Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT

GINJAL KRONIK DENGAN DAN TANPA DIABETES MELITUS DI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH, DENPASAR– BALI
1 2 2
Ni Putu Nita Wiryandari , Ketut Suega , Ni Made Renny Anggraeni Rena
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Divisi Hematologi-Onkologi Medis Bagian / SMF Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah penyebab kematian kesembilan di


Amerika Serikat. Prevalensi PGK tinggi, penyebab terseringnya adalah Penyakit Ginjal
Diabetik (PGD). Anemia adalah tanda utama gagal ginjal yang mengawali komplikasi
lain. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi perbedaan kejadian anemia pada pasien
PGK dengan dan tanpa Diabetes Melitus (DM). Selama Maret-Augustus 2015,
penelitian crossectional dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Rekam medis
sampel PGK dengan dan tanpa DM dievaluasi untuk menilai kadar hemoglobin pada
kunjungan pertama. Data dianalisis dengan analisa bivariat. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 223 pasien PGK (umur 18-75 tahun, rerata 53.53±11.68) dengan 137 sampel
lelaki. Sebanyak 57.4% sampel adalah derajat 5 dan penyebab paling sering adalah PGD
(40.4%). Kami mendapatkan mayoritas anemia pada derajat 5 yaitu sebanyak 66.2%
untuk PGK dengan DM dan 91.8% untuk PGK tanpa DM (p<0.0001). Antara kedua
kelompok, memperlihatakan perbedaan rerata kadar hemoglobin yang signifikan dengan
nilai p=0.001 (9.12±2.38 untuk DM vs. 10.17±3.08 untuk tidak DM). Analisis Chi
square memperlihatkan secara signifikan (p=0.002) persentase yang lebih tinggi pada
PGK dengan DM (68.7% vs. 31.3%). Diabetes Melitus mempengaruhi kejadian anemia
pada PGK namun tidak terkait dengan ekspresi yang lebih awal dari anemia itu sendiri.
Sehingga anemia secara signifikan lebih sering terjadi pada PGK dengan DM dan
tingkat anemia yang lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada PGK tanpa
DM. Kemudian, secara spesifik distribusi anemia secara konsisten lebih tinggi pada
derajat 2-4 PGK dengan DM daripada tanpa DM.

Kata Kunci: Anemia, Penyakit Ginjal Kronik, Diabetes Mellitus


DIFFERENCE OF ANEMIA IN CHRONIC KIDNEY DISEASE
PATIENTS WITH AND WITHOUT DIABETES MELITUS IN
SANGLAH HOSPITAL, DENPASAR-BALI

ABSTRACT

Chronic Kidney Disease (CKD) is the ninth leading cause of death in United
State. It is a high prevalent disease, mostly caused by Diabetes Kidney Disease (DKD).
Anemia is the cardinal feature of chronic kidney failure, prior to the other
complications. This study aimed to evaluate anemia in CKD patient with DM and
without DM. During March-August 2015, a cross-sectional study was conducted using
consecutive sampling method. Medical records of CKD patients with and without DM
were evaluated to assess the hemoglobin level in first visit. Data were analyzed using
bivariate analysis. Sample of this study were 223 CKD patient (age 18-75 years old,
mean 53.53±11.68) with 137 patients was male. For 57.4% patient in stage 5 CKD and
the most common etiology of CKD is DKD (40.4%). We found majorities of anemia in
stage 5 which were 66.2% for CKD with DM and 91.8% for CKD without DM
(p<0.0001). Between two groups, mean value of hemoglobin show significantly
difference with p value 0.001 (9.12±2.38 for diabetes vs. 10.17±3.08 for non-diabetes).
Chi square analysis showed significant (p=0.002) for higher percentage of anemia in
CKD patient with DM (68.7% vs. 31.3%). DM was correlated with anemia but not be
linked to premature expression of anemia in CKD. Therefore, anemia was significantly
more common in diabetic patients and had higher severity than observed in no diabetic
patient. For specific, anemia distribution consistently higher for stage 2-4 in CKD with
DM than CKD without DM.

