Anda di halaman 1dari 5

Bahwa cinta itu bersifat sabar dan toleran serta tidak mengancam.

Boleh dikatakan bahwa


keluarga adalah tempat "sekolah kasih sayang" bagi anak, karena keluarga merupakan
awal dan pusat seluruh tumbuh kembang anak menjadi individu yang dewasa. Cinta ibu
bersifat memberi kehangatan, menumbuhkan rasa diterima, dan menambahkan rasa aman,
sedangkan cinta ayah bersifat mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin,
memberikan arah dan dorongan serta bimbingan, agar anak kian berani dalam menghadapi
kehidupan. Kedua cinta itu saling menguatkan bukan, sebaliknya.

Anak akan bertambah besar, maka diperlukan pendidikan, perhatian, pengertian lebih
besar pula dari orangtuanya. Orangtua seharusnya berbuat jujur dan terbuka kepada semua
anaknya dengan jalan memberikan teladan melalui berbagi perbuatan nyata dan tingkah
laku. Di samping itu, anak-anak memerlukan kasih sayang dari orangtuanya dan perlakuan
yang adil, supaya di kemudian hari tidak menjadi anak yang sombong, manja, pemboros,
tidak saleh dan tidak menghormati orangtuanya dan masyarakat di sekitarnya, karena
hanya anak yang pernah merasakan kasih sayang yang bisa memberikan kasih sayang itu
pula kepada sesamanya.

Kasih sayang serta perhatian yang diberikan secara timbal balik di antra keluarga
akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Sifat kasih sayang itu memang bermacam-
macam, dan dari pancaran kasih sayang itulah, dapat dinilai kehidupan suatu rumah tanga.
Komunikasi antara anak dan orangtua yang dilandasi kasih sayang secara timbal balik
akan memberikan keharmonisan dalam keluarga, yang dapat memberikan dampak positif
kepada pengembangan watak anak-anaknya. Intensitas hubungan kasih sayang yang timbal
balik ini lebih penting. dibandinglan dengan kontak lama tetapi tidak ada komunikasi yang
timbal balik.

Progam Keluarga Berencana menganjurkan keluarga kecil. Keluarga keil dengan dua
anak dan dengan jarak antara anak satu dengan lainnya sekitar 3 tahun, sehingga orangtua
dapat memberikan kasih sayang dan perhatiannya pada anak anaknya. Selain itu, anak
akan mendapatkan kebutuhan yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya. Keluarga kecil
secara ekonomi juga lebih menguntungkan, sehingga diharapkan kesejahteraan
keluargapun lebih terjamin.

Kasih sayang yang kita berikan pada anak-anak sebaiknya tidak terlalu berlebihan,
yang menjurus ke arah memanjakan. Memanjakan anak, dengan menuruti setiap
keinginannya, dapat menghambat atau bahkan mematikan perkebangan kepribadian,
sehinggan anak menjadi sangat bergantung pada orang tua dan anak akan kehilangan
kesempatan untuk belajar dan berusaha bagi dirinya sendiri. Anak menjadi manja, kurang
mandiri, pemboros, tidak bersedia menerima kenyataan, dan bahkan sombong. Sebaliknya,
orangtua yang sibuk dengan urusannya sendiri akan menimbulkan kegersangan dan
kekosongan kasih sayang pada anaknya-anaknya. Akibatnya, anak lari ke "teman-teman
baru". Seperti alkohol atau narkoba. Hal ini berarti menambah masalah baru bagi orangtua.
Karena itu, kadar kasih sayang yang kita berikan kepada anak-anak hendaknya wajar-
wajar saja.

kasih sayang kepada anak bukan berarti kita tidak boleh menghukum kalau anak
melakukan kesalahan. Justru karena kita sayang itulah, kita wajib membimbing anak agar
mereka tahu mana yang benar mana yang salah. Menghukum dengan cara-cara yang wajar,
kalau seorang anak berbuat salah, masih dibenarkan. Hukuman (punishment) diberikan
secara obyektif dan disertai pemberian pengertian dan maksudnya, bukan untuk
melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sebaliknya kalau seorang anak
berbuat benar wajib diberikan ganjaran/penghargaan (reteard), misanya berupa pujian,
ciuman, tepuk tangan, sehingga anak tahu mana yang baik dan tidak, mana yang benar dan
salah. Penghargaan dapat menimbulkan rasa percaya diri. Hal ini penting untuk
perkembangan kepribadian anak kelak. Selain itu, ganjaran akan menimbulkan motivasi
yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Anak bukanlah miniatur manusia
dewas tetapi mereka sedang tumbuh dan berkembang untuk menjadi manusia dewasa.
Oleh sebab iu, faktor lingkungan sangat menentukan watak, keperibadian, dan perilaku
sosial mereka.

Bermain dengan anak merupakan salah satu bentuk kasih sayang dan mendekatkan
hubungan antara orangtua dan anak. Pada 20 Nopember 1989, disetujui Konvens Hak-Hak
Anak oleh PBB, salah satu hak anak adalah untuk mendapatkan kesempatan bermain dan
rekreasi. Kesibukan orangtua seringkali mengurang kesempatan untuk bermain. Padahal
bermain merupakan kebutuhan anak. Selain itu, bermain dapat mengoptimalkan
perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional.

