi di tufa, dan batulempung.
atasnya yaitu Formasi Semilir.
METODE
Formasi Semilir (Tms)
Metode penelitian yang dilakukan yaitu meliputi
Formasi Semilir merupakan formasi tertua kedua pengamatan lapangan dan pengukuran lereng pada
yang ada di daerah penelitian. Sebaran formasi ini 35 lokasi meliputi aspek tingkat pelapukan (Tabel
berada di tengah daerah penelitian. Formasi ini 1), kemiringan lereng, arah kemiringan bidang
berumur Miosen Awal. Lokasi tipe dari Formasi diskontinuitas, jarak antar bidang diskontinuitas

Tabel 1. Tingkat pelapukan dan deskripsinya (ISRM, 1981b dalam Bieniawski, 1989).

Jenis
Tingkat Deskripsi
Pelapukan

Tidak tampak adanya tanda batuan yang lapuk.


I Fresh Terkadang ditemukan perubahan warna pada
bidang diskontinuitas.

Perubahan warna mengindikasikan pelapukan


Slighty dari material batuan dan bidang diskontinuitas.
II
Weathered Semua material batuan berubah warna akibat
pelapukan

Kurang dari setengah material batuan telah


Moderately terdekomposisi menjadi tanah. Batuan segar
III
Weathered atau yang berubah warnanya masih tampak
sebagai inti batuan.

Lebih dari setengah material batuan telah


Highly terdekomposisi menjadi tanah. Batuan segar
IV
Weathered atau yang berubah warnanya masih tampak
sebagai inti batuan.

Completely Keseluruhan material batuan terdekomposisi


V
Weathered menjadi tanah. Struktur batuan masih utuh.

Semua material berubah menjadi tanah.


Struktur massa dan kemas material hancur.
VI Residual Soil
Terjadi berubahan volume secara signifikan,
tetapi belum tertransport.

104
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

(Tabel 2), kondisi massa batuan menggunakan e.g. free of


pendekatan scanline (RQD) (Palmstrom, 2005),
clay. talc.
dan karakter bidang diskontinuitas (Tabel 3).
etc
Tabel 2. Deskripsi jarak antar diskontinuitas
(Bieniawski, 1989). soft coarse 0.75
Interval (cm) Deskripsi sheared medium 0.65
> 200 Sangat lebar material fine 0.55
60 – 200 Lebar e.g.clay.
20 – 60 Sedang talc. etc
6 – 20 Rapat gouge < irregularities 0.42
<6 Sangat rapat gouge > irregularities 0.17
flowing material 0.05
Tabel 3. Karakteristik diskontinuitas
Karst (Ka) none 0.17
(Hack,1996).
karst 0.05
Characteristic of Discontinues Rating
Roughness wavy 1.00
Penentuan kualitas massa batuan berdasarkan
large scale slightly wavy 0.95 Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989) dilakukan
dengan pengamatan lereng. 35 sampel lereng
(Rl) curved 0.90
tersebut diuji kekuatannya menggunakan alat uji
slightly curved 0.85 point load. Nilai indeks point load, kemudian
dikoreksi untuk mendapatkan nilai uniaxial
straight 0.80
compressive strength (Persamaan 1 dan 2)
Roughness rough 0.95 (ASTMD5731-08, 1985). Uji lain yang dilakukan
untuk menentukan kondisi keteknikan batuan
small scale stepped/irreguler
adalah uji berat isi dan specific gravity (ASTM
(Rs) smooth stepped 0.90 D6473-15, 2015).
polished stepped 0.85 Is(50) = P / De2 ...............................(1)
rough undulating 0.80 δuc = C x Is(50) ...............................(2)
smooth undulating 0.75 Is(50) = Nilai point load index dengan jarang
konus sampel 50mm
polished undulating 0.70 P = nilai beban ketika sampel hancur (N)
rough planar 0.65 De2 = 4A/π pada sampel axial,
balok dan bentuk ireguler (mm2)
smooth planar 0.60 C = faktor yang tergantung dari korelasi
polished planar 0.55 spesifik daerah antara δuc dan Is(50)
δuc = nilai uniaxial compressive strength
Infill cemented/cemented 1.07
material infill Kelebihan sistem SSPC mempertimbangkan
stabilitas orientasi dependen dan orientasi
(Im) no-infill staining 1.00 independen dari lereng dengan demikian dapat
non coarse 0.95 memberikan penilaian stabilitas lereng yang lebih
baik (Hack, 1998; Lindsay et al., 2001). Analisis
softening & medium 0.90 SSPC orientasi dependen terkait dengan orientasi
sheared fine 0.85 diskontinuitas dan kemiringan lereng, sedangkan
analisis SSPC orientasi independen menganggap
material kekuatan, kohesi dan sudut geser massa batuan