Keywords: anemia, chronic kidney disease, diabetes mellitus


PENDAHULUAN
Sejak National Kidney Foundation etiologi PGK paling seringnya adalah DM
mengeluarkan definisi dan klasifikasi dari sebesar 44 %. Data lain juga menyebutkan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK), banyak data sebanyak 18,65 % penderita gagal ginjal
yang terakumulasi memperlihatkan bahwa kronik yang didialisis tahun 2000 adalah
PGK adalah penyakit yang sering terjadi. disebabkan oleh diabetes. Namun Dalam
PGK berkaitan dengan resiko morbiditas Suwitra (2009), diketahui penyebab PGK di
dan mortalitas yang lebih luas dan lebih Indonesia yang paling besar adalah
tinggi dari pada hanya progresi sederhana Glomerulo Nephritis Chronis (GNC) yaitu
1 7
yang menuju gagal ginjal. 46,39%. . Dalam Suwitra (2009), PGK juga
Menurut World Health Organization diklasifikasikan berdasarkan diagnosis
(WHO) (2002) dalam Chelliah (2012) etiologinya, yaitu Penyakit Ginjal Diabetes
penyakit ginjal dan saluran kemih meduduki (PGD), Penyakit Ginjal non Diabetes dan
peringkat ke 12 untuk angka kematian dan 7
Penyakit pada transplantasi.
2
peringkat ke 17 untuk angka kecacatan. PGD akan semakin meningkat
Berdasarkan penelitian oleh Stauffer dan seiring dengan peningkatan kejadian
Tan (2014), kejadian PGK di Amerika Diabetes Mellits. International Diabetes
Serikat dari tahun 2007-2010 mencapai 14 Federation (IDF) memperkirakan sekitar
3
% populasi. 552 juta jiwa pada tahun 2030 menderita
Penelitian oleh Prodjosudjadi dan DM di seluruh dunia dengan 11,8 juta jiwa
Suhardjono (2009) dalam Paramita dkk. adalah penduduk Indonesia.
8

(2009) mendapatkan angka prevalensi Adapun komplikasi PGK yang


Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) yang paling sering terjadi adalah anemia. Anemia
menjalani hemodialisis per sejuta populasi ini terjadi paling awal dibandingkan dari
Indonesia dari tahun 2002 hingga 2006 komplikasi lain.
4

mengalami peningkatan. Penelitian tentang Rendahnya hemoglobin pada


distribusi geografi PGK di Bali penderita PGK dapat berujung buruk
mendapatkan prevalensi rata-rata PGK dengann Cardio-Renal Anemia syndrome
4
sebesar 56%. yaitu keadaan yang merusak keadaan
Beberapa sumber menyebutkan DM hemodinamik dan dapat memicu
5
adalah penyebab utama PGK. DM juga berkembangnya gagal jantung kongestif.
9

penyebab lebih dari 42% kasus baru PGTA Mengingat pentingnya DM sebagai
6
di United States. Di Amerika Serikat penyakit penyerta PGK dan pentingnya
anemia sebagai komplikasi awal PGK, dengan metode consecutive sampling
penulis mengangkat tema ini untuk hingga memenuhi sampel minimal
mengalisis apakah DM akan sebanyak 219 sampel. Kemudian data
mempengaruhi pola anemia pada yang terkumpul di analisis.
PGK. Untuk menggambarkan
karakeristik dan distribusi sampel
dilakukan analisis statistik deskriptif.
METODE
Sedangkan untuk melihat kemaknaan
Penelitian ini menerapkan rancangan
perbedaan kejadian anemia pada pasien
penelitian observasi analitik potong
penyakit ginjal kronik dengan dan
lintang untuk mengetahui Perbedaan
tanpa Diabetes Mellitus di Rumah
Kejadian Anemia pada Pasien
Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar–
Penyakit Ginjal Kronik dengan dan
Balidigunakan Uji kai-kuadrat (uji
tanpa Diabetes Mellitus.
2
Kriteria inklusi x) dengan batas kemaknaan nilai

1. Rekam Medis pasien memiliki p<0,005.

data yang memenuhi keperluan


penelitian HASIL
2. Rekam Medis pasien yang
Sebanyak 223 sampel telah
berumur >18 tahun dan < 70 tahun
memenuh kriteria inklusi dan eksklusi
3. Rekam Medis pasien dengan
penelitian ini. Adapun karakteristik

