Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan zaman yang begitu pesat seperti saat ini diikuti pula dengan
pesatnya perkembangan intelektual manusia. Banyak sekali pengetahuan yang perlu untuk
dikembangkan lagi menjadi sebuah ilmu pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan bagi
kemaslahatan manusia. Berbagai cara digunakan untuk mengembangkan pengetahuan
ataupun mencari ilmu pengetahuan baru. Salah satu cara untuk mengembangkan
pengetahuan tersebut adalah penelitian.

Penelitian sendiri tidak dapat dipisahkan dari tahap-tahap perkembangan kehidupan


manusia, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pentingnya suatu
penelitian dan hubungannya dengan berbagai hal dalam kehidupan mengakibatkan
penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan etika kebenaran.
Sehingga setiap pedoman yang sistematis menjadi perhatian utama agar penelitian yang
mandiri, subjekif, dan kritis dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat
melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman
arah yang jelas. Manfaat desain penelitian akan dirasakan oleh semua pihak yang terlibat
dalam proses penelitian, karena dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
proses penelitian.

Selain itu, agar sebuah penelitian memiliki batasan-batasan dan dapat disusun
secara terstruktur dan terkonsep dengan baik, maka diperlukan sebuah metode penelitian.
Mengingat betapa pentingnya desain dan metode penelitian bagi sebuah penelitian, maka

1
kelompok kami akan membahas mengenai Desain dan Metode Penelitian dalam Makalah
ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian desain penelitian?
2. Bagaimana pengelompokan desain penelitian apabila dilihat dari berbagai sudut
pandang?
3. Bagaimana dasar dan komponen rancangan, serta penyusunan sistematika penelitian?
4. Apa saja yang dapat menjadi sumber potensial timbulnya kesalahan dalam sebuah
desain penelitian?

C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara desain penelitian dengan metode penelitian.
2. Mengetahui pengelompokan desain penelitian apabila dilihat dari berbagai sudut
pandang.
3. Memahami dasar dan komponen rancangan, serta penyusunan sistematika penelitian.
4. Mengetahui pokok bahasan yang dibahas dalam metode peneliti

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Desain penelitian

Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola,
potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976:177).
Sedangkan Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan penelitian sebagai
usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan
secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.
Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan
struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam
menjawab pertanyaan penelitian.

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian (Suchman, 1967: 307), dalam pengertian yang lebih sempit, desain
penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Namun demikian desain
penelitian juga bermakna proses-proses penelitian yang dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu: (1) Perencanaan penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi,
pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya
dengan teori dan kepustakaan yang ada. (2) Pelaksanaan penelitian atau proses operasional
penelitian. (Moh Nazir, 1983: 84-85).

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para peneliti mengenai
pengertian desain penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa definisi desain
penelitian adalah sebuah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Kegiatan
pengumpulan dan analisis data tersebut untuk menggali penyelesaian sebuah permasalahan
yang muncul. Rencana perlu dibuat agar pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan

3
efektif dan efisien, sehingga penelitian tersebut juga dapat memberikan hasil yang
memuaskan bagi peneliti.

B. Pengelompokan desain penelitian dari berbagai sudut pandang

1. Desain penelitian dilihat dari perumusan masalahnya

 Penelitian eksploratif
Penelitian yang menguji suatu variabel yang diyakini kebenarannya sehingga
menghasilkan penemuan-penemuan baru.
 Penelitian uji hipotesis
Suatu Penelitian yang menguji hipotesis/pernyataan yang telah ada menggunakan
metode-metode tertentu.
2. Desain penelitian berdasarkan metode pengumpulan data
 Penelitian pengamatan
Metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian. Proses pengamatan terdiri atas:
a. Persiapan termasuk latihan (training)
b. Memulai interaksi
c. Pengamatan dan pencatatan
d. Menyelesaikan tugas lapangan
 Penelitian survei
Metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta
tanggapan dari responden tentang sampel. Pada dasarnya survai terdiri atas:
a. Wawancara
b. Kuesioner
3. Desain penelitian dilihat dari pengendalian variabel-variabel oleh peneliti
 Penelitian eksperimental
Meneliti hubungan sebab akibat antara variabel-variabel penelitian dengan
melakukan suatu proses percobaan untuk mendapatkan hasil yang presisi.

