Anda di halaman 1dari 14

ILMU DASAR KEPERAWATAN 1A (IDK 1A)

MAKALAH

oleh

Kelompok 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
ILMU DASAR KEPERAWATAN 1A (IDK 1A)

ANATOMI DAN FISIOLOGI DARAH DAN SISTEM KEKEBALAN


TUBUH

Diajukan guna untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan 1A dengan dosen pembimbing Ns. Rismawan A.Y., M.Kep.

oleh

Kelompok 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

ii
PRAKATA

Segala Puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi dan Fisiologi Darah dan
Kekebalan Tubuh” dengan tepat waktu.

Makalah ini berisikan tentang Anatomi dan Fisologi pada darah dan
sistem kekebalan tubuh. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan dorongan


serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kp., M.Kes. selaku Dekan Fakultas


Keperawatan Universitas Jember.
2. Ns. Siswoyo, M.Kep. selaku Penanggung jawab mata kuliah IDK 1A
3. Ns. Rismawan A.Y., M.Kep. Yang telah membimbing dalam penyelesaian
Makalah ini.
4. Seluruh dosen, staf, karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
yang telah memberikan dukungan selama pengerjaan makalah ini.
5. Teman-teman kelas AG IDK 1A Angkatan 2015 Fakultas Keperawatan
Universitas Jember yang mengulang mata kuliah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Jember, 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman sampul .............................................................................................. i


Halaman judul ................................................................................................. ii
Prakata ............................................................................................................. iii
Daftar isi .......................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan manfaat .................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Sistem Darah ........................................................................................... 3
2.2 Sistem Imun .............................................................................................. 4
BAB 3. PENUTUP ......................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
3.2 Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10
LAMPIRAN

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai
pengedar oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut
karbon dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia
terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran darah. Sistem
peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah.
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani
“haima” yang artinya darah. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh.
Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolism, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yg bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah. Hematopoisis adalah proses pembentukan
darah dan system imun, menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah
untuk pertahanan imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang
multipotensial memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel
batang unipotensial.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan
bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air
seni. Manusia mempunyai system untuk mempertahankan diri terhadap penyakit
yang dikenal dengan system imunitas. Ada dua jenis imunitas , yaitu imunitas
bawaan dan imunitas adaptif. Kedau imunitas tersebut merupakan garis
pertahanan pertama terhadap semua pengganggu. Bagian utama tubuh yang
berfungsi sebagai imunitas bawaan adalah kulit,air mata dan air liur.
Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan
fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama
berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi dan

5
penolakan jaringan. Sistem imun adalah system pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan
dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yg terjadi pada
autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Dengan mempelajari teori ini diharapkan dapat memahami tentang
anatomi fisiologi pada hematologi dan imunologi.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan hematologi.
2. Dapat mengetahui anatomi hematologi.
3. Dapat mengetahui fisiologi hematologi.
4. Dapat mengetahui sistem imunologi
5. Dapat mengetahui fungsi sistem imun.

6
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Darah
A. Pengertian Darah dan Fisiologisnya
Darah manusia merupakan cairan dari jaringan tubuh. Darah merupakan
transport dalam tubuh untuk berbagai bahan antar sel dan sel itu sendiri. Darah
manusia berwarna merah terang ketika terikat pada oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul
– molekul oksigen. Dan ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan
berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru – biruan pada
pembuluh darah dan kulit. Dengan adanya perubahan warna darah ini bisa
dimanfaatkan untuk mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial
Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel
– sel di seluruh tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai darah sebagai
penyuplai nutrisi ke tubuh, mengangkut zat – zat sisa metabolisme dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
B. Komposisi Darah
Komposisi darah dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Korpuskula : 45%
Didalam korpuskula terdapat :
 Eritrosit ( sel darah merah ) yang memiliki kandungan 90%
4,5 – 6,3 juta/ml ( pria dewasa)
4,2 – 5,5 juta/ml (wanita dewasa)
Fungsi : mengandung hemoglobin untuk mengangkut oksigen
dalam darah seluruh tubuh.
 Trombosit ( keping – keping darah) yang memiliki kandungan 0,6
– 1,0 %
Berada dalam sirkulasi 9 – 12 hari

7
Berjumlah 350.000/µl, tempatnya di 1/3 limpa.
Fungsi : membantu proses pembekuan darah. Trombosit penting
dalam homeostatis, penghentian darah dari pembuluh darah yang
cidera. Jika darah mengalami gangguan, segala metabolisme tubuh
akan terganggu.
 Leukosit ( sel darah putih ) yang memiliki kandungan 0,25 %
Dibagi menjadi :
a. Granulosit ( Neutrofil, Eosinofil, dan Basofil)
b. Agranulosit ( Monosit dan Limfosit)
Fungsi: menjaga kekebalan tubuh, membunuh bakteri atau virus
yang mesuk ke dalam tubuh.
2. Plasma darah : 55%
Plasma darah merupakan larutan air yang mengandung:
 Albumin
 Globulin
 Fibrinogen
 Hormon peptida ( PRL, TSH, FSH, LH)
C. Hemostasis
Hemostasis terdiri dari 3 fase :
a. Fase Vaskular
b. Fase Platelet
c. Fase Pembekuan
2.2 Imun
A. Komponen Sistem Imun

Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons


imun non spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk memberikan
respons imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang
tergolong kedalam system limforetikuler (Oppenheim dkk.,1987; Abbas
dkk.,1991; Roit dkk.,1993 dalam Suardana, 2017). Sistem ini terdiri atas sejumlah
organ limfoid yaitu :

8
1. kelenjar timus
2. kelenjar limfe
3. limfa
4. tonsil
5. berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti :
a. peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus
b. jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c. jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah

Sistem limforetikuler inilah yang merupakan system kendali dari semua


mekanisme respons imun. Disamping system limforetikuler diatas, masih ada
unsur-unsur lain yang berperan dalam mekanisme respons imun, dan factor faktor
humoral lain diluar antibody yang berfungsi menunjang mekanisme tersebut.

B. Respons Imun Nonspesifik

Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian


bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak
pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut
: salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen
misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan
cara nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan
monosit memegang peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis,
sel-sel fagositosis tersebut harus berada dalam jarak yang dekat dengan partikel
bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada
permukaan fagosit. Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju
sasaran. Hal ini dapat terjadi karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang
disebut dengan factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun
yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada dilokasi
bakteri (Kresno, 1991; Roitt, 1993 dalam Suardana, 2017 ).

Selain faktor kemotaktik yang berfungsi untuk menarik fagosit menuju


antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya, bakteri perlu mengalami

9
opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh
immunoglobulin atau komplemen (C3b), supaya lebih mudah ditangkap oleh
fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk kedalam sel dengan cara endositosis
dan oleh proses pembentukan fagosum, ia terperangkap dalam kantong fagosum,
seolah-olah ditelan dan kemudian dihancurkan baik dengan proses oksidasi-
reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran
oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri (Bellanti, 1985; Subowo, 1993
dalam Suardana, 2017).

Selain fagositosis diatas, manifestasi lain dari respons imun nonspesifik


adalah reaksi inflamasi. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator
tertentu oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil
dan mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta
anafilatoksin yang berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi
umpan balik dari mastosit dan basofil. Mediatormediator ini akan merangsang
bergeraknya sel-sel polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen
serta meningkatkan permiabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi
protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut dengan respons inflamasi
akut (Abbas, 1991; Stite; 1991; Kresno, 1991 dalam Suardana, 2017).

C. Respon Imun Spesifik

Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya.
Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau antigen
precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang
telah diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga
menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan
antigen (Bellanti, 1985; Roitt,1993; Kresno, 1991 dalam Suardana, 2017).

Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat


dimusnahkan dan kemudian sel-sel system imun mengadakan involusi, namun

10
respons imun primer tersebut sempat mengakibatkan terbentuknya klon atau
kelompok sel yang disebut dengan memory cells yang dapat mengenali antigen
bersangkutan. Apabila dikemudian hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh,
maka klon tersebut akan berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder
spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan
respons imun primer.

11
Sistem Imum

Non Spesifik Spesifik

Fisis/Mekanis Larut Selular Humoral/Sel B Selular/Sel T

-Kulit Biokimi Humoral Sel B Sel B


-Selaput a l - IgD - IgD -Sel Th
lendir - IgM - IgM (Th1 & Th2)
-Silia - IgG - IgG -Sel Ts
-Batuk - IgE - IgE -Sel Tdh
-Bersin - IgA - IgA -Sel Tc

- Asam lambung - Asam lambung


- Lisozim - Lisozim
- Laktoferin - Laktoferin
-Asam -Asam
neurominik dan neurominik dan
lain-lain lain-lain

Gambar 1. Sistem Imun

12
BAB 3. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau


imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh. Zat asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem
imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun
Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun
Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua dan
juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang
sama.

Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan


komponen humoral, walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling
bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

3.2 Saran

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan


pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah darah dan sistem
kekebalan tubuh (imunologi)yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-
saran yang membangun.Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik. Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku ajar Asuhan


Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hemtologi. Jakarta :
Salemba Mendika
Kuntarti. (2010). Sistem Imun. [Serial Online].
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/sistemimun.pdf.
[Diakses pada 14 November 2018]
Kuntanti. (tanpa tahun). Fisiologi Pembuluh Darah. [Serial Online].
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/fisiologipembuluhd
arah.pdf. [Diakses pada 14 November 2018].

Nugraha. Eka. (Tanpa Tahun). Fisiologi Darah. [Serial Online].


http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19590304
1987031-EKA_NUGRAHA/FISIOLOGI_DARAH_new.pdf. [Diakses
pada 18 November 2018].
Mallo. Pricilia. Yelana, dkk. (2012). Rancang Bangun Alat Ukur Kadar
Hemoglobin dan Oksigen Dalam Darah dengan Sensor Oximeter Secara
Non-Invasive. Manado : Unsrat – Faktultas Teknik.
Slone, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fsiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta :EGC
Suardana. 2017. Diktat Imunologi Dasar Sistem Imun. Denpasar: universitas
Udayana [ Serial Online].
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/284a0e69155751dc
6c459b07f14bc03c.pdf [Diakses pada 18 November 2018].

14

Anda mungkin juga menyukai