PGK semua derajat demografik dari sampel ini jenis

Kriteria eksklusi kelamin lelaki sebanyak 137 sampel


1. Rekam Medis pasien PGK yang (61,4 %) dan perempuan sebanyak 86
tidak ditemukan saat pengambilan sampel (38,6%). Sampel penelitian
sampel. memiliki rentangan umur dari 18 hingga

Penelitian ini berlangsung 75 tahun dengan rata-rata yaitu 53,53 ±


Tabel 1. Karakteristik Biologis Sampel
bulan Maret-Desember 2015 di Penelitian
Ruang Rekam Medis Rumah Sakit Karakteristik Biologis Nilai
Umum Pusat Sanglah. Pengambilan Variabel (n=223)
Serum Cr, mg/dl 7,45±7,97
dan pencatatan sampel rekam medis
(rerata ± SD)
diawali dengan pemilihan sampel Serum glukosa, mg/dl
187,90±157,98
(rerata± SD)
Kadar Hb, g/dl 9,75±2,84
(rerata ± SD)
Keterangan: Cr Creatinin, Hb
Hemoglobin, SD Standar Deviasi
Tabel 2. Karakteristik Sampel pada Penyakit Ginjal Kronik dengan dan tanpa
Diabetes Mellitus
PGK dengan DM PGK tanpa DM Nilai
(A) (B) P
Karakteristik Demografik
Umur , tahun (rerata ±SD) 55,37 ± 9,88 52,06 ± 0,01
12,78 1
Jenis kelamin (n,%) 0,82
Lelaki 60 (60,6%) 77 (61,1 %)
Perempuan 39 (45,3%) 47 (54,7%)
Karakteristik Biologis
Serum Cr, mg/dl (rerata ± SD) 7,129±9,89 7,718±6,06 0,58
Serum glukosa, mg/dl (rerata ± SD) 274,2 ±203,3 118,9 ± 36,5 <0,0
Kadar Hb, g/dl (rerata ± SD) 9,12±2,38 10,17 ± 3,08 01
0.00
1
Keterangan: PGK Penyakit Ginjal Kronik, DM Diabetes Mellitus, Cr Creatinin,
Hb Hemoglobin, SD Standar Deviasi

11,68 tahun. Sedangkan untuk data 90 sampel (40,4% ) yang memiliki


karakteristik biologis yang meliputi etiologi PGD, sedangkan 9 sampel (4%)
kadar creatinin, kadar glukosa dan lainnya adalah PGK komorbiditas DM
kadar hemoglobin dapat dilihat pada dengan etiologi selain PGD.
Tabel 1.
Tabel 3. Karakteristik Biologis
Data karakteristik juga disajikan
Karakteristik Biologis Nilai
dalam bentuk perbandingan dua Status anemia (n, %)
kelompok, yaitu kelompok PGK Tidak anemia 95 (42,6)
Anemia ringan 57 (25,6)
dengan DM (Kelompok A) dan PGK Anemia sedang 58(26)
tanpa DM (Kelompok B). Anemia berat 13 (5,8)
Derajat PGK (n,%)
Perbandingan Karakteristik ini dapat
Derajat 1 6 (2,7)
dilihat pada Tabel 2. Derajat 2 8 (3,6)
Data karakteristik biologis lain Derajat 3 57 (25,6)
Derajat 4 24 (10,8)
dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Derajat 5 128 (57,4)
penelitian ini sebaran kejadian PGK Status DM (n,%)
Dengan DM 99 (44,4)
berdasarkan derajat menunjukkan
Tanpa DM 124 (55,6)
derajat 5 dengan persentase jumlah Etiologi PGK (n,%)
tertinggi yaitu sebanyak 128 sampel PGD 90 (40,4)
PNC 82 ( 36,8)
(57,4%). Sebanyak 99 sampel (44,4%) GNC 22 (9,9)
ditemukan dengan DM. Namun hanya NO 17 (7,6)
Prerenal 8 (3,6)
NS 4 (1,8)
Keterangan: DM Diabetes Mellitus, PGD
Penyakit Ginjal Diabetik, PNC
Pyelonephritis Chronic, GNC
Gromerulonephritis chronic, NO
Nephropaty Obstructiv, NS Nephropaty
Tabel 4. Perbedaan Kejadian Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal kronik
dengan dan tanpa Diabetes Mellitus
Anemia Tidak Anemia
n (%) n (%) Total