105
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

pada lereng tidak tergantung pada orientasi. Nilai SIRS = kekuatan batuan utuh terkoreksi lereng
probabilitas kestabilan lereng tersebut dihasilkan SSPA = spasi bidang diskontinuitas terkoreksi
dari plot perpotongan garis antara nilai ketinggian lereng
maksimal lereng (Persamaan 3) dengan tinggi SCD = kondisi diskontinuitas terkoreksi lereng
lereng di lapangan dan sudut geser dalam
terkoreksi dengan kemiringan lereng. Untuk analisis lereng eksisting, nilai kekuatan
batuan utuh terkoreksi (SIRS), jarak antar bidang
Hmax = 1,6 x 104 x SCOH x sin(slope dip) x cos diskontinuitas terkoreksi (SSPA), dan kondisi
(SFRI) / (1-cos(slope dip-SFRI))............(3) bidang diskontinuitas terkoreksi (SCD) memiliki
nilai sesuai dengan Persamaan 6. Sementara untuk
SCOH = kohesi terkoreksi lereng
desain pembuatan lereng baru, diperlukan
SFRI = sudut geser dalam terkoreksi lereng
parameter tingkat pelapukan untuk koreksi faktor
Parameter yang digunakan untuk menentukan pembagi.
ketinggian maksimal lereng adalah sudut geser
SIRS = IRS SSPA = SPA SCD = CD......(6)
dalam terkoreksi lereng (SFRI), kohesi terkoreksi
lereng (SCOH), dan sudut kemiringan lereng. IRS = kekuatan batuan utuh
Sudut geser dalam terkoreksi lereng (SFRI) dan SPA = spasi bidang diskontinuitas
kohesi terkoreksi lereng (SCOH) didapatkan dari CD = kondisi diskontinuitas
perhitungan parameter kekuatan batuan utuh
terkoreksi (SIRS), jarak antar bidang Nilai spasi diskontinuitas sendiri didapatkan dari
diskontinuitas terkoreksi (SSPA), dan kondisi perkalian tiga nilai faktor berdasarkan diagram
bidang diskontinuitas terkoreksi (SCD) faktor spasi diskontinuitas (Gambar 2)
(Persamaan 4 dan 5). (Persamaan 7). Nilai kondisi bidang diskontinuitas
merupakan fungsi dari nilai parameter kondisi
SFRI = (SIRS x 0,2417) + (SSPA x 52,12) + diskontinuitas (TC) dan jarak antar bidang
(SCD x 5,779)..........................(4) diskontiuitas (DS) (Persamaan 8). Karakteristik
bidang diskontinuitas dibagi menjadi empat
SCOH = (SIRS x 94,27) + (SSPA x 28629) +
parameter yaitu tingkat kekasaran skala besar dan
(SCD x 3593)...........................(5)

Gambar 2. Diagram semi-log faktor terhadap spasi diskontinuitas (Hack, 1996).