4
 Penelitian ex post facto
Suatu penelitian yang telah diteliti sebelumnya sehingga data-datanya (variabel-
variabel penelitiannya) dapat dilacak kembali melalui kuisioner atau dokumen-
dokumen yang relevan dengan penelitian tersebut.
4. Desain penelitian menurut tujuannya
 Penelitian deskriptif
Penelitian yang digunakan untuk memberikan penjelasan yang obyektif, justifikasi,
dan evaluasi sebagai bahan pengambilan keputusan bagi yang berwenang dari suatu
fakta atau kejadian yang sedang terjadi.
 Penelitian komparatif
Membandingkan suatu permasalahan yang sama pada suatu obyek yang berbeda.
 Penelitian asosiatif
Menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.
5. Desain penelitian dilihat dari lingkungan studi
 Studi lapangan
Penelitian yang dilakukan melalui proses pembelajaran secara langsung atau dapat
juga dilakukan dengan menggali pengetahuan dari orang yang ahli dibidangnya.
 Eksperimen lapangan
Penelitian yang proses pengujian data yang diteliti dengan melakukan suatu
percobaan sampai mendapatkan data yang akurat.
 Eksperimen laboratorium
Untuk mendapatkan kebenaran dari penelitian maka suatu variabel atau data-
datanya harus diteliti dengan memanfaatkan fasilitas Laboratorium sebagai sarana
pembantunya.

C. Dasar dan komponen rancangan


1. Dasar rancangan penelitian
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran, penentuan
matang tentang hal-hal yang akan dilakukan dan merupakan landasan yang dijadikan
dasar penilaian oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain terhadap kegiatan

5
penelitian. Sehingga rancangan penelitian bertujuan untuk memberikan pertanggung
jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. Baik atau tidaknya sebuah
penelitian sangat tergantung pada rancangan yang dibuat oleh peneliti. Agar rancangan
dapat memperkirakan hal-hal apa yang akan dilakukan dan dipegang selama penelitian,
perumusannya harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
 Mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan, sumber
data, saran prasarana, dan lain-lain.
 Disusun secara sistematis dan logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan
bagi peneliti dalam melaksanakan dan bagi orang lain dalam melakukan penelitian.
 Harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh, serta usaha-
usaha yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.
2. Langkah langkah rancangan penelitian
Berdasarkan perumusan dalam penyusunan rancangan penelitian, maka langkah
langkah suatu rancangan penelitian meliputi:
 Masalah
Sebelum membuat penelitian, peneliti harus mengetahui masalah apa yang akan ia
teliti.
 Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan
Peneliti harus mengetahui untuk melakukan penelitian yang ia inginkan, bentuk dan
jenis data seperti apa yang cocok untuk digunakan sebagai bahan penunjang
penelitiannya.
 Tujuan penelitian
Seorang peneliti harus tahu apa tujuan penelitiannya
 Kepentingan penelitian
Kepentingan penelitian adalah apa yang menjadi manfaat atau untuk apa penelitian
dibuat.
 Masalah sampling
Seorang peneliti harus mengetahui dimana ia akan mengambil data dan siapa yang
menjadi objek data.

6
 Masalah jadwal kegiatan
Agar penelitian dapat selesai sesuai dengan target waktu yang diinginkan, maka
seorang peneliti hendaknya membuat jadwal kegiatan
 Masalah organisasi kegiatan dan alokasi biaya
Hal ini sangat penting, karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Jika peneliti
dapat mengorganisasi kegiatan dengan baik, maka penelitian dapat berjalan lancar.
Faktor biaya juga tidak kalah penting. Seorang peneliti harus pandai dalam
mengalokasikan biaya agar penelitiannya dapat dilakukan secara efisien.
 Hipotesis penelitian
Sebelum memulai penelitian, hendaknya peneliti mempunyai hipotesis penelitian
terlebih dahulu.
 Teknik pengumpulan data
Teknik penumpulan data yaitu bagaimana cara peneliti dalam memperoleh data
yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.
 Teknik pengolahan data
Merupakan bagaimana cara peneliti mengolah data yang sudah ia dapat sehingga
dapat menjadi sebuah penelitian.
 Pola dan sistematika laporan
Merupakan bentuk atau struktur sistematika laporan penelitian sebagai hasil akhir
dari kegiatan penelitian.

D. Syarat-syarat penelitian eksperimen

Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian
eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-
syarat yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004)

7
mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian eksperimental, yaitu:

 Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan
penelitian

 Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama

 Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai
dengan yang dikehendakinya

 Diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi


perlakukan (experimental group).

