PENDAHULUAN
1
dalam waktu 4 tahun agar target rencana startegis kesehatan tahun 2014
tercapai. (Infodatin, 2016)
2
1.3.2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
4
Mobilitas penduduk yang cukup tinggi;
Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari
musim kemarau;
Krisis ekonomi yang berkepanjangan, berdampak pada masyarakat di
daerah tertentu, mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan untuk
terserang malaria;
Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi resisten klorokuin dan
meluasnya daerah resisten, serta
Menurunnya perhatian dan kepedulian pemerintah dan masyarakat
terhadap upaya pengendalian malaria secara terpadu.
Gambar 2.1
Peta Distribusi Penderita Malaria (Global)
5
peningkatan populasivektor, selalu didahului perubahan lingkungan yang
berkaitan dengan tempat perindukan potensial seperti luas perairan,flora
serta karakteristik lingkungan yang mengakibatkan meningkatnya
kepadatan larva. Untuk mencegahKLB malaria, maka peningkatan vektor
perlu diketahui melalui pengamatan yang terus menerus (surveilans).
(Hakim, 2011)
Gambar 2.2
Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2011
2.3. ETIOLOGI
6
oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.Penyakit malaria ini dapat
menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana
tempat tersebut merupakan tempat yang sesuaidengan kebutuhan nyamuk
untuk berkembang. (Arsin, 2012)
2.3.1. Vektor
2.3.1.1. Telur
7
tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2
– 3 hari akan menetas menjadi larva. (Arsin, 2012)
2.3.1.2. Larva
8
terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari.
(Arsin, 2012)
2.3.1.3. Kepompong
9
malariae, P.ovale.P.facifarummenyebabkan infeksi paling berat
dan angka kematian tertinggi. (Arsin, 2012)
10
membelah dengan bagian-bagian sitoplasma
membentuk 16–18 sel berbentuk bulat atau lonjong,
berdiameter 1.5–2 mikron yang disebut merozoit.
(Arsin, 2012)
11
masing dengan kromatin berwarna merah dan
sitoplasma biru. Di dalam sel darah merah yang
mengandung P. malariae butir-butir kecil merah muda
kadang-kadang tampak (titik Zeiman).Gemotosit mirip
gametosit P.vivax tetapi lebih kecil dan pigmennya
lebih sedikit. (Arsin, 2012)
12
P. falcifarum sering tampakpresipitat sitoplasma yang
disebut titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai
bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur,
sebagai kepingan-kepingan atau batang-batang didalam
sitoplasma. (Arsin, 2012)
13
sedaangkan Plasmodium malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi, antara lain: Lampung, NTT, dan Papua. Plasmodium
ovale pernah ditemukan di NTT dan Papua.Parasit Plasmodium
memerlukan manusia dan nyamuk Anopheles betina (lihat
gambar). (Arsin, 2012)
14
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah
lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. (Arsin,
2012)
Tabel 2.1
Masa Inkubasi Penyakit Malaria
15
Gambar 2.3
Siklus Hidup Plasmodium
2.4. PATOGENESIS
16
hipnozoit dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan bahkan
sampai bertahun-tahun yang pada suatu saat bila penderita mengalami
penurunan imunitas tubuh, maka parasit menjadi aktif sehingga
menimbulkan kekambuhan. (Setiati, 2014)
2.5. KLASIFIKASI
17
2.5.2. Malaria Tanpa Komplikasi
18
daerah yang tidak ada infeksi malaria, ataupun
kelompok dengan imunitas rendah dari daerah endemik
yang transmisinya rendah. Kelompok ini berisiko
terinfeksi malaria dan bila kembali ke daerah asalnya
sering tidak terdeteksi karena tenaga dokter sering tidak
terbiasa/berpengalaman dalam deteksi malaria sehingga
sering terlambat diagnosis ataupun tidak tersedianya
sarana serta kesulitan dalam ketersediaan obat-obat anti
malaria. (Setiati, 2014)
1. Merozoit baru dalam jumlah besar dibebaskan dari Sel Darah Merah
(SDM) pada interval sekitar 48 jam untuk P.vivax, P.ovale, dan P.
falciparum;72 jam untuk P. malariae,gejala klinis berupa menggigil
dan demam bersamaan dengan pembebasan ini.
2. Parasit menghancurkan sejumlah besar SDM sehingga terjadi anemia
hemolitik.
3. Suatu pigmen malaria cokelat yang khas, mungkin turunan Hb yang
identik dengan hematin, dibebaskan dari SDM yang pecah bersama
dengan merozoit. Pigmen ini menyebabkan perubahan warna pada
limpa, hati, kelenjar getah bening, dan sumsum tulang.