68 31 99
PGK dengan DM
68,70% 31,30% 44,40%
60 64 124
PGK tanpa DM
48,40% 51,60% 55,60%
128 95
Total
57,40% 42,60%
Keterangan: PGK Penyakit Ginjal Kronik, DM Diabetes Melitus

Gambar 1. Perbedaan Kejadian Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal kronik dengan
dan tanpa Diabetes Mellitus berdasarkan Derajat Penyakit Ginjal Kronik

Anemia ditemukan pada 128 sebesar 68 sampel (68,7%) dan untuk


sampel (57,4%). Derajat anemia kelompok B 60 sampel (48,4%) dengan
terbanyak adalah anemia derajat nilai P 0,002.
sedang yaitu 58 sampel (26%). Pada Gambar 1, anemia pada
Uji Chi Square untuk kelompok A terdistribusi lebih merata
menganalisis perbedaan prevalensi pada PGK derajat 3, 4 dan 5 dengan
anemia pada kedua kelompok persentase 16,20%, 11,80% dan 66,20%.
disajikan dalam Tabel 4. Penelitian Pada kelompok B derajat 5 memiliki
ini mendapat jumlah sampel yang persentase 91,80% sedangkan untuk
anemia untuk kelompok A adalah anemia pada derajat 3 dan 4 memiliki
persentase yang sama yaitu 3,30%. pada penelitian El-Achkar menggunakan
Untuk derajat 1 terdapat 1 sampel populasi penelitian yang lebih tua.
11

yang mengalami anemia baik pada Berdasarkan penelitian Iseki, pada


kelompok A maupun B dengan populasi yang lebih tua atau berumur rata-
persentase 1,50% pada kelompok A rata lebih dari 10 tahun masa reproduktif,
dan 1,6 % pada kelompok B. Untuk perempuan akan lebih kecenderungan
derajat 2 terlihat perbedaan pada mengalami PGTA daripada lelaki.
10

kedua kelompok yaitu pada kelompok Sedangkan pada beberapa literatur,


A terdapat 4,44% anemia sedangkan menyebutkan umur dan jenis kelamin
kelompok B tidak ada. mempengaruhi kejadian anemia. Namun
berdasarkan kriteria klinis yang berlaku di
PEMBAHASAN Indonesia, dalam penegakan diagnosis
anemia tidak mempertimbangkan jenis
Berdasarkan karakteristik sampel,
12
kelamin dan umur.
diketahui bahwa jenis kelamin
perempuan lebih sedikit mengalami Rerata umur kelompok A secara
PGK. Walau perbandingan jenis signifikan lebih tua daripada kelompok

kelamin kedua kelompok ini tidak B. Penelitian oleh El-Achkar dkk. (2005)

signifikan secara statistik, namun hasil menunjukkan rerata umur kelompok A

ini sesuai dengan hasil penelitian Iseki 58,4 tahun dan Kelompok B 50,3
11
(2008) yang menyebutkan bahwa tahun. Penelitian oleh Daudampanis
perempuan dapat dikatakan terlindungi dkk. (2014) menunjukan rerata
dari PGTA karena insiden kumulatif kelompok A 70 ± 9,7 tahun dan
13
PGTA untuk perempuan pada kelompok B 69,2 ± 14,6 tahun.
penelitian Iseki tetap rendah selama Penelitian lain oleh Cana-ruiu dkk.
10 (2013) menemukan rerata umur
masa reproduktif.
kelompok A 59,09 ± 13,23 tahun dan
Hasil penelitian ini bertentangan
14
dengan penelitian El-Achkar dkk. kelompok B 58,33 ± 15,16 tahun.