106
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

kecil, material pengisi, dan keterdapatan karst Arah kemiringan bidang diskontinuitas – arah
(Tabel 3). kemiringan lerengǀ > 90o.........................(13)
SPA = Faktor 1 x Faktor 2 x Faktor 3........(7) 𝜸< 85o........................................................(14)
𝑻𝑪𝟏 𝑻𝑪𝟐 𝑻𝑪𝒏 𝟏 𝟏 𝟏 TC <0,0087 x (-90 + 𝜸 + slope dip) dengan
CD =( + + )/( + + )
𝑫𝑺𝟏 𝑫𝑺𝟐 𝑫𝑺𝒏 𝑫𝑺𝟏 𝑫𝑺𝟐 𝑫𝑺𝒏 syarat (𝜸 >0o)...........................................(15)
....................(8)
AP = kemiringan diskontinuitas pada arah
Berbeda dengan perhitungan tingkat kestabilan kemiringan lereng
lereng yang tidak terpengaruh, perhitungan tingkat TC = parameter kondisi bidang diskontinuitas
kestabilan lereng yang terpengaruh bidang 𝜸 = kemiringan diskontinuitas pada lawan dari
diskontinuitas hanya menggunakan parameter arah kemiringan lereng.
kondisi dan geometri bidang diskontinuitas.
Secara umum, Hack (1996) membagi karakteristik Hasil perhitungan berupa kemiringan
orientasi bidang diskontinuitas dan lereng yang diskontinuitas pada arah kemiringan lereng (AP)
dapat berpotensi longsor jenis gelinciran (sliding) (persamaan 16) dan kemudian dicocokkan antara
berdasarkan persamaan (9-12). nilai orientasi AP dengan kemiringan lereng
(Tabel 4). Penggunaan grafik probabilitas
Arah kemiringan bidang diskontinuitas – arah kestabilan lereng jenis runtuhan gelinciran
kemiringan lerengǀ < 90o........................(9) (sliding) dan robohan (toppling) dilakukan bila
Sudut kemiringan lereng >AP + 5o.......(10) lereng memenuhi persyaratan pada persamaan
(11) untuk gelinciran dan persamaan (14) untuk
AP< 85o....................................................(11) robohan. Selanjutnya dilakukan analisis
TC < 0,0113 x AP....................................(12) kinematika secara grafis menggunakan perangkat
lunak DIPS untuk menentukan tipe keruntuhan
Parameter yang digunakan untuk lereng. Metode kinematika secara umum
mengkarakterisasi potensi longsor robohan digunakan untuk menentukan jenis longsoran,
berbeda dengan gelinciran. Perbedaan tampak tetapi seiring perkembangannya, metode ini mulai
pada parameter kemiringan diskontinuitas yang dijadikan pendekatan untuk menentukan
dihitung berdasarkan arah kemiringan lereng yang kestabilan lereng batuan berdasarkan
berlawanan. Hal tersebut juga sesuai dalam perbandingan orientasi bidang diskontinuitas dan
analisis kinematikanya (Goodman, 1989) lereng (Goodman, 1989).
(Persamaan 13-15).

Tabel 4. Probabilitas kestabilan lereng yang terpengaruh bidang diskontinuitas (Hack,1996).

Stability Sliding Toppling

AP > 84O or AP < -84O Vertical 100% 100%

(slope dip+5) < AP < 84O With 100% 100%

(slope dip-5) < AP < (slope dip+5) Equal 100% 100%

0 < AP < (slope dip-5) With Use graph sliding 100%

AP < 0o and (-90-AP+slope dip) < 0o Against 100% 100%

AP < 0o and (-90-AP+slope dip) > 0o Against 100% Use graph toppling

107
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

AP = arctan (cos (𝛔 – 𝛕) x 𝛽....................(16) satuan ini umumnya berwarna kemerahan, tetapi