E. Komponen-komponen penelitian

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan


manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai upaya kontrol yang ketat terhadap
faktor-faktor luar serta melibatkan subjek pembanding atau metode ilmiah yang sistematis
yang dilakukan untuk membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab
akibat (Arifin, 2009: 127)

Metode penelitian eksperimen merupakan penelitian yang berusaha untuk menentukan


apakah suatu treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dapat dinilai
dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok (kelompok treatment),

8
dan tidak menerapkannya pada kelompok lain (kelompok kontrol), lalu menentukan
bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir.

Finstrbusch dan Motz (1980) sebagaimana dikutip oleh Hadi dan Mutrofin
(2006). Dijelaskan bahwa dalam desain ekperimental dua kelompok dikaji yakni kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.

a. Komponen dalam penelitian eksperimen

1. Variabel kriteria (variabel tidak bebas "Y")

Variabel kriteria dalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas yang
merupakan tolak ukur dari keberhasilan perlakuan eksperimen sehingga variabel
kriteria dianggap yang paling utama dari keberhasilan perlakuan. Pada eksperimen,
perlakuan didesain secara teori pengujian. Eksperimen berlaku umum sedangkan
action research tidak berlaku umum, tapi merupakan kasus. Eksperimen dilakukan
karena tuntutan yang mengilhami treatment adalah variabel kriteria misalnya,
motivasi belajar, keberhasilan, prilaku.

2. Perlakuan (treatment)

Perlakuan adalah sesuatu yang sengaja dirancang yang dikenakan pada subjek
sehingga variabel kriteria berubah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Harus dirancang berbasis teori dan boleh berasarkan empiris


 Perlakuan harus jelas beda dengan perlakuan yang sudah ada
 Perlakuan harus dirancang final; konsep dan pelaksanaanya tidak boleh diubah
ditengah jalan
 Dikenakan pada unit-unit; orang, butir tes, unit eksperimen, penskoran
3. Desain (rancangan)
Desain adalah teknik pengaturan supaya dalam pengujian kita dapat
memastikan apakah dalam penilaian terjadi perubahan sebagai akibat dari
treatment. Desain pengaturan berbagai kondisi yang mengakibatkan treatmentnya
berubah. Ada 2 macam desain yaitu desain eksperimen dan desain perlakuan.

9
Dalam desain perlakuan ada rancangan sedangkan dalam desain eksperimen hasil
rancangan dideskripsikan.
4. Instrumen
Harus ada alat ukur yang standar dan harus valid karena kita melakukan
pengukuran.
5. Monitoring dan kontrol
Monitoring atau kontrol digunakan untuk :
 Menghindari adanya kontaminasi antara subjek dan perlakuan
 Untuk menjamin perlakuan sesuai dengan rancangan desain
 Untuk mendeteksi adanya kontaminasi dan penyimpangan lain
b. Model-model Penelitian Eksperimen
1. Desain dengan satu variabel bebas
a. Desain dengan satu variabel bebas, meliputi;
 Desain studi kasus sekali tes (one shot case study)
Desain studi kasus sekali test merupakan jenis desain pre-eksperimen. Pada
jenis ini tidak terdapat kelompok kontrol dan hanya satu kelompok yang diukur
dan diamati gejala-gejala yang muncul setelah diberi perlakuan (postes).
Desainnya sebagai berikut:

Perlakuan Postes
X* O*

 Desain pretes-postes satu kelompok (One Group Pretes Postes Design)


Desain pretes-postes satu kelompok juga termasuk pre-eksperimen. Pada
desain ini dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum
diberi perlakuan sehingga peneliti dapat mengetahui kondisi subjek yang diteliti
sebelum atau sesudah diberi perlakuan yang hasilnya dapat dibandingkan atau
dilihat perubahannya (Sukardi, 2010:180-181). Desainnya sebagai berikut:
Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

10
Untuk penelitian-penelitian pendidikan yang menerapkan metode
pembelajaran, desain ini masih belum tepat karena perubahan atau perbedaan
skor antara pretes dan postes bisa jadi bukan karena disebabkan oleh perlakuan
yang diberikan, tetapi karena faktor-faktor lain.
 Perbandingan kelompok statik (static group comparison)
Perbandingan kelompok statik terdapat kelompok kontrol selain kelompok
eksperimen. Masing-masing kelompok tidak diberikan pretes untuk mengetahui
kondisi awalnya namun diberi postes untuk mengetahui gejala yang terjadi
setelah diberikan perlakuan. Desainnya sebagai berikut:
Kelompok Perlakuan Postes
Eksperimen X O2
Kontrol - O2
Pada desain ini, kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan X tetapi diberikan
tes yang sama dengan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen kemudian
hasil postes dibandingkan.
b. Desain eksperimen, meliputi:
 Desain postes kelompok kontrol subjek random
Desain ini menggunakan pemilihan subjek secara acak dan melibatkan dua
kelompok subjek (kelompok eksperimen dan kontrol) tanpa pretes. Desainnya
adalah:
Kelompok Perlakuan Postes

