Anda di halaman 1dari 9

PENENTUAN HARGA TRANSFER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen

Oleh:
Syeril Rizka Aryani
160810301072

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENENTUAN HARGA TRANSFER

A. Definisi Harga Transfer (Transfer Pricing)


Harga Transfer (Transfer Pricing) adalah suatu nilai yang diberikan atas suatu transfer
barang atau jasa dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang lain dalam suatu transaksi.
B. Tujuan Penentuan Harga Transfer
Penentuan harga transfer harus memenuhi tujuan seperti dibawah ini:
 Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
 Menghasilkan keputusan yang selaran dengan cita-cita.
 Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
 Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
C. Metode Penentuan Harga Transfer
Prinsip Dasar
Prinsip dasar penentuan harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa
dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen
luar atau dibeli dari pemasok luar. Dua keputusan yang harus diambil ketika suatu
pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama lain
adalah:
1. Keputusan Sourcing yaitu apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk
tersebut atau membelinya dari pemasok luar?
2. Keputusan harga transfer yaitu pada tingkat berapakah produk tersebut akan
ditransfer antarpusat laba jika produk tersebut diproduksi secara internal?
Situasi Ideal - Harga Trasfer Berdasarkan Harga Pasar
Situasi ideal dalam penentuan harga transfer adalah dimana system harga transfer
berdasarkan harga pasar normal dan dan mapan dari kondisi produk yang sama baik
kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas dengan produk yang dikenakan harga
transfer serta dapat menghasilkan keselarasan cita-cita, dan tidak membutuhkan
administrasi pusat apabila kondisi-kondisi dibawah ini dapat tercapai. Kondisi-
kondisi tersebut adalah:
1. Orang – orang yang kompeten.
2. Atmosfer yang baik.
3. Harga pasar yang normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer.
4. Kebebasan memperoleh sumber daya.
5. Informasi penuh atas semua alternative yang ada serta biaya dan pendapatan yang
relevan dari masing-masing alternarif tersebut.
6. Negosiasi yang berjalan lancar antarunit usaha.
Hambatan – hambatan dalam Perolehan Sumber Daya
a. Pasar yang terbatas
Beberapa alasan yang menyebabkan pasar bagi pusat laba penjual atau
pembeli menjadi terbatas, yaitu:
1. Keberadaan kapasitas internal mungkin membatas pengembangan penjualan
eksternal.
2. Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.
3. Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka
perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar keculi
harga jual di luar mendekati biaya variable perusahaan, di mana hal ini jarang
sekali terjadi.

Beberapa cara untuk mengetahui tingkat harga kompetitf jika perusahaan


tersebut tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas, yaitu:

1. Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapat
digunakan untuk menentukan harga transfer.
2. Harga transfer yang ditentukan oleh penawaran (bid) dengan catatan
penawar terendah masih memiliki peluang untuk memenangkan bisnis
tersebut.
3. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas,
maka pusat laba tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan
harga di luar.
4. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar
luar/bebas, maka pusat laba tersebut dapat meniru harga kompetitif untuk
produk-produk eksklusifnya.
b. Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri
Jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar bebas
dengan kata lain, pusat laba tersebut memiliki kapasitas yang berlebih.
Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba
pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di
dalam masih memadai. Jika pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh
produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual
produknya ke pihak luar dengan kata lain, perusahaan terdapat kekurangan
kapasitas produksi di dalam industry maka dalam hal ini output dari pusat laba
pembelian terhalang dan kembali, laba perusahaan tidak dapat optimal.
Harga Transfer berdasarkan Biaya
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan
berdasarkan biaya ditambah laba. Dua keputusan yang harus dibuat dalam system
harga transfer berdasarkan biaya adalah:
1. Bagaimana menentukan besarnya biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan
karena factor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika
biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk
menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.
2. Bagaimana menghitung markup laba
Dua keputusan yang harus diperhatikan dalam menghitung markup laba,
yaitu:
a. Dasar Markup laba.
 Persentase dari biaya, kelemahannya tidak ada pertimbangan atas modal
yang diperlukan.
 Persentase dari investasi, kelemahannya dalam menghitung investasi yang
akan dikenakan ke stiap produk yang dihasilkan dapat menimbulkan
permasalahan teknis.
b. Tingkat laba yang diperbolehkan
Penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengembalian yang akan
diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen
yang menjual produknya ke konsumen luar. Solusi konseptual adalah
membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi
tersebut dihitung pada tingkat “standar”, dengan aktiva tetap dan persediaan
pada tingakt biaya penggantian (replacement cost).
Biaya Tetap dan Laba Hulu
Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak
menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang terkandung di dalam harga
pembelian internal. Metode – metode yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan cara-cara seperti dibawah ini:
1. Persetujuan Antarunit Usaha
Adanya mekanisme formal secara berkala dimana wakil-wakil dari unit
pembelian dan penjualan bertemu untuk memutuskan harga penjualan ke pihak
luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba
bagian hulu yang signifikan.
2. Dua Langkah Penentuan Harga
Dua langkah Penentuan harga transfer berdasarkan beban, yaitu:
a. Berdasarkan biaya variable standar dimana untuk setiap unit yang terjual,
pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya variable
standar produksi.
b. Berdasarkan biaya tetap dimana pembebanan biaya berkala dilakukan dalam
jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas yang
disediakan untuk unit pembelian.
3. Pembagian Laba (Profit Sharing)
Sistem pembagian laba dapat digunakan untuk memastikan keselarasan
antara kepentingan unit usaha dan perusahaan, beroperasi sebagai berikut:
a. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable standar.
b. Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang
dihasilkan, yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya variable
produksi dan pemasaran.

