PENDAHULUAN
1
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?
2. Apa saja klasifikasi keracunan?
3. Apa penyebab/etiologi keracunan?
4. Bagaimana tanda dan gejala keracunan?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit sehingga menjadi keracunan?
6. Apa saja komplikasi dari keracunan?
7. Bagaimana penatalaksanaan keracunan?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang keracunan
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi keracunan
3. Untuk mengetahui tentang penyebab keracunan
4. Untuk mengetahui tentang tanda/gejala keracunan
5. Untuk mengetahui tentang proses perjalanan penyakit
6. Untuk mengetahui tentang komplikasi keracunan
7. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien keracunan
BAB II
2
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
2.1. Definisi
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil
menyebabkan cedera tubuh dengan adanyareaksi kimia (Smeltzer, 2015).
Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
( Brunner & Suddarth, 2015).
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang
disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik.
Keracunan juga merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu
zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka
panjang yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan struktur/gangguan
fungsi tubuh.
2.2. Klasifikasi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
3
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri
yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen
dan juga bahan kimia yang bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis
makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik,
yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu
melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan
membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini
banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang
sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah
badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf
otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan
susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit
dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.
Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan
kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah
makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit
perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak,
kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita
dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan
4
encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih
telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita
ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol
dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi
timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan
dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit
perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang
disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi
minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit
dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.Pada keracunan yang lebih
berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.Diduga
racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu.
Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-
kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah,
kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali
makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula
pembilasan lambung dan pernafasan buatan.Obat yang khas untuk
keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e) Keracunan singkong
5
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong
beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan
binatangpun tidak mau memakan daunnya.Racun asam biru tersebut
bekerja sangat cepat.Dalam beberapa menit setelah termakan racun
singkong, gejala-gejala mulai timbul.Dalam dosis besar, racun itu cepat
mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi
minyak tanah:
1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang.
2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3) Pria > wanita
4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
6
bronkospasme, kram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi
biasanya terlihat sejak awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
4. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa
seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk
industri.
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan
kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan
kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau
serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa,
namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan
darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital)
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema)
4) Pusing dan kacau
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala tersebut
dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
7
b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah
menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan
dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
c. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
d. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
e. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
Digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan
serangga.Penyakitserum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik
merah dan bengkakserta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas
hari setelah penggunaananti serum.
a. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
b. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.
2.3. Etiologi
Penyebab keracunan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada
beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang
berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh:
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
8
a. Escherichia coli patogen
b.Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
9
e. Pupil miosis
f. Tremor pada lidah dan kelopak mata
3. Keracunan sedang
a. Nausea, muntah-muntah
b. Kejang, dan kram perut
c. Hipersalifa
d. Fasikulasi otot
e. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negative
c. Sesak napas, sianosis, edema paru
d. Inkontinensia urin
e. Kovulasi
f. Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal
2.5. Patofisiologi
Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi
organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat
keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan
iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .
Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam
keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid
(AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila
10
konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat
tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang
berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).
2.6. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas (Apneu)
e. Syok
2.7. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang
korban untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke
bawah dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya
agar tidak tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi
perut korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-
bahan seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin,
minyak tanah, tiner, serta pembersih toilet.
11
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernafasan tidak
adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat
darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa
pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20
tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran
pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,
Jikaperlurespirator pada kegagalan nafas berat.Hindari
pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo
fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan
buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita
yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat
diulang setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal
lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
diusus halus dan besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang
tidak kooperatif.
12
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4
jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh
tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung
sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6
jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah
lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek
akumulasi Akhir pada tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai
timbulgejala-gejala atropinisasi ( muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam.
Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound
effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang
sering fatal.
13
2.8. Discharge Planning Keracunan
Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
14
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun
yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut
arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama
1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange
15
1. Tanda-tanda vital
a) Distress pernapasan
b) Sianosis
c) Takipnoe, dispnea
d) Hipoksia
2. Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi, efek-efeknya
termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
3. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada
kasus berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
4. GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan
esofagus, mual dan muntah.
5. Kardiovaskuler
Disritmia.
16
Nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku berhati-hati/distraksi,
gelisah.
5. Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi
pernapasan akibat efek langsung dari intoksikasi baygon.
b. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem
saraf pusat.
c. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan.
