Anda di halaman 1dari 12

A.

Masalah penelitian
Pada balita infeksi saluran pernapasan akut (ispa) adalah salah satu penyebab utama
kematian pada anak di bawah 5 tahun. Sebuah penelitian melaporkan 62% dari semua
kematian disebabkan oleh ispa.
Sebuah studi meta-analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa di seluruh dunia 1,9
juta anak meninggal karena ispa pada tahun 2000, 70% dari mereka di afrika dan asia
tenggara. (cherian t, 2011).
Pada tahun 2000 kematian anak balita sebesar 2 juta disebabkan karena ispa. (unicef,
2002). Tingkat kesakitan suatu negara dapat mencerminkan situasi derajat kesehatan
masyarakat yang ada di dalamnya. Ispa merupakan penyakit yang menempati urutan
teratas pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit tahun 2006, dengan
presentase 9,32%. Ispa merupakan penyakit kematian pada kelompok bayi dan balita. Hasil
survei demografi dan kesehatan indonesia (sdki) tahun 2002 menyebutkan prevalensi
penyakit ispa adalah 8%, prevalensi tertinggi pada balita. Laporan skrt tahun 2005 proporsi
penyebab kematian bayi akibat penyakit ispa adalah 29,5%, sedangkan proporsi kematian
balita akibat penyakit ispa adalah 30,8%. Keduanya merupakan peringkat pertama penyebab
kematian bayi dan balita. (depkes ri, 2004).menurut sdki 2007, anak balita yang mengalami
gejala ispa adalah 11%, hal ini meningkat 3% dibandingkan dengan temuan sdki 2002-2003
yang Hanya sebesar 8%. Prevalensi ispa pada bayi umur kurang dari 6 bulan yaitu
sebesar 6% dan tertinggi pada anak umur 24-35 bulan yaitu 14%. Balita yang tinggal
bersama ibu perokok cenderung menderita ispa lebih tinggi 16% daripada yang
tinggal bersama ibu bukan perokok yaitu 11%. Makin rendah pendidikan ibu, makin
tinggi prevalensi ispa.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
Tujuan umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ispa pada balita di
wilayah kerja uptd kesehatan luwuk timur, kabupaten banggai, propinsi sulawesi tengah
tahun 2012.
Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi gambaran kasus ispa pada balita, faktor ibu

(pendidikan), faktor keluarga (perilaku), faktor balita (riwayat


eksklusif, status gizi balita, riwayat imunisasi) dan faktor lingkungan
(kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu,
jenis dinding, jenis atap) di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Tim
Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012.

2. Menganalisis hubungan faktor ibu (pendidikan), faktor keluarga (perilaku


faktor balita (riwayat ASI eksklusif, status gizi balita, riwayat imunisa
faktor lingkungan (kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahaya
kelembaban, suhu, jenis dinding, jenis atap) dengan kejadian ISPA
pada balita di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur,
Kabupa Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012.

3. Menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian


ISpa pada balita di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur,
Kabupa Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012.

D. Manfaat penelitian

Dinas kesehatan, kepala uptd dan pengelola program


1.5.1 Dinas Kesehatan, Kepala UPTD dan Pengelola Program
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi untuk
meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam perencanaan program pencegahan dan
penanggulangan penyakit
Hasil ispa.ini diharapkan dapat memberikan masukan dan inform
penelitian
Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, masukan serta acuan untuk
penelitian selanjutnya.
Masyarakat

Memberikan informasi yang berguna kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya


ispa pada balita, dengan cara memberikan hasil penelitian kepada puskesmas sebagai
salah satu pedoman untuk melakukan Penyuluhan kepada masyarakat khususnya tentang
ispa.

E. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, yaitu suatu
penelitian survei analitik. Pengamatan cross sectional merupakan penelitian
prevalensi penyakit dan sekaligus dengan prevalensi penyabab atau penelitian ini
bertujuan untuk mengamati hubungan antara faktor risiko terhadap akibat yang terjadi
dalam bentuk penyakit atau keadaan (status) kesehatan dalam waktu yang bersamaan.
(noor, 2008). Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
kolerasi antara faktor-faktor risiko denga efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus suatu saat (point time approach). Desain penelitian
cross sectional mempunyai keunggulan antara lain mudah dilaksanakan, sederhana,
ekonomis, dalam waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Disamping itu
dalam waktu yang bersamaan dapat mengumpulkan banyak variabel, baik variabel
resiko Maupun variabel efek. (notoatmodjo, 2010).