Masalah – masalah teknis yang ditemui dalam pembagian laba adalah


sebagai berikut:

a. Terdapat argument-argumen mengenai cara pembagian kontribusi antar dua


pusat laba, dan manajem senior akan turun tangan untuk menangani masalah
tersebut. Hal ini memakan waktu dan biaya, serta bertentangan dengan alasan
dasar dari desentralisasi, yaitu otonomi para manajer unit usaha.
b. Membagi laba diantara pusat laba secara arbiter tidak memberikan informasi
yang tepat mengenai profitabilitas dari masing-masing pusat laba.
c. Karena kontribusi yang ada tidak akan dialokasikan sampai penjualan selesai
dilakukan, maka kontribusi unit produksi bergantung pada kemampuan unit
pemasaran untuk menjual pada harga penjualan actual.
4. Dua Kelompok Harga
Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual
ke luar dan unit pembelian dibebankan dengan total biaya standar. Selisihnya
dibebankan ke dalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan
unit usaha dikonsolidasikan.
Kelemahan dalam system dua kelompok harga, yaitu:
a. Jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara
keseluruhan.
b. Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha menghasilkan uang,
sementara kenyataannya perusahan secara keseluruhan mengalami kerugian
karena debit ke kantor pusat.
c. Sistem ini memicu unit usaha untuk hanya berkonsentrasi pada transfer
internal karena terpaku pada markup yang bagus dengan mengorbankan
penjualan ke luar.
d. Ada tambah pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat
setiap kali ada transfer dan kemudian dieliminasi atas akun ini ketika laporan
keuangan unit usaha dikonsolidasikan.
e. Fakta bahwa konflik di antara unit bisnis akan berkurang dalam system
tersebut dapat dilihat sebagai kelemahan.
D. Penentuan Harga Jasa Korporat
Pengalokasian biaya dari unit staf jasa pusat untuk mana unit usaha tidak memiliki
kendali (seperti, akuntansi pusat, hubungan masyarakat, administrasi yang dikeluarkan)
bukan merupakan harga transfer karena dalam alokasi tidak memasukan komponen laba.
Dalam penentuan harga jasa korporat, terdapat dua jenis transfer, yaitu:
1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima dapat
mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apkah akan digunakan atau
tidak.
Pengendalian atas Jumlah Jasa
Terdapat tiga pemikiran atas pengendalian jumlah jasa yang diterima oleh unit
usaha jika effisiensi kinerja tidak dapat dikendalikan, yaitu:
1. Biaya Variabel Standar
Menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variable standar
dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan
termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak
daripada yang dibenarkan secara ekonomis.
2. Biaya Penuh (Full Cost)
Menyatakan bahwa harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah
bagian yang wajar dan biaya tetap standar, yaitu biaya penuh (full cost). Biaya
penuh mencerminkan biaya jangka panjang dari perusahaan, dan inilah jumlah
yang harus dibayar.
3. Standard Full Cost
Menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar
(standar full cost) ditambah dengan margin labanya. Harga pasar akan digunakan
jika memungkinkan, jika tidak maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI
yang akan digunakan.
Pilihan Penggunaan Jasa
Pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih
apakah akan menggunakan unit jasa sentral atau memperoleh jasa tersebut dari pihak
luar. Dalam situasi ini, para manajer unit usaha mengendalikan baik jumlah maupun
efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat
laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan
pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain.
E. Administrasi Harga Transfer
Bagaimana pelaksanaan dari kebijakan harga transfer yang dipilih khususnya dalam
tingkat negosiasi yang diizinkan untuk menentukan harga transfer, metode penyelesaian