3. Intervensi
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan depresi
pernapasan akibat efek langsung dari toksisitas baygon.
Tujuan : Mempertahankan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil : RR dalam batas normal, jalan nafas bersih,
sputum tidak ada.
Intervensi Rasional
17
Pantau tingkat, irama Efek insektisida mendepresi SSP yang
pernapasan & suara napas mungkin dapat mengakibatkan
serta pola pernapasan hilangnya kepatenan aliran udara atau
depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-
ubah secara drastis.
Tinggikan kepala tempat Menurunkan kemungkinan aspirasi,
tidur diafragma bagian bawah untuk
menigkatkan inflasi paru.
Dorong untuk batuk/ nafas Memudahkan ekspansi paru &
dalam mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis/pneumonia.
Auskultasi suara napas Pasien beresiko atelektasis
dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
Berikan O2 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat
depresi pernapasan
Kolaborasi untuk sinar X Memantau kemungkinan munculnya
dada, Blood Gas Analysis komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.
18
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Monitor vital sign tiap 15 Bila ada perubahan yang bermakna
menit merupakan indikasi penurunan
kesadaran
Observasi tingkat kesadaran Penurunan kesadaran sebagai indikasi
pasien penurunan aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda Gejala tersebut merupakan manifestasi
distress pernapasan, nadi dari perubahan pada otak, ginjal,
cepat, sianosis dan kolapsnya jantung dan paru.
pembuluh darah
Monitor adanya perubahan Tindakan umum yang bertujuan untuk
tingkat kesadaran keselamatan hidup, meliputi resusitasi
: Airway, breathing, sirkulasi
Kolaborasi dengan tim medis Anti dotum (penawar racun) dapat
dalam pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun
19
Monitor pemasukan dan Dokumentasi yang akurat dapat
pengeluaran cairan. membantu dalam mengidentifikasi
pengeluran dan penggantian cairan.
Monitor suhu kulit, palpasi Kulit dingain dan lembab, denyut yang
denyut perifer. lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk
pengantian cairan tambahan.
Observasi adanya mual, Mual, muntah dan perdarahan yang
muntah, perdarahan berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
Pantau tanda-tanda vital Hipotensi, takikardia, peningkatan
pernapasan mengindikasikan
kekurangan cairan
(dehindrasi/hipovolemia).
Kolaborasi dengan tim medis Cairan parenteral dibutuhkan untuk
dalam pemberian cairan mendukung volume cairan /mencegah
parenteral hipotensi.
Kolaborasi dalam pemberian Antiemetik dapat menghilangkan
antiemetic mual/muntah yang dapat menyebabkan
ketidak seimbangan pemasukan.
Berikan kembali pemasukan Pemasukan peroral bergantung kepada
oral secara berangsur-angsur. pengembalian fungsi gastrointestinal.
Pantau studi laboratorium Sebagai indikator untuk menentukan
(Hb, Ht). volume sirkulasi dengan kehilanan
cairan.
BAB III
20
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 14 Juni 2013
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RS
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan
tempe, pusing.
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. AIRWAY
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 28 x/ menit,
cepat dan dangkal
b. BREATHING
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat,
Kedalaman : dangkal. RR : 28 x/ menit.
c. CIRCULATION
21
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67
x/menit, capillary refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
d. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2.
Tingkat kesadaran somnolen.
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan
tempe bongkrek.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang
sama dengan klien.
d. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
e. Pemeriksaan head to toe
1). Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan
tidak rontok.
2). Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap
cahaya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
3). Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran
4). Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
5). Wajah : wajah klien tampak simetris.
22
6). Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir
basah.
7). Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
8). Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 28 x/menit, cepat dan
dangkal, HR 55x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
9). Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada
luka memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
10). Ekstremitas : Tidak terdapat luka, capilari revil <2 akral dingin
11). Genetalia : Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak
terpasang kateter.
f. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
BB : 54 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 360C
23
DS : Perubahan nutrisi Intake tidak
- Ibu klien mengatakan klien makan kurang dari adekuat (
tempe bongkrek saat dirumah, sudah lebih kebutuhan tubuh Anoreksia, Mual
dari empat jam sejak terakhir makan. dan Muntah )
- Ibu klien mengatakan klien dirumah
sudah muntah satu kali.
- Ibu klien mengatakan sebelumnya klien
merasa mual.