KESEHATAN FISIK, MENTAL, EMOSIONAL DAN SOSIAL ORANGTUA

Kesehatan orangrtua sangat penting dalam pengasuhan anak. Orangtua yang


mengalami ganguan kesecara kesehatan fisik, lebih-lebih yang menderita sakit kronis,
pada umumnya kurang mampu memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Kesehatan mental
keluarga sangat penting. Sejak dini anak diajar dan diberi contoh yang nyata tentang
kejujuran tindakan maupun ucapan, tutur kata yang santun, tidak berbohong, disiplin, taat
beribadah, saling menghormati dan bersikap sopan santun, maka diharapkan anak akan
meniru orangtua sebagai role model. Sementara itu, orangtua yang mengalami gangguan
mental emosional sering bermasalah dengan pengasuhan anak. Banyak anak yang
mengalami perlakuan salah (child abuse) terjadi pada keluarga yang kurang mampu atau
mempunyai masalah kejiwaan. Hubungan sosial keluarga dengan lingkungannya untuk
menjalin kekerabatan dan meningkatkan interaksi dengan masyarakat sekitar saling
menolong, saling membantu, serta saling menghormati. Anak akan meniru contoh yang
nyata dari orang tua, sehingga kelak anak akan tumbuh menjadi makluk sosial yang
bermartabat. Keadaan sosial ekonomi dan pola pengasuhhan juga berperan terhadap
perkembangan anak. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lugo-Cil diek, 2008 terhadap
2.089 anak dan keluarga golongan sosial ekonomi rendah, ternyata penghasilan keluarga
dan kualitas pengasuhan mempunyai kontribusi penampilan kognitif anak pada umur 14.
24 dan 36 bulan.

STRUKTUR KELUARGA

Pediatris ly Pediatrics: Rep f the task force on the family, American Acdemy of Pediatic
Pediatrics 2003, menjelaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai macam
struktur keluarga yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu :

1. Keragaman keluarga (family diversity)

keluarga sangat beragam, seperti orangtua tungal akibat meninggal, cerai atau berpisah;
;kumpul kebo" atau rujuk lagi; orang tua angkat; keluarga inti/keluarga besar/keluarga
mulitigenerasi; penghasilan keluarga satu sumber atau lebih; etnik, geografik, regional,
orientasi gender, serta agama.

2. Struktur keluarga dan keterbatasannya (family structur and its limitation)

Struktur keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak, melalui


bagaimana anggota keluarga berperilaku dan berinteraksi. Tumbuh kembang akan optimal,
bila anak hidup dilingkungan yang kondusif. Anak dari keluarga dengan latar belakang
pendidikan dan ekonomi kurang akan menghadapi risiko lebih besar.

3. Keluarga sukses (successfiul famitie)

Bila lingkungan keluarga mampu memenuhi kebutuhan, anak akan tumbuh fisik,
pisikososial, dan mental dengan baik; serta orangtua puas dengan kehidupan keluarga dan
perkawinanya. Pada keluarga yang sukses, anak tumbuh menjadi dewas mampu membina
huhungan emosional yang erat dan mampu mandiri. Ciri-ciri keluarga yang sehat dan kuat
adalah ada komunikasi antara keluarga saling memberi semangat, menyatakan
penghargaan, berkomitmen terhadap keluarga, berhubungan sosial empunyai kemampuan
beradaptasi, memberikan peran yang jelas kepada anggota keluarga, dan mempunyai
waktu bersama.

4. Pola asuh (parenting)

Terdapat 3 macam pola asuh, yaitu pola asuh demokratis, permisif, dan otorite. Pola asuh
yang terbaik adalah pola asuh demokratis (authoritative), dengan orangtua yang hangat,
penuh perhatian, kasih sayang, responsif, flekbel/toleransi, membinbing, mendukung,
menghargai pendapat anak, diskusi, sedikit meng hukum tetapi koreksi. Pola asuh ini akan
menghasilan anak yang mempuyai kompetensi sosial dan rasa percaya diri yang tinggi,
kemampuan komunikas baik, kemampuan kognitif tinggi, kreatif dan memiliki kecerdasan
majemuk.

5. Menikah/tidak menikah, ada anak (married or not with children)

Pada sat ini, ada kecenderungan umur saat menikah lebih tua. sehingga angka perceraian
menurun. Menikah masih merupakan tujuan utama sebagian besar orang dewasa.
Sebaiknya, anak lahir dari perkawinan yang dilandasi cinta, stabil, dan langgeng.

6. Masalah perkawinan (marriage matter)

Sebagian besar orang percaya bahwa perkawinan penting terhadap pengasuhan anak.
Mereka yang menikah pada umumnya lebih sehat secara fisik dan emosional. Orangtua
tunggal tidak berdampak besar, kecuali kalau sosial ekonominya kurang. Sementar itu.
orangtua tunggal yang hidup bersama dengan teman kencannya mempunyai risiko
melakukan perlakuan salah terhadap anak (child abu).

7. Pasangan dalam mengasuh anak (partmer in parentring)

Fungi keluarga akan gagal bila hanya salah satu orangtua yang berperan dalam
Pengasuhan. Dengan bertambahnya anak, tidak akan enjadi masalah dalam pengasuhan,
asalkan orangtua saling membantu dan mendukung, serta berbagi Peran dala pengasuhan
(Ghured partmendip) antara ayah dan ibu.

8. Cerai dan tidak cocok (divorce and discord)

pada umumnya perceraian mempunyai dampak psikologis dan mempunyai risiko masalah
periaku dan emosional, termasuk depresi dan prestasi sekolah menurun.

Anda mungkin juga menyukai