(2005) yaitu jumlah sampel perempuan Sedangkan pada penelitian Bosman dkk.

kelompok A sebesar 63,7% dan (2001) didapatkan nilai rerata kedua


11 kelompok hampir sama yaitu 41,3 tahun
kelompok B sebesar 68,4%. Perbedaan
15
hasil ini terjadi karena kemungkinan dan 41,1 tahun.
Walaupun terdapat variasi rerata
pada beberapa penelitian diatas, merupakan rumah sakit umum pusat
namun semua penelitian tersebut rujukan dari beberapa rumah sakit daerah
menunjukan rerata umur yang lebih di Bali.
tua pada Kelompok A secara PGK memiliki etiologi yang
konsisten. Rerata yang lebih tua pada bervariasi antar negara. Di Amerika
kelompok A disebabkan karena DM Serikat, etiologi paling sering adalah DM
dan PGK adalah penyakit kronik, rata- atau Penyakit Ginjal Diabetik (PGD)
17
rata 15-20 tahun setelah diagnosis dengan proporsi 44%. Sedangkan
DM tegak, 40% pasien DM mendapat menurut data Perhimpunan Nefrologi
komplikasi PGD.
16
Waktu sakit yang Indonesia dalam Suwitra (2009)

lebih lama inilah menyebabkan lebih disebutkan penyebab PGK paling sering

banyak pasien yang lebih tua di Indonesia adalah glomerulonephritis


7
ditemukan pada kelompoka A. chronic sebesar 46,39%. Pada penelitian
Kadar serum kreatinin didapatkan DM sebagai penyebab PGK
memiliki arti penting dalam terbanyak. Pergeseran hasil ini terjadi

perhitungan estimasi LFG. LFG ini karena perubahan gaya hidup dan pola

menjadi salah satu kriteria diagnosis makan masyarakat sehingga kejadian DM

PGK selain bukti kerusakan ginjal semakin mengalami peningkatan. Dilain

selama 3 bulan. Rerata kadar serum pihak kontrol infeksi dan penanganan
infeksi juga semakin baik, sehingga
kreatinin pada kelompok B lebih tinggi
18
dibandingkan kelompok A. Data kejadian infeksi menurun.

perbandingan ini tidak signifikan Karakteristik biologis berikutnya


secara statistik. Pada penelitian Cana- adalah kadar gula darah acak.
Ruiu dkk. (2012) juga menyebutkan Intepretasi hasil data gula darah pada
bahwa serum kreatinin tidak penelitian ini menunjukkan bahwa rerata
menunjukkan hubungan yang kelompok A lebih tinggi dan tergolong
signifikan dengan anemia secara DM sedangkan rerata kelompok B

statistik.
9 tergolong tidak diabetes.
Karakteristik biologis ketiga
Hasil lain penelitian ini yaitu
adalah kadar hemoglobin yang
derajat 5 menjadi mayoritas sampel
merupakan salah satu parameter untuk
penelitian. Hal ini dikarenakan sampel
menegakkan diagnosis anemia. Anemia
diambil di RSUP Sanglah yang
sendiri adalah komplikasi yang sering dkk. (2014) yang menyebutkan perbedaan
terjadi pada pasien PGK dan sering rerata Hb kelompok A 12,5 ± 1,8 g/dl dan
mengawali komplikasi lainnya seperti 13
kelompok B 12,6 ± 1,7 g/dl. Penelitian
komplikasi pada sistem Bosman, dkk. (2001) mendapatkan rerata
kardiovaskuler.
19 Hb kelompok A 10,6 ± 0,9 dan kelompok