19
2.7. DIAGNOSIS
2.7.1. Anamnesis
20
Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti
nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal
di daerah endemis (imun). Setiap penderita dengan keluhan
demam atau riwayat demam harus selalu ditanyakan riwayat
kunjungan ke daerah endemis malaria. Pada anamnesis sangat
penting diperhatikan: (Hakim, 2011)
21
Jumlah air seni kurang (oliguria) bahkan sampai tidak ada
(anuria)
Telapak tangan sangat pucat
22
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium
23
Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum
dilengkapi dengan mikroskop atau sarana laboratorium, di
Pustu, Polindes dan Poskesdes.
Pada kondisi kegawatdaruratan pasien yang memerlukan
penatalaksanaan dengan segera (hanya untuk diagnosis awal).
Pada daerah dengan KLB malaria dan bencana alam di
daerah endemis malaria yang belum dilengkapi fasilitas
laboratorium malaria.
24
pada penderita yang telah diberi pengobatan atau profilaksis,
karena obat anti malaria secara parsial dapat menyebabkan
berkurangnya jumlah parasit sehingga berada di bawah ambang
pemeriksaan mikroskop. (Hakim, 2011)
25
1. Penyiapan Alat dan Reagensia
26
Hipoglikemi: gula darah < 40 mg%.
Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15
mmol/L).
Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%)
Hemoglobinuri
Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : >2 % atau
>100.000 parasit/uL; daerah endemis tinggi :> 5% atau
>250.000 parasit/ uL).
Hiperlaktatemia (laktat > 5 ugr/L)
Gagal ginjal akut (urin < 0,5 ml/kgBB/jam dalam 6 jam)
2.9. PENATALAKSANAAN
27
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. (Depertemen Kesehatan
RI, 2014)
Tabel 2.2
Pengobatan Malaria Falciparum Menurut Berat Badan
(DHP Dan Primakuin)
28
Tabel 2.3
Pengobatan Malaria Vivaks Menurut Berat Badan Dengan
(DHP dan Primakuin)
Tabel 2.4
Pengobatan Malaria Falsiparum Menurut Berat Badan
(Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin)
29
Tabel 2.5
Pengobatan Malaria Vivaks Menurut Berat Badan
(Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin)
30
Tabel 2.6
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale
(DHP + Primakuin)
Tabel 2.7
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P.Vivax/P.ovale
(Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin)
Dosis obat:
Catatan:
31
Apabila ada ketidaksesuaian antara Usia dan berat badan
(pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah
berdasarkan berat badan.
Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat
badan ideal.
ACT tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 dan
Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
Tabel 2.8
Pengobatan Malaria Falciparum Pada Ibu Hamil
Tabel 2.9
Pengobatan Malaria Vivaks Pada Ibu Hamil
32
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu
penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat
anti malaria.Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari.
(Hakim, 2011)
33
Artesunat diberikan dengan dosis 2.4 mg/kgbb intravena
sebanyak 3 kali (jam ke 0, 12, 24). Selanjutnya diberikan 2.4
mg/kgBB intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu
minum obat. Contoh perhitungan dosis, yaitu sebagai berikut:
(Arsin, 2012)
34
1. Loading dose: 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml
(hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0.9%
diberikan selama 4 jam pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl
0.9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10
mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan)
dekstrose 5 % atau NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau
NaCl 0.9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali
diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin
atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu
hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.
35
2.9.4. Pengobatan Malaria Berat Pada Ibu Hamil
Algoritma 2.1
Alur Penemuan Penderita Malaria
2.10. KOMPLIKASI
36
ditemukan tanda-tanda komplikasi.Komplikasi malaria disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium knowlesi.
Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya, dan sering terjadi
pada pendatang/traveller dan ibu hamil. Komplikasi terjadi 5 – 10% pada
seluruh penderita malaria yang dirawat di rumah sakit dan 20% nya
merupakan kasus yang fatal. Komplikasi malaria diantaranya adalah :
malaria selebral (koma), respiratory distress, anemia berat, gagal ginjal
akut, edema paru, hipoglikemia, syok, perdarahan spontan, kejang
berulang, delirium, kelemahan otak, hiperparasitemia, ikterik, dan
hiperpireksia (Setiati, 2014).
2.11. PROGNOSIS
2.12. PENCEGAHAN
37
Mengurangi pengandung gametosit
38
Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut:
mencegah gigitan nyamuk, memberikan obat-obat untuk mencegah
penularan malaria, memberi vaksinasi (belum diterapkan secara luas
danmasih dalam tahap riset atau percobaan di lapangan). (Arsin, 2012)
39
insektisida yang digunakan dalam program pengendalian malaria.
(Depertemen Kesehatan RI, 2014)
Memakai Kelambu
Melakukan Larviciding
40
1. Melakukan larviciding dengan Bti
41
Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap jumlah tempat
perindukan potensial yang dilakukan larviciding dengan
cakupan 100%. (Depertemen Kesehatan RI, 2014)
42
2.8.2. Upaya Pencegahan
43
Pemasangan kawat kasa
Penggunaan repelan
Penutup badan
44
nyamuk dengan repelan atau memakai baju lengan panjang dan
celana panjang. Penggunaan pakaian penutup badan ini sangat
membantu dalam mencegah gigitan nyamuk sehingga dapat
terhindar dari penularan penyakit. (Depertemen Kesehatan RI,
2014)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
46
dari Kelurahan Wahno, 293 orang berasal dari Kelurahan Vim,
dan 109 orang berasal dari Kelurahan Wai Mhorok.