(R) Eksperimen X O2

(R) Kontrol - O2

 Desain pasangan subjek postes secara random


Desain ini menggunakan random pasangan untuk pemilihan kedua kelompok
subjek sekaligus. Desainnya sebagai berikut:

11
Kelompok Perlakuan Postes
Eksperimen X O2
(MR) Kontrol - O2

 Desain pretes-postes kelompok kontrol subjek random


Desain ini menggunakan randomisasi pemilihan subjek serta menggunakan
pretes dan postes. Berikut ini desainnya;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
(R) Eksperimen O1 X O2
(R) Kontrol O1 - O2

 Desain tiga kelompok Salomon


Desain ini merupakan desain yang menggunakan pretes, postes, pemilihan
secara acak, dan melibatkan tiga kelompok dengan dua kelompok kontrol.
Desainnya adalah sebagai berikut:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
(R) Eksperimen O1 X O2
(R) Kontrol 1 O1 - O2
(R) Kontrol 2 - X O2

 Desain empat kelompok Salomon


Desain empat kelompok Salomon hampir sama dengan desain tiga kelompok
Salomon hanya saja melibatkan empat kelompok. Desainnya adalah sebagai
berikut:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
(R) Eksperimen O1 X O2
(R) Kontrol 1 O1 - O2
(R) Kontrol 2 - X O2
(R) Kontrol 3 - - O2

12
 Desain faktorial sederhana
Pada desain ini menyesuaikan dengan keberadaan faktor lain yaitu faktor level
sehingga bentuknya adalah desain faktorial. Desainnya adalah sebagai berikut:
Variabel Atribut Variabel Eksperimen
Perlakuan A Perlakuan B
Level 1 Sel 1 Sel 3
Level 2 Sel 2 Sel 4

c. Desain quasi eksperimen (desain eksperimen semu)


Model desain ini merupakan salah satu desain eksperimen satu variabel. Jenis
desain ini meliputi:
 Desain kelompok kontrol tidak ekuivalen
Desain model ini sangat cocok jika peneliti memerlukan subjek penelitian
yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang sudah permanen.
Desainnya meliputi:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
atau dapat juga menggunakan:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2

 Desain deret waktu


Desain ini melakukan pretes dan postes berkali-kali. Desainnya sebagai berikut;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O11 O12 O13 X1 O21 O22 O23

13
 Desain deret waktu dengan kelompok kontrol
Pada desain ini merupakan desain yang melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan hasil yang didapatkan lebih
menyakinkan daripada desain pretes-postes satu kelompok. Jika hasil pretes dan
postes pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sama atau skor postes lebih baik
daripada skor pretes hendaknya menggunakan desain model ini. Desainnya
sebagai berikut;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O11 O12 O13 X1 O21 O22 O23
Kontrol O11 O12 O13 X2 O21 O22 O23

 Desain kontrabalans minimal


Desain kontrabalans minimal melibatkan dua kelompok yang memperoleh
perlakuan yang sama dengan urutan memperoleh perlakuan yang berbeda
sehingga jumlah perlakuan dan jumlah kelompok harus sama.Berikut ini
ditampilkan desain kontrabalans dengan dua kelompok dan tiga kelompok:
a. Desain kontrabalans dua kelompok
Perlakuan Postes Perlakuan Postes
X1 O X2 O
X2 O X1 O

b. Desain kontrabalans tiga kelompok


Perlakuan Postes Perlakuan Postes Perlakuan Postes
X1 O X2 O X3 O
X2 O X3 O X1 O
X3 O X2 O X1 O

2. Desain Dengan Dua Variabel Bebas Atau Lebih


Desain dengan dua variabel bebas atau lebih digunakan Jika variabel bebas
yang akan dijadikan sebagai perlakuan masih harus ditinjau lagi dari aspek lain
sehingga desainnya akan menjadi desain faktorial. Tipe desain faktorial sangat
14
bergantung pada jumlah variabel aspek tambahannya. Misalnya; jika peneliti
merasa belum cukup hanya meneliti perbedaan dua metode mengajar, dan ingin
meninjau masing-masing metode mengajar dilihat dari level sekolah yaitu tinggi,
sedang, dan rendah, desainnya menjadi desain faktorial 2 X 3. Di sini ada enam
jenis kondisi, yaitu metode A untuk siswa sekolah level rendah, sedang, dan tinggi
kemudian metode B untuk siswa sekolah level rendah, sedang, dan tinggi.