Rentangan kadar hemoglobin B 13,7 ± 1,4 dengan perbandingan yang


15
dalam penelitian ini sangat tinggi. Hal signifikan.
ini mungkin disebabkan karena adanya Sedangkan hasil rerata kadar Hb
penyakit yang memperberat kejadian pada penelitian Cana-Ruiu dkk. (2012)
anemia seperti Nephrotic Syndrome, menunjukkan keterbalikan yaitu 10,72 ±
namun pada penelitian ini data terkait 2,3 g/dl pada kelompok A dan 10,36 ±
9
penyakit lain bukan merupakan 2,26 g/dl pada kelompok B. Namun
variabel penelitian.15 data ini tidak signifikan secara statistik.
Penelitian oleh Paramita, dkk. Hal ini dimungkinkan karena prevalensi
(2009) menyebutkan semakin rendah anemia yang terlihat pada penelitian
LFG maka semakin rendah pula Cana-Ruiu memang lebih banyak terjadi
4 pada kelompok B sehingga rerata kadar
erythropoietin. Hal ini menjelaskan
hemoglobinnya akan lebih rendah.
hasil penelitian ini, yaitu persentase
Jika ditinjau rata-rata kadar Hb
anemia derajat berat paling banyak
dari semua penelitian ini, rata-rata kadar
karena sampel didominasi PGK derajat
Hb pada penelitian inilah yang memiliki
5.
nilai paling rendah. Hal ini disebabkan
Perbandingan rerata kedua
karena cut off point yang digunakan untuk
kelompok menunjukkan rerata
menentukan diagnosis anemia adalah
kelompok B tidak anemia, sedangkan
10 g/dl sesuai dengan kriteria klinis
kelompok A lebih parah. Hal ini terjadi
yang berlaku di Indonesia.
karena adanya tambahan peran
Dari hasil penelitian ini
autonomic neurophaty pada DM yang
didapatkan prevalensi anemia pada
mempengaruhi produksi eritropoitin
kelompok A lebih tinggi dari kelompok
sehingga menyebabkan stimulasi
20 B secara signifikan dengan uji Chi
eritropoisis menurun.
Square. Hasil ini sesuai dengan teori
Hasil ini sesuai dengan hasil
yang menyebutkan bahwa PGK dengan
penelitian lain seperti Daudampanis
DM, yang disertai dengan adanya Namun penelitian oleh Cana-Ruiu
hiperglikemia kronik, menyebabkan dkk. (2012) menunjukkan hasil berbeda.
timbulnya Advanced Glycation End- Yaitu prevalensi anemia yang lebih
Product (AGEs) yang bersifat toksik tinggi pada kelompok B sebesar 67,81%,
uremik. AGEs akan memperparah sedangkan kelompok A sebesar 63,41%.
9

terjadinya pendarahan, defisiensi Fe, Hal ini dimungkinkan karena jumlah


urea milieu, stres oksidatif dan sampel dari penelitian Cana-ruiu lebih
inflamasi kronik serta pemendekan sedikit dan derajat PGK yang digunakan
masa hidup RBC. Sehingga AGEs sebagai sampel dari derajat 3 atau GFR
menjadi Additive Diabetes related 2
<60 ml/min/1,73 m . Sedangkan pada
event pada PGK yang
penelitian ini kejadian anemia pada
21
memperparah anemia. derajat 2-4 di kelompok A mendominasi

Hasil serupa ditunjukkan pada kejadian anemia pada derajat yg sama di

penelitian oleh Dausdampanis dkk. kelompok B. Hal ini berkontribusi


(2006) yaitu 60 dari 100 pasien terhadap lebih seringnya anemia
kelompok A memiliki anemia, ditemukan pada kelompok A, dengan
sedangkan kelompok B hanya asumsi pada penelitian Cana-ruiu
didapatkan 47 dari 100 pasien dengan terjadi hal yang sebaliknya. Lihat Gambar

nilai p <0.01.
13
Penelitian lain oleh 1.

Lorber dan Reddan (2006) Jadi dari data hasil penelitian


menemukan 52,7% sampel anemia diketahui bahwa kejadian anemia baik
pada kelompok A dan 39,40% sampel pada kelompok A maupun B dominan
anemia pada Kelompok B dengan nilai terjadi pada derajat 5, namun pada
p<0,0001. Nilai p pada penelitian kelompok A kejadian anemia lebih
Lorber juga menunjukkan signifikansi tersebar ke derajat 3 dan 4. Hasil
yang lebih tinggi dibandingkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian
penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh Doudampanis dkk. (2014) yang
karena perbedaan sampel yang sangat menyebutkan bahwa kelompok A
jauh berbeda yaitu sebanyak 5.222 menunjukkan anemia lebih sering pada
pasien pada penelitian Lorber dan pada derajat III-IV dibandingkan
sampel pada penelitian ini adalah 223 13
kelompok B. Selain itu, kesamaan hasil
22
sampel. juga dapat diamati pada penelitian
oleh El-ackar dkk. (2005) yang menyatakan bahwa anemia pada PGK
menyebutkan bahwa prevalensi anemia dengan DM terjadi lebih awal karena
lebih tinggi pada kelompok A adanya kerusakan yang predominan pada
dibandingkan dengan kelompok B pada interstitium ginjal, inflamasi sistemik
LFG 30-59 mL/min/1.73m2 (22,2% vs. dan nephropaty autonomic yang
7,9%, P < .001) dan pada kategori 60– diperkirakan berkontribusi terjadinya
89 mL/min/1,73m2 (7,5% vs. 5,0%, anemia pada PGK dengan DM dapat