dijumpai juga hasil pelapukan yang berwarna
𝛔 = arah kemiringan lereng
cokelat tua. Bidang diskontinuitas jarang
𝛽 = sudut kemiringan lereng
ditemukan di satuan ini. Hal tersebut dibuktikan
𝛕 = arah kemiringan bidang diskontinuitas
dengan nilai RQD yang berkisar 98% - 100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Satuan Breksi Andesit 1 memiliki kekuatan batuan
utuh 29,16 MPa. Nilai RMR pada satuan ini adalah
Geologi Teknik Daerah Penelitian 83 dan termasuk dalam kategori kualitas massa
Hasil pengamatan lapangan, pengukuran pada batuan sangat baik. Berat isi rata–rata satuan ini
bidang diskontinuitas, tingkat pelapukan, dan uji adalah 13,9 kN/m3 dan specific gravity 2,1.
laboratorium menunjukkan bahwa daerah Satuan Breksi Andesit 2
penelitian dapat dibagi menjadi 5 satuan geologi
teknik, yaitu Satuan Breksi Andesit 1, Satuan Satuan ini didominasi oleh breksi piroklastik
Breksi Andesit 2, Satuan Tufa, Satuan Batupasir Formasi Nglanggeran dengan tingkat pelapukan
Tufan dan Satuan Batupasir (Gambar 3). sedang–sangat kuat berwarna cokelat hingga
kemerahan (Gambar 3 bagian A). Keterdapatan
Satuan Breksi Andesit 1 kekar pada satuan ini hanya ditemukan di
Satuan ini didominasi oleh breksi piroklastik beberapa lokasi saja. Nilai RQD satuan ini 42% -
Formasi Nglanggeran (Gambar 3 bagian C). 76% dan kekuatan batuan utuh 4,9–30,4 MPa.
Batuan yang relatif dalam kondisi segar pada Nilai RMR pada satuan ini 48–55, termasuk dalam
satuan ini umumnya berwarna abu-abu cerah. kategori kualitas massa batuan sedang. Berat isi
Lapukan dari satuan ini hanya ditemukan di rata-rata satuan ini berkisar 11,7–24,6 kN/m3 dan
beberapa tempat saja. Warna pelapukan dari specific gravity 1,6–2,2.

Gambar 3. Peta geologi teknik daerah penelitian dan singkapan lokasi lereng : (A) litologi breksi
piroklastik lapuk kuat pada Satuan Breksi Andesit 2, (B) tufa lapuk sedang pada Satuan Tufa, (C) breksi
piroklastik pada Satuan Breksi Andesit 1, (D) batupasir lapuk kuat pada Satuan Batupasir, (E) batupasir
tufan lapuk sedang pada Satuan Batupasir Tufan.