47
Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden (laki-laki dan
perempuan) yang datang ke Puskesmas Kotaraja untuk memeriksa
keberadaan parasit penyebab malaria di dalam darah.
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
5. Mixed – malaria
1. Cara mikroskopik
2. Tes RDT (Rapid Diagnostic Test)
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder periode
Januari – Maret 2017 yang berasal dari data hasil rekam medik yang
terdapat di Puskesmas Kotaraja Jayapura.
48
Penyusunan menggunakan sistem tabulasi dalam pengolahan data
secara kuantitatif dan dianalisa berdasarkan persentase yang kemudian
disajikan dalam bentuk tabel.
49
BAB IV
N Penderita
No Kelurahan %
Malaria
1 Wahno 9.293 611 6.57
2 Vim 15.436 430 2.78
3 Wai Mhorok 10.672 168 1.57
Jumlah 35.401 1209 10.92
50
Tabel 4.2. Karakteristik Penderita Malaria Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Januari 2018 – Juni 2018.
51
Tabel 4.4. Karakteristik Penderita Malaria Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan Usia Periode Januari 2018 – Juni 2018
No Kelompok Usia N %
1 0 – 11 bulan 9 0,74
2 1 – 4 tahun 104 8.58
3 5 – 9 tahun 110 9.08
4 10 – 14 tahun 71 5.86
5 15 – 59 tahun 908 74.97
6 Ibu Hamil 9 0.74
Jumlah 1.211 100
52
Berdasarkan tabel 4.5.terlihat bahwa penderita malaria di setiap
kelurahan paling banyak adalah yang berusia 15 – 59 tahun yaitu, di
kelurahan Wahno sebanyak 455 orang atau 74.83%, di kelurahan Vim
sebanyak 314 orang atau 72.51%, dan di kelurahan Wai Mhorok sebanyak
139 orang atau 86.87%.
No Cara Pemeriksaan N %
1 Mikroskopis 4.668 90.83
2 RDT 471 9.16
Jumlah 5.139 99.99
53
Berdasarkan tabel 4.7.terlihat bahwa penderita malaria di setiap
kelurahan paling banyak adalah penderita yang diperiksa dengan
menggunakan mikroskopis yaitu, di kelurahan Wahno sebanyak 2.022
orang atau 99.99%, di kelurahan Vim sebanyak 1.740 orang atau 99.99%,
dan di kelurahan Wai Mhorok sebanyak 906 orang atau 99.99%.
No Jenis Plasmodium N %
1 Plasmodium falcifarum 436 57.52
2 Plasmodium vivax 273 36.02
3 Plasmodium malariae 16 2.11
4 Plasmodium ovale 0 0
5 Mixed 33 4.35
Jumlah 758 100
54
Tabel 4.9. Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Jenis Plasmodium di
Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Periode Januari – Maret
2017
4.2. PEMBAHASAN
55
berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.
56
lebih banyak dibandingkan penderita malaria berjenis kelamin
perempuan. Namun, penelitian lain juga menunjukkan bahwa
pasien berjenis kelamin perempuan yang menderita malaria lebih
banyak dari laki-laki pada kondisi tertentu (Rubianti dkk, 2009 dan
Gusra dkk, 2014).
57
penderita pada kelompok umur produktif diduga karena aktivitas
pasien sehari-hari misalnya berada di luar rumah untuk bersekolah
maupun pekerjaan lain yang berlokasi di luar rumah.
58
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Daysema dkk (2015) dimana pemeriksaan
mikroskopis masih menjadi pilihan utama dan merupakan standar
baku diagnosis malaria yang efektif, serta kelebihan pemeriksaan
mikroskopis ialah dapat menghitung jumlah kepadatan parasit dan
dapat melihat bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna
serta dapat menentukan jenis plasmodium, stadium plasmodium,
dan kepadatan parasit.
59
dan Plasmodium vivax. Namun secara umum dapat dikatakan
bahwa jenis Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax
merupakan Plasmodium penyebab malaria yang banyak di derita di
seluruh Indonesia, sedang penderita malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale merupakan kasus
yang sangat jarang.
60
BAB V
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
61
DAFTAR PUSTAKA
Rubianti, I., Wibowo, T., A., Solikhah (2009). Faktor-faktor Resiko Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima Nusa Tenggara Barat.Jurnal
KESMAS UAD, 3 (17): 174-185.
62
WHO (2010)..http://www.cdc.gov/MALARIA/, Diakses pada tanggal 23 Juni
2014
63