P =0.015).
11 terjadi sebelum perubahan LFG terjadi.
Salah satu penelitian yang dimaksud
Namun persamaan tidak
adalah penelitian Bosman dkk. (2001)
ditemukan antara penelitian ini dengan
menyatakan anemia dan defisiensi EPO
penelitian El- Achkar terkait
sering tidak ditemukan pada penyakit
prevalensi anemia pada LFG<30
ginjal kronik tanpa DM derajat awal dan
2
mL/min/1,73m atau derajat 4 ke atas. terbukti pada hasil penelitiannya, yaitu
El-Achkar menyebutkan tidak ada ditemukan kasus anemia pada 13 dari 27
perbedaan yang signifikan pada LFG pasien diabetika nefropati dan tidak ada
2 11
di bawah <30 mL/min/1,73m . Pada kasus anemia pada pasien GN. Namun
penelitian ini persentase anemia pada pada Bosman dkk. (2001) disebutkan
PGK dengan DM derajat 5 lebih anemia dapat terjadi pada awal
rendah dibandingkan pada PGK penyakit ginjal kronik tanpa DM jika
tanpa DM derajat 5. Hal ini mungkin terdapat penyerta nephrotic syndrome
disebabkan karena beberapa pasien yang menyebabkan defisiensi EPO
kelompok A pada derajat 5 merupakan karena proteinuria parah dengan
pasien dengan onset sakit yang lebih menurunkan produksi EPO dan
lama dibandingkan pasien lain dan menyebabkan kehilangan banyak EPO
telah mendapatkan penanganan awal 15
melalui urine. Hal inilah yang menjadi
untuk anemia. kemungkinan penyebab pada penelitian
Hasil penelitian ini juga ini ditemukan PGK tanpa anemia sudah
menunjukan anemia terjadi pada kedua menunjukkan anemia di derajat awal.
kelompok di derajat 1. Hal ini kurang Namun pada penelitian ini tidak
sesuai dengan beberapa hasil dilakukan pencatatan terhadap kadar
penelitian sebelumnya yang protein dalam urine sampel, sehingga
menjadi suatu kelemahan pada kejadian anemia pada PGK dengan dan
penelitian ini. tanpa DM juga perlu dilakukan
Selain beberapa kelemahan kemudian.
diatas, penelitian ini juga memiliki
kelemahan pada adanya beberapa
sampel yang sudah mendapatkan
pengobatan baik dengan
medikamentosa maupun dialisis yang
dapat mempengaruhi kadar Hb. Hal
ini kurang dapat dikontrol karena data
yang diambil adalah data sekunder dan
data penelitian ini diambil di rumah
sakit pusat rujukan sehingga beberapa
sampel sebelum di rujuk sudah
mendapatkan pengobatan di rumah sakit
asal.