108
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

Satuan Tufa Nilai kekuatan batuan utuh pada satuan 13,6 Mpa
dan nilai RMR 62 yang termasuk dalam kelas
Satuan ini terdiri atas litologi tufa dan lapili yang
kualitas massa batuan baik. Berat isi rata-rata
merupakan bagian dari Formasi Semilir (Gambar
satuan ini 22,5 kN/m3 dan specific gravity 1,7 –
3 bagian B) dengan tingkat pelapukan bervariasi
2,0.
yaitu segar hingga sangat lapuk. Bidang
diskontinuitas berupa kekar memiliki intensitas Analisis Kinematika
tinggi dan sangat rapat. Nilai RQD pada satuan ini
Analisis kinematika yang dilakukan pada lereng-
11% - 72% dan kekuatan batuan utuh pada Satuan
lereng di daerah studi bertujuan untuk menentukan
Tufa antara 1,5–30,2 MPa. Nilai RMR pada satuan
jenis longsoran yang berpotensi terjadi
ini cukup bervariasi, antara 36 – 80 yang termasuk
berdasarkan orientasi dependen (terpengaruh
dalam kategori kualitas batuan buruk–baik. Berat
diskontinuitas). Kinematika longsoran merupakan
isi rata-rata satuan ini 12,4 – 24,6 kN/m3 dan
fungsi dari arah kemiringan dan orientasi
specific gravity 1,4 – 1,8.
diskontinuitas, arah kemiringan dan orientasi
Satuan Batupasir Tufan lereng, dan sudut geser dalam yang diperoleh dari
perhitungan pada klasifikasi SSPC (Hack, 1996).
Satuan ini terdiri dari batupasir tufan yang
SSPC hanya membagi menjadi 2 jenis potensi
merupakan bagian dari Formasi Semilir (Gambar
longsoran yang terjadi, gelinciran (sliding) dan
3 bagian E), umumnya berada dalam kondisi lapuk
robohan (toppling). 2 jenis longsoran tersebut
sedang hingga kuat. Intensitas kekar yang ada
diidentifikasi terjadi salah satunya di Satuan
pada Satuan Batupasir Tufan tinggi dan rapat.
Batupasir Tufan yang memiliki intensitas
Nilai RQD pada satuan ini 36 – 66%, nilai RQD
diskontinuitas cukup tinggi (Tabel 5, Gambar 4).
yang kecil umumnya terdapat pada litologi
batupasir berbutir halus. Kekuatan batuan utuh Probabilitas Kestabilan Lereng
pada satuan ini 4,5 – 34,5 Mpa dan nilai RMR
Probabilitas kestabilan lereng dibagi menjadi dua
satuan ini 53 – 63 yang termasuk dalam kategori
ketegori,nilai probabilitas <50% menandakan
sedang – baik. Berat isi rata-rata satuan ini 16,6 –
lereng relatif tidak stabil, sedangkan nilai >50%
24,1 kN/m3 dan specific gravity 1,7 – 2,0.
menandakan lereng relatif stabil (Hack, 1996).
Satuan Batupasir Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng yang
tidak terpengaruh bidang diskontinuitas (orientasi
Satuan Batupasir terdiri atas batupasir yang
independen) yang dilakukan terhadap 35 sampel
merupakan bagian dari Formasi Kebo Butak.
lereng di daerah penelitian, terdapat 14 lokasi
Tingkat pelapukan yang berkembang pada satuan
yang relatif tidak stabil. Berdasarkan analisis
ini adalah sedang – kuat (Gambar 5 bagian D).
orientasi dependen terpengaruh diskontinuitas, 18
Keberadaan struktur geologi berupa kekar juga
lereng berpotensi terjadi longsor gelinciran
dijumpai di satuan ini dengan intensitas yang
(sliding) dan 14 lereng berpotensi terjadi longsor
sedang dan jarak spasi antar kekar cukup rapat.
robohan (toppling) (Gambar 5 dan 6).

Tabel 5. Karakteristik kinematika longsoran gelinciran (sliding) dan robohan (toppling).

Arah Sudut
Satuan Analisis Sudut
Lereng Kemiringan Geser Kedudukan
Geo. Teknik Kinematik Lereng Lereng Dalam Kekar
N103oE/76o
Batupasir N26oE/79o
A80 Toppling 85o 282o 60o
Tufan N106oE/73o
N29oE/82o
N2oE/70o
Batupasir N341oE/65o
A57 Sliding 80o 334o 44o
Tufan N76oE/88o
N176oE/15o

109
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

Gambar 4. Kinematika longsoran jenis gelinciran (sliding) lokasi A57 (A) dan robohan
(toppling)lokasi A80 (B).

Gambar 5. Probabilitas kestabilan lereng orientasi independen terhadap 35 lereng.


14 lokasi yang memiliki nilai probabilitas 14 14

110
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

Gambar 6. Probabilitas kestabilan lereng orientasi dependen terhadap 35 lereng.