F. Kerangka konsep

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah ispa pada balita sedangkan
variabel independen adalah faktor ibu (pendidikan), faktor keluarga (perilaku), faktor
balita (riwayat asi eksklusif, status gizi balita, status imunisasi), dan faktor
lingkungan (kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, jenis dinding, jenis
atap, kelembaban, suhu,).
Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Ibu
(Pendidikan)

Faktor Keluarga
(Perilaku)

Faktor balita:

1. Riwayat asi
eksklusif ISPA PADA BALITA

2. Status gizi
balita
3. Status
imunisasi

Faktor lingkungan:
1. Kepadatan
hunian
2. Jenis lantai
Dsfsf
3. Ventilasi
Definisi operasional
4. Pencahayaan
5. Jenis dinding
6. Jenis atap
7. Kelembaban
8. Suhu
No Uraian Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
Devinisi
dependen
1 Infeksi Infeksi akut Kuesioner Melihat 0. Tidak sakit Ordinal
saluran yang menyerang laporan Ispa
pernapasan salah satu data 1. Sakit ispa
akut(ispa) bagian atau sekunder
lebih saluran dari
pernapasan
Berlangsung
sampai dengan
empat belas
hari/akut
dengan gejala
batuk, pilek dan
atau disertai
demam, sampai
ditemukan
adanya sesak
nafas. Depkes
2009
Variabel
independen
2 Pendidikan Pendidikan Kuesioner Wawancara 0. Tinggi (jika Ordinal
ibu formal tertinggi Pada ibu pendidikan
yang telah balita yang
diikuti ibu balita didapatkan
sampai d3,d4 si dan
mendapat ijazah lain lain
pada saat 1. Rendah
dilakukan (jika tamat
penelitian. Uu ri sd dan smp
no.20 tahun atau tidak
2003 tamat
berekolah

3 Perilaku Kegiatan Kuesioner Wawancara 0. Baik (jika Ordinal


yangtidak tamat Pada ibu presentase perilaku
Dilakukan oleh balita ≥75%)
anggota ,
Keluarga balita 1. Kurang (jika
antara lain presentase perilaku
kebiasaan <75%)
merokok dalam
rumah,
penggunaan anti
nyamuk bakar
penggunaan
bahan bakar
memasak
menyapu lantai
membuka
jendela
mengepel
lantai,menjemur
kasur dan bantal
( noto admojo
2010

4 Riwayat asi Riwayat Kuesione Wawancara 0. Asi eksklusif, jika Ordinal


pemberian asi bayi diberikan asi
eksklusif r
saja kepada saja sampai usia
balita sampai 6 bulan
umur 6 bulan Tanpa tambahan makanan
Atau atau
tanpa
Minuma
pemberian
n lain
makanan atau
kecuali
cairan lain.
obat
(roesli, 2009). 1. Tidak
asi
Eksklusif
, jika bayi
diberikan
makanan
atau
minuman
lain
selain asi
sebelum
Bayi
berusia
6 bulan