SIMPULAN
Diabetes Mellitus
mempengaruhi kejadian anemia pada
PGK namun tidak terkait dengan
ekspresi yang lebih awal dari anemia
itu sendiri. Sehingga anemia secara
signifikan lebih sering terjadi pada
PGK dengan DM dengan tingkat
anemia yang lebih parah dibandingkan
dengan yang terjadi pada PGK tanpa
DM. Kemudian, secara spesifik
distribusi anemia secara konsisten
lebih tinggi pada derajat 2-4 PGK
dengan DM daripada tanpa DM.
Keterkaitan pengobatan dengan
DAFTAR PUSTAKA 8. International Diabetes Federation. IDF
diabetes atlas fifth edition [Online],
Available from:
1. Moranne, O., Froissart, M., Rossert, http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-
J., Gauci, C., Boffa, J-J. Haymann, global-burden [ Accessed 21 November
J.P., M’rad, M.B., Jacquot, C., 2013].
Houilier, P., Stengel, B., Fouqueray,
9. Cana-ruiu, D., Mota, E., Trican, E.,
B., dan The NephroTest Study
Istrate, N., Popescu, M., Vasile, R.,
Group. 2009. Timing of Onset of
Vaduva, C., Vladu, I., Stoica, L. 2012.
CKD- Related Metabolic
Renal Anemia And Cardiac Dysfunction
Complications. J Am Soc Nephrol,
In Diabetic Versus Non- Diabetic
20: 164-171
Patients. Rom J Diabetes Nutr Metab
2. Chelliah, S. 2012. “ Gambaran Dis. 19(2), 131-141.
Tingkat Depresi & Kualitas Hidup
10. Iseki, K. 2008. Gender differences in
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Chronic Kidney Disease. Kidney
Mengalami Hemodialisis Di RSUP
International, 74 : 415-417
H. Adam Malik”. Medan :
Universitas Sumatra Utara 11. El-Achkar, T.M., Ohmit, S.E.,
McCullough, P.A., Crook, E.D, Brown,
3. Stauffer, M.E. & Fan, T. 2014.
W.W., Grimm, R., Bakris, G.L., Keane,
Prevalence of anemia in chronic
W.F. & Flack, J. M. 2005. Higher
Kidney Diseas in United Stated.
prevalence of anemia with diabetes
PLoS ONE, 9(1).
mellitus in moderate kidney
4. Paramita, N., Suega, K., & insufficiency: The Kidney Early
Widiana, Evaluation Program. Kidney
G. 2009. Hubungan Antara Beberapa International, 67: 1483-1488.
Parameter Anemia Dan Laju Filtrasi
12. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik
Glomerulus Pada Penyakit Ginjal
Ringkas. Jakarta: EGC
Kronik Pradialisis. J Peny Dalam,
11(2), 140-148. 13. Dousdampanis, P., Trigka, K. &
Fourtounas, C. 2014. Prevalence of
5. National Kidney Foundation. 2012.
Anemia in Patients with Type II
K/DOQI clinical practice guideline
Diabetes and Mild to Moderate Chronic
for Diabetes and CKD: 2012 Update.
Kidney Disease and the Impact of Anti-
Am J Kidney Dis 60(5) pg. 850-886
RAS Medications. Saudi J Kidney Dis
6. Craig, K.J., William, J.D., Riley, Transpl, 25(3), 552-557
S.G., Smith, H., Owens, D.R.,
14. Cana-ruiu, D., Mota, E., Trican, E.,
Worthing, D., Cavill, I., Phillips,
Istrate, N., Vaduva, C., Trican, E. 2013.
A.O. 2005. Anemia and Diabetes in
Renal Anemia – Risk Factor for Chronic
the absence of Nephropathy.
Kidney Diasease. Current Health
Diabetes Care, 28:1118–1123
Science Journal, 39(4): 214- 217
7. Suwitra, K. 2009. Penyakit Ginjal
15. Bosman, D.R., Winkler, A.S., Marsden,
Kronik. In : Sudoyo, A.W., J.T, Macdougall, I.C., Watkins, P.J.
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, 2001. Anemia With
K., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 5th.Vol. 2. Jakarta:
InternaPublishing. p. 1035-1040.
Erythropoietin Deficiency Occurs
Early in Diabetic Nephropaty.
Diabetes Care, 24(3): 495-499
16. Lubis, H.R. (2009) Penyakit Ginjal
Diabetik. In: Sudoyo A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
M., Setiadi, S., Editors. Buku Ajar
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta :
Interna Publishing. P.979-982
17. Kidney Disease: Improving Global
Outcomes (KDIGO) CKD Work
Group. KDIGO 2012 Clinical Practice
Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney
Disease. Kidney inter., Suppl. 2013; 3:
1–150.
18. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan
Dasar 2007. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
19. Weis, G. & Godnought, L.T. 2005.
Anemia Chronic Disease. N Engl J
Med, 352, 1011-1023
20. Mathias, C.J. and Bannister, S.R.
2013. Autonomic Failure A Textbook
of Clinical Disorder of the autonomic
th
nervous system. 5 ed. United State:
Oxford University Press.
21. Nurko, S. 2006. Anemia in chronic
kidney disease: Causes, diagnosis,
treatment. Cleveland clinic journal of
medicine, 73(3), 289-297.
22. Lorber, D. & Reddan, D. 2006.
Clinical Characteristic Of Chronic
Kidney Disease Patient With And
Without Diabetes: A Subanalysis Of
The PAERI Study. Clinical
Nephrology, 66(1): 11-1

Anda mungkin juga menyukai