14 lokasi yang memiliki nilai probabilitas (Hack, 1996). Selain karakteristik litologi
kestabilan lereng <50% menurut orientasi penyusun lereng, pembuatan lereng baru
independen didominasi oleh Satuan Tufa. Secara merupakan salah satu penyebab proses pelapukan
umum, lokasi yang diidentifikasi dalam kondisi menjadi lebih cepat (Miščević dan Vlastelica,
yang tidak stabil memiliki karakteristik nilai 2014). Terkelupasnya bagian permukaan lereng,
kohesi, sudut geser dalam, dan kemiringan lereng menyebabkan air hujan lebih mudah untuk
yang bervariasi. Ketiga parameter tersebut melapukkan bagian dalam batuan. Proses
menjadi parameter penting dalam menentukan pelapukan pada bagian interal batuan dimulai dari
ketinggian lereng kritis (Persamaan 3) (Hack, berkurangnya ukuran butir atau mineral sehingga
1996). Kohesi dan sudut geser dalam diperoleh menyebabkan hilangnya daya ikat antar butir dan
dari perhitungan koefisien nilai kekuatan batuan, membentuk rongga (Miščević dan Vlastelica,
jarak dan kondisi bidang diskontinuitas. Semakin 2014 dan Tuǧrul, 2004). Pada Satuan Tufa, proses
besar nilai ketiga paramter tersebut, maka nilai pelapukan pada internal batuan ditandai dengan
kohesi dan sudut geser dalam akan semakin besar. adanya perubahan warna kuning kecoklatan dan
Hal yang paling berpengaruh terhadap nilai ketiga tebentuknya rongga di sekitar fragmen (Gambar
paramater tersebut adalah tingkat pelapukan 7).

111
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

Gambar 7. Proses pelapukan bagian internal batuan pada Satuan Tufa.

Parameter yang digunakan untuk menghitung nilai berlimpah sehingga menambah potensi untuk
probabilitas kestabilan lereng orientasi dependen terjadi longsoran. Kecenderungan tingkat
menitikberatkan pada pendekatan kinematika dan kekasaran yang ada pada Satuan Tufa adalah
kekuatan geser. Pendekatan kinematika planar (relatif lurus), dimana tingkat kekasaran
bergantung dari beberapa parameter seperti arah tersebut memiliki sudut kemiringan yang relatif
orientasi diskontinuitas dan lereng serta sudut kecil dalam skala kecil, dampaknya adalah nilai
kemiringan bidang diskontinuitas dan lereng. kekuatan geser antar bidang diskontinuitas
Pendekatan kinematika digunakan untuk menjadi kecil.
menentukan jenis longsoran yang mungkin terjadi
Longsoran robohan umumnya terjadi pada Satuan
(Goodman, 1989). Kenyataannya, kekuatan geser
Batupasir Tufan. Karakteristik satuan ini
juga berperan dalam kestabilan lereng khususnya
cnederung sama dengan karakteristik Satuan Tufa
antar bidang diskontinuitas dan parameter yang
yang relatif memiliki tingkat kekasaran yang
mempengaruhi kekuatan geser antar bidang
relatif planar. Perbedaan yang menonjol adalah
diskontinuitas, antara lain tingkat kekasaran dan
perbandingan antara orientasi diskontinuitas
kekuatan antar bidang diskontinuitas (Singh dan
dengan lereng. Arah kemiringan bidang
Basu, 2018). Kedua parameter tersebut dirangkum
diskontinuitas yang relatif menghadap muka
Hack (1996) pada kurva AP dengan STC, dimana
lereng dan dengan adanya kekar yang memotong
AP menggambarkan pendekatan kinematika dan
relatif tegak lurus dengan bidang diskontinuitas,
STC merupakan fungsi dari kekuatan geser.
menjadikan Satuan Batupasir Tufan didominasi
Pendekatan kinematika yang dikembangkan oleh
longsoran jenis robohan (Gambar 4B).
Hack (1996) memiliki pengaruh terhadap
perhitungan probabilitas kestabilan lereng KESIMPULAN
(Persamaan 10). Kecenderungan lokasi Daerah penelitian terdiri dari lima satuan geologi
pengamatan yang tidak termasuk dalam kategori teknik yang memiliki karakteristik umum berupa
dalam Persamaan 9, probabilitasnya diakomodir tingkat pelapukan lanjut dengan intensitas bidang
pada formula yang dikembangkan oleh Hack diskontinuitas yang rapat. Dua parameter tersebut
(1996) (Persamaan 10). Parameter kekuatan geser sangat berperan dalam menentukan tingkat
pada orientasi ini terletak pada tabel kondisi kestabilan lereng berdasarkan Slope Stability
bidang diskontinuitas (Tabel 3). Terdapat dua Probability Classification (Hack, 1996). Terdapat
parameter yaitu tingkat kekasaran skala besar dan 14 lokasi yang diidentifikasi dalam kondisi tidak
skala kecil. Tingkat kekasaran berpengaruh stabil atau memiliki probabilitas kestabilan <50%,
terhadap kekuatan geser bidang diskontinuitas, 21 lainnya dalam kondisi stabil berdasarkan
dimana hubungan antara kedua hal tersebut adalah pendekatan probabilitas kestabilan lereng
berbanding lurus (Niktabar, et al., 2017). Kejadian orientasi independen. 18 lokasi diidentifikasi
longsor gelinciran umumnya terjadi pada Satuan berpotensi terjadi longsoran jenis gelinciran dan
Tufa. Satuan Tufa cenderung memiliki intensitas 14 lokasi berpotensi terjadi longsoran jenis
diskontinuitas berupa kekar yang rapat dan