5 Status gizi Keadaan gizi Koesione Wawancara 0. Gizi baik, jika Ordinal
balita saat r tim pada ibu hasil pengukuran
penelitian dengan balita dan termasuk kategori
melalui kms penimbanga gizi baik atau
penimbangan, n
yang diperoleh melakukan Lebih pada table
dari berat penimbanga baku table baku
badan menurut , status gizi bb/u
umur. Sesuai n pada bayi who- nchs
dengan kms atau balita 1. Gizi kurang, jika
berdasarkan hasil termasuk kategori
standar who. penimbanga gizi buruk atau
(kemenkes ri, n Kurang pada table
2010 dibandingka baku table baku
n dengan status gizi bb/u
table baku who- nchs
Status gizi
bb/u who-
nchs
6 Status Pemberian Kuesione Wawancara 0. Lengkap, bila Ordinal
imunisasi imunisasi r dan dan bayi mendapatka
n imunisasi
sesuai dengan buku kia observasi sesuai usia
umur balita. atau kms buku kia 1
. Tidak lengkap,
Imunisasi bcg 1 atau kms bila bayi tidak
atau belum
kali pada usia mendapatkan
imunisasi sesuai
0-2 bulan, dengan usianya
imunisasi dpt 3
kali pada usia
2-6 bulan,
imunsasi polio
4 kali pada usia
0-6 bulan,
imunisasi
hepatitis b 3
kali pada usia
0-6 bulan dan
imunisasi
campak 1 kali
pada usia 9
bulan depkes
2009
7 Kepadatan Tingkat Koesione Mengukur 0 memenuhi syarat Ordinal
hunian kepadatan yang r dan luas lantai jika ruangan <8
dihitung dari rollemete kamar tidur m2/2 orang
jumlah orang r kemudian
kecuali balita hasil ukur
yang tidur dibandingka
dikamar tidur n dengan
responden di anggota
badi dengan keluarga
luas kamar yang tidur di
tidur kemenkes ruangan
ri 1999 tersebut
8 Jenis lantai Bahan dari alas Koesione Observasi 0 memenuhi syarat Ordinal
atau dasar r bahan lantai jika terbuat dari
sebagai di kamar semen,
penutup bagian tidur jika keramik,kayu
bawah dari lantai 1 tidak memenuhi
kamar tidur bahannya syarat jika lantai
kemenkes ri terbuat dari hunian adalah tanah
1999 tanah maka
akan
dikategorika
n tidak
memenuhi
syarat
9 Ventilasi Lubang hawa Koesione Observasi 0 memenuhi syarat Ordinal
yang berfungsi r dan pada kamar jika jendela dengan
sebagai tempat rollmeter tidur luas ≥10& terhadap
pertukaran responden luas lantai
udara pada dengan 1 tidak memenuhi
kamar tidur mengukur syarat jika jendela
responder luas jendela dengan luas <10&
(kemenkes ri dan dibagi terhadap luas lantai
1999 dengan luas
ruang dikali
100&
10 Pencahayaa Intensitas Kuesione 0 memenuhi syarat Ordinal
n cahaya yang r dan jika hasil
masuk pada luxmeter pengukuran cahaya
kamar tidur ≥ 60 lux
ddan ruang 1 tidak memenuhi
keluarga syarat jika hasil
kemenkes ri pengukuran cahaya
1999 <60 lux
11 Jenis Bahan yang Observas Observasi 0 memenuhi syarat Ordinal
dinding membatasi i jenis jika dinding rumah
setiap ruang dinding menggunakan
rumah yang tembok diplester
responder digunakan 1 tidak memenuhi
kemenkes ri di kamar syarat jika dinding
1999 tidur rumah terbuat dari
responden kayu bamboo dan
lain lain
12 Jenis atap Bahan yang Observasi Observasi 0 memenuhi syarat Ordinal
melundungi jenis atap jika memiliki
bangunan yang plafon/langit-langit
rumah digunakan terbuat dari genteng
responden di rumah dan tembok
dari panas responden 1 tidak memenuhi
matahari syarat jika tidak
dan hujan memiliki
kemenkes ri plafon/langit-langit
1999 dari sirap,ijuk dan
seng
13 Kelembaban Persentase Koesioner Dilakukan O memenuhi syarat Ordinal
jumlah air dan observasi jika hasil pengukuran
dalam hygrometer di kamar menunjukan hasil
udara di tidur antara 40&-70&
kamar tidur responden 1 tidak memenuhi
responden dengan syarat jika hasil
kemenkes ri meletakkan pengukuran
1999 hygrometer menunjukan hasil
setinggi 1 <40% atau >70%
m dari
lantai dan
berada di
tengah-
tengah
ruangan
pada jam
10.00-
13.00
hidupkan
hygrometer
dan tunggu
sampai
didapatkan
angka yang
stabil
14 Suhu Besaran Kuesioner Di tengah- 0 memenuhi syarat Ordinal
yang dan tengah jika suhu 18°c-30°c
menyatakan hygrometer ruangan 1 tidak memenuhi
derajat pada jam syarat jika suhu <18°c
panas atau 10.00- atau >30°c
digin suatu 13.00
ruangan di hidupkan
dalam hygrometer
kamar tidur dan tunggu
responden sampai
kemenkes ri didapatkan
1999 angka yang
stabil
G. Populasi dan sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi dan balita y berumur
0-59 bulan dan bertempat tinggal di wilayah kerja uptd keseha luwuk timur,
kabupaten banggai, propinsi sulawesi tengah, dengan jum populasi balita adalah 1193
jiwa.
Sampel
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan cara quot sampling,
dimana pada penelitian ini bayi dan balita yang dijadikan sam diambil berdasarkan
rumus besar sampel yang telah ditentukan. Sampel y diambil adalah bagian dari
populasi yang memiliki kriteria tertentu, yaitu:

1. Kriteria inklusi sebagai berikut:


Bayi atau balita yang berumur 0-59 bulan dan berdomisili di wilayah k uptd kesehatan
luwuk timur, kabupaten banggai, propinsi sulaw tengah.
Bersedia menjadi responden dan bersedia diwawancarai dalam penelitia
Memahami bahasa indonesia.
2. Kriteria ekslusi sebagai berikut:
Bayi atau balita yang berdomisili di luar wilayah kerja uptd puskesmas hunduhon,
kecamatan luwuk timur, kabupaten banggai, propinsi sulawesi tengah.

Tidak bersedia menjadi responden dan tidak bersedia diwawancarai dalam penelitian

Tidak memahami bahasa indonesia

Anda mungkin juga menyukai