konflik dalam menentukan harga transfer, dan klasifikasi produk yang sesuai dengan
metode yang paling tepat.
Negosiasi
Jika harga transfer tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat maka unit usaha dapat
menegosiasikan harga transfer satu sama lain. Dengan kata lain, bahwa
kepercayaan dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga
pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen
lini (Line Management). Beberapa kelemahan jika harga transfer ditentukan oleh
staf pusat, diantaranya adalah:
 Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan
manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang.
 Unit bisnis biasanya memiliki informasi yang paling baik mengenai pasar
dan biaya-biaya yang ada, sehingga merupakan pihak yang paling tepat
untuk mencapai harga yang pantas.
Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Suatu prosedur harus dibuat untuk menengahi arbitrase harga transfer, prosedur
dalam menengahi arbitase harga transfer bisa diserahkan tugas kepada seorang
eksekutif saja, atau membentuk suatu komite yang memiliki tiga tanggung jawab
yaitu menyelesaikan arbitase harga transfer, meninjau alternative perolehan
sumber daya yang mungkin ada dan mengubah peraturan harga transfer bila perlu.
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara.
 Secara formal. Dengan menyerahakan kasus secara tertulis kepada pihak
penengah / pendamai (arbitrator)
 Secara informal atau secara lisan saja. Terdapat empat cara dalam
menyelesaikan konflik dalam arbitrase tersebut, yaitu:
1. Memaksa (Forcing)
2. Membujuk (Smoothing)
3. Menawarkan (Bargaining)
4. Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
Klasifikasi Produk
Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal
dan spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehan
seumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan
buat atau beli (make or buy decision) yang melebihi jumlah tertentu. Beberapa
perusahaan membagi produknya ked alam dua kelas :
1. Kelas I Meliputi seluruh produk dimana manajemen senior ingin
mengendalikan perolehan sumber daya. Produk ini biasanya merupakan
produk-produk yang bervolume besar, produk-produk yang tidak memiliki
sumber dari luar, dan produk-produk yang produksinya tetap ingin
dikendalikan oleh pihak manajemen demi alas an kualitas atau alasan tertentu.
2. Kelas II Meliputi seluruh produk lainnya. Secara umum, ini merupakan
produkproduk yang dapat diproduksi di luar perusahaan tanpa adanya
ganggguan terhadap operasi yang sedang berjalan, produk-produk yang
relative kecil, diproduksi dengan peralatan umum (general purpose equipment).
Produk-produk kelas II ditransfer pada harga pasar.
5. Model Harga Transfer Teoritis (Theoritical Transfer Pricing Model)
Model ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Model-model yang berdasarkan teori ekonomi klasik Model ekonomi klasik pertama
kali dikemukakan oleh Jack Hirschleifer dalam sebuath artikel tahun 1956. Ia
menggunakan kurva permintaan untuk transfer produk menengah dari satu unit usaha
ke unit usaha lain untuk mendapatkan harga transfer. Dengan menggunakan harga
transfer yang ada, kedua unit tersebut akan menghasilkan total laba maksimum dengan
mengoptimalkan laba masing-masing unit.
2. Model-model yang berdasarkan program linier Merupakan model yang berdasarkan
pendekatan biaya kesempatan, juga mengkombinasikan hambatan-hambatan
kapasitas, menghitung pola produksi optimal perusahaan, dan menghitung nilai yang
menunjukan kontribusi laba dari setiap sumbar daya yang langka.
3. Model-model yang berdasarkan nilai Shapley Nilai shapley dikembangkan pada tahun
1953 oleh L.S.Shapley sebagai metode pembagian laba dari koalisi perusahaan atau
individu di antara anggota-anggota individual sesuai dengan proporsi kontribusi yang
dibuat oleh maisn-masing.

Anda mungkin juga menyukai