112
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 101-114

robohan berdasarkan orientasi independen. Goodman, R.E., 1989, Introduction to Rock


Berdasarkan banyaknya potensi longsor yang Mechanics, John Wiley & Sons, Canada,
terjadi di daerah penelitian, perlu adanya 562 pp.
penanganan khusus dalam upaya mitigasi, apabila
Hack, H.R.G.K., 1996, Slope Stability
akan ada pembangunan fisik dan perubahan tata
Probability, International Institue for
ruang di daerah ini.
Aerospace Survey and Earth Science (ITC),
UCAPAN TERIMA KASIH Netherland, 258 pp.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hack, H.R.G.K., 1998. Slope stability probability
Departemen Teknik Geologi UGM Yogyakarta classification, SSPC. 2nd edition. publ.
atas bantuan dana penelitian yang telah diberikan ITC, Enschede, The Netherlands, 258 pp.
kepada penulis. Kemudian kepada Ir. Eko
Hack, H.R.G.K., 2002. An evaluation of slope
Soebowo dari P2Geoteknologi LIPI yang telah
stability classification. Keynote Lecture &
memberi masukan dalam penulisan karya tulis
article. Proc. ISRM EUROCK 2002,
ilmiah ini dan seluruh rekan-rekan yang tidak
Portugal, Madeira, Funchal, 25-28
dapat disebutkan satu persatu atas diskusi selama
November 2002. Editors: C. Dinis da Gama
kegiatan penelitian berlangsung sehingga
& L. Ribeira e Sousa.
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
Hack, H.R.G.K., Price, D.G., 1995. Determination
DAFTAR PUSTAKA of discontinuity friction by rock mass
ASTM, 1985. D5731-08: Standard Test Method classification. Proc 8th Congr on Rock
for Determination of the Point Load Mechanics, ISRM, Tokyo, Japan. Balkema,
Strength Index of Rock and Application to Rotterdam, 23-27
Rock Strength Classifications. Rock Hack, H.R.G.K., Price, D., Rengers, N., 2003. A
Mechanics, 9 pp. new approach to rock slope stability - a
https://doi.org/10.1520/D5731-08.2 probability classification (SSPC). Bulletin
ASTM, 2015. D6473-15 Specific Gravity And of Engineering Geology and the
Absorption of Rock For Erosion. Astm, Environment. Springer Verlag. Vol. 62:
99(Reapproved), 7 pp. article: DOI 10.1007/s10064-002-0171 -4.
https://doi.org/10.1520/D6473-10.2 185-185.
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering rock mass Hoek, E., and Bray, J., 1989. Rock: Design,
classifications : a complete manual for Excavation, Stabilization. Technology,
engineers and geologists in mining, civil, Research, Development, and Technology
and petroleum engineering. John Illey & Turner-Fairbank Highway Research
Sons, Inc., Canada, 251 pp. Center, Virginia, 547 pp.
Cabria, A., 2015, Effects of Weathering in The Karnawati, D., 2007. Mekanisme Gerakan Massa
Rock and Rock Mass Properties and The Batuan Akibat Gempa Bumi: Tinjauan dan
Influence of Salts in The Coastal Roadcuts Analisis Geologi Teknik, Dinamika Teknik
in Saint Vincent and Dominica. Thesis, Sipil, 7 (2), 179 – 190.
University of Twente, Enschede, Lindsay, P., Campbell, R.N., Fergusson, D.A.,
Netherlands, 93 pp. Gillard, G.R., Moore, T.A.. 2001. Slope
Canal, A., and Akin, M., 2016. Assessment of rock stability probability classification, Waikato
slope stability by probabilistic-based Slope Coal Measures, New Zealand. International
Stability Probability Classification method Journal of Coal Geology, 45(2–3), 127–
along highway cut slopes in Adilcevaz- 145. https://doi.org/10.1016/S0166-5162
Bitlis (Turkey). Journal of Mountain (00)00028-8.
Science, 13(11), 1893–1909. Miščević, P., and Vlastelica, G., 2014. Impact of
https://doi.org/10.1007/s11629-016-3954-y weathering on slope stability in soft rock
mass. Journal of Rock Mechanics and
Geotechnical Engineering, 6(3), 240–250.