F. Beberapa kesalahan dalam desain penelitian


Dalam melakukan sebuah penelitian salah satu hal yang sangat penting adalah
membuat rancangan atau desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan
bagi peneliti yang menuntun serta menunjukkan arah berlangsungnya proses penelitian
secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Tanpa desain yang benar
seorang peneliti tidak akan melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan
tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Meskipun peneliti membuat desain penelitian sebaik mungkin akan tetapi tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan yang seringkali terjadi dalam melakukan
penelitian. Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari
sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-
kesalahan tersebut adalah:
 Kesalahan dalam perencanaan
Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam
menyusun desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini
dapat terjadi pula bila peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam
merumuskan masalah akan menghasilkan informasi yang tidak dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara mengatasi kesalahan ini adalah
dengan mengembangkan proposal dengan baik dan benar yang secara jelas
menspesifikasikan metode dan niali tambah penelitian yang akan dijalankan.
 Kesalahan dalam pengumpulan data
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan
dalam proses pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat
kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Untuk

15
menghindari hal data tersebut data yang dikoleksi harus merupakan representasi dari
populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat
menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini adalah kehati-hatian dan
ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.
 Kesalahan dalam melakukan analisis
Kesalahan dalam melakukan analisis dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam
memilih cara menganalisis data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula adanya
kesalahan dalam memilih teknik analisis yang sesuai dengan masalah dan data yang
tersedia. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan membuat justifikasi prosedur
analisis yang digunakan untk menyimpulkan data dan memanipulasi data.
 Kesalahan dalam pelaporan
Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam
mempresentasikan hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat
memberikan makna hubungan-hubungan dan angka-angka yang diidentifikasikan dari
tahap analisis data. Cara mengatasi kesalahan ini adalah hasil analisis data diperiksa
oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian
tersebut.
Selain kesalahan-kesalahan yang telah dijabarkan di atas, kesalahan juga seringkali
terjadi dari dalam diri peneliti sendiri. Kesalahan tersebut juga berpengaruh dalam
proses penyelesaian penelitian, misalnya adalah sifat malas yang dimiliki oleh peneliti,
sifat yang suka menunda-nunda pekerjaan, sifat pantang menyerah yang dimiliki
peneliti, sifat yang tidak mempunyai target untuk menyelesaikan penelitian dan lain
sebagainya. Sifat-sifat yang seperti harus dikesampingkan agar penelitian dapat selesai
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Adapula kesalahan yang juga terjadi karena adanya faktor dari luar, misalnya
adalah keadaan lingkungan yang tidak mendukung penelitian yaitu dari keluarga dan
teman-teman yang tidak mendukung serta masyarakat, dosen pembimbing yang tidak
sejalan dengan mahasiswa yang melakukan penelitian, proses birokrasi yang sulit pada
saat akan mengambil sampel, atau keterbatasan sampel itu sendiri. Untuk itu, faktor-
faktor yang seperti itu selayaknya dapat diminimalisir agar penelitian yang kita lakukan

16
dapat berjalan dengan lancar, baik dan sesuai dengan tujuan serta memberikan manfaat
bagi orang banyak.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Desain atau rancangan yang dibuat oleh peneliti merupakan ancar-ancar kegiatan
yang akan dilaksanakan. Disini terlihat bahwa ruang lingkup metode penelitian lebih
luas daripada desain penelitian, dan desain penelitian masuk dalam bagian dari
metode penelitian.

2. Pengelompokan dapat dilihat dari sudut pandang perumusan masalah, metode


pengumpulan data, pengendalian variabel-variabel oleh peneliti, tujuan, serta
lingkungan studi.

3. Sistematika penyusunan penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistematika


penyusunan penelitian kuntitatif dan kuantitatif.

4. Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab Metode Penelitian kuantitatif paling
tidak mencakup rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian,
pengumpulan data, analisis data.

5. Pada bahasan Metode Penelitian kuantitatif memuat uraian tentang metode-metode


dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan
dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap
penelitian.

6. Sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan adalah


kesalahan dalam perencanaan, pengumpulan data, melakukan analisis, dan dalam
pelaporan.

18
B. Saran

1. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian
dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Sehingga peneliti harus mampu membuat rancangan dengan baik dan benar.

2. Peneliti diharapkan mampu mencari metode yang tepat bagi penelitiannya dan relevan
dengan penelitian yang diteliti.

19

Anda mungkin juga menyukai