DO :
- Penurunan berat badan
- TD 100/60
- RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal
24
14 Juni Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas
2013 keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
bersihan jalan nafas menjadi efektif suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
NOC 1 : 3. Monitor pemberian oksigen
Status Pernapasan : Pertukaran Gas
4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
tidak akan terganggu di buktikan
5. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang
dengan : Kesadaran composmentis, biasa terjadi
TTV menjadi normal, pernafasan
6. Monitor respon alergi selama 24 jam
menjadi normal yaitu tidak
7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari
mengalami nafas dangkal alergen
8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
10. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat
bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan
nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD
14 Juni Setelah dilakukan tindakan NIC 2 : Pengelolaan nutrisi
2013 keperawatan selama 1 x 24 jam
1. Ketahui kesukaan makanan pasien
pemenuhan nutrisi dapat
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
adekuat/terpenuhi dengan kriteria nutrisi
hasil : 3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
NOC 2 : 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Status Gizi Asupan Makanan dan
5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Cairan ditandai pasien nafsu makan NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan
meningkat, mual dan muntah hilang,
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan
pasien tampak segar protein
NOC 3: 2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
25
Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan
dibuktikan dengan BB meningkat, nutrisi
BB tidak turun. 4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien
tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat
26
7. Ajarkan/ diskusikan dgn
7. Mengajarkan/mendiskusikan
klien/keluraga untuk dengan klien/keluraga untuk
menghindari alergen menghindari alergen
8. Ajarkan tehnik nafas
8. Mengajarkan tehnik nafas
dalam dan batuk efektif dalam dan batuk efektif
9. Pertahankan status hidrasi
9. Mempertahankan status
untuk menurunkan hidrasi untuk menurunkan
viskositas sekresi viskositas sekresi
10. Kolaborasi dgn Tim
10. Mengkolaborasikan dengan
medis : pemberian O2, Tim medis : pemberian O2,
obat bronkhodilator, obat obat bronkhodilator, obat
anti allergi, terapi anti allergi, terapi nebulizer,
nebulizer, insersi jalan insersi jalan nafas, dan
nafas, dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium:
laboratorium: AGD AGD
14 Juni NIC 2 : Pengelolaan NIC 2 : Pengelolaan nutrisi
2013 nutrisi 1. Mengetahui kesukaan
1. Ketahui kesukaan makanan pasien
makanan pasien 2. Menentukan kemampuan
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi 3. Menimbang berat badan
3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang
pasien dalam interval tepat
yang tepat 4. Memantau kandungan
4. Pantau kandungan nutrisi nutrisi dan kalori pada
dan kalori pada catatan catatan asupan
asupan
27
5. Tentukan motivasi
5. Menentukan motivasi
pasien untuk mengubah pasien untuk mengubah
kebiasaan makan kebiasaan makan
NIC 3 : Bantuan menaikkan
berat badan
1. Mendiskusikan dengan ahli
NIC 3 : Bantuan gizi dalam menentukan
menaikkan berat badan kebutuhan protein
1. Diskusikan dengan ahli
2. Mendiskusikan dengan
gizi dalam menentukan dokter kebutuhan stimulasi
kebutuhan protein nafsu makan, makanan
2. Diskusikan dengan pelengkap, pemberian
dokter kebutuhan makanan melalui slang.
stimulasi nafsu makan,
3. Merujuk ke dokter untuk
makanan pelengkap, menentukan penyebab
pemberian makanan perubahan nutrisi
melalui slang. 4. Merujuk ke program gizi di
3. Rujuk ke dokter untuk komunitas yang tepat, jika
menentukan penyebab pasien tidak dapat membeli
perubahan nutrisi atau menyiapkan makanan
4. Rujuk ke program gizi di yang adekuat
komunitas yang tepat,
jika pasien tidak dapat
membeli atau
menyiapkan makanan
yang adekuat
28
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Keracunan juga merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu
zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan,
terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek
yang tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya akan menyebabkan
kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase.Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik.
4.2. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus
memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak
dan diberi lebel sehingga anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital
seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga
penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak
terlambat dimulai.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma
Life Support).Jakarta : EMS 119
Blantan, Kamanti Indriyani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Keracunan Insektisida.(Online :http://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-
Intoksikasi-Baygon) Diakses tanggal 1 Desember 2016
30