113
Yanuardian et al. / Analisis Kestabilan Lereng di Desa Terbah dan Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Berdasarkan Slope Stability Probability Classification

https://doi.org/10.1016/j.jrmge.2014.03.00 Singh, H.K., dan Basu, A., 2018. Evaluation of


6 existing criteria in estimating shear strength
of natural rock discontinuities. Engineering
Niktabar, S.M.M., Rao, K.S., Kumar, A., 2017.
Geology, 232(December 2017), 171–181.
Journal of Rock Mechanics and
https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2017.11.0
Geotechnical Engineering Effect of rock
23
joint roughness on its cyclic shear behavior.
Journal of Rock Mechanics and Southammavong, T., 2011. Landslide
Geotechnical Engineering, 9(6), 1071– Susceptibility Mapping at Sengir Area,
1084. Prambanan District, Yogyakarta Special
https://doi.org/10.1016/j.jrmge.2017.09.00 Province, Indonesia, Thesis, Yogyakarta,
1 Gadjah Mada University.
Palmstrom, A., 2005. Measurements of and Surono, Toha, B., Sudarno, L., 1992. Peta Geologi
correlations between block size and rock Lembar Surakarta - Giritontro, Jawa
quality designation (RQD). Tunnelling and (Geological Map of The Surakarta –
Underground Space Technology, 20(4), Giritontro Quadrangle, Jawa), Lembar
362–377. (Quadrangle): Surakarta 1408-3 &
https://doi.org/10.1016/j.tust.2005.01.005 Giritontro 1407-6, Skala (Scale) 1 : 100.000
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pongpanya, P., 2011. Evaluation of Rock Mass
Geologi, Bandung.
Quality Based on Rock Mass Rating and
Geological Strength Index Method For Tuǧrul, A., 2004. The effect of weathering on pore
Tunnel Construction in Piyungan – Patuk geometry and compressive strength of
Area, Yogyakarta Special Province, selected rock types from Turkey.
Indonesia, Thesis, Yogyakarta, Gadjah Engineering Geology, 75(3–4), 215–227.
Mada University. https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2004.05.0
08
PVMBG, 2014. Peta Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Kabupaten Gunung Kidul, D.I Wyllie D.C., and Mah C.W., 1974. Rock Slope
Yogyakarta, Engineering, Spons Press, New York, 431
http://vsi.esdm.go.id/gallery/picture.php?/1 pp.
50/category/16. diunduh tanggal 15 Mei
2018

114

Anda mungkin juga menyukai