Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP TEORITIS
Definisi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa latin; abortus) adalah berhentinya
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998:209).
Aborsi merujuk pada terminasi kehamilan dengan cara apapun sebelum janin
cukup dapat berkembang dan bertahan hidup. Di Amerika Serikat, penjelasan ini
dibatasi dengan masa sebelum minggu ke-20 kehamilan atau pelahiran janin
dengan berat badan <500 gr (kira-kira 0,5 kg,yaitu 454 g; Cunningham et al,
1993). Istilah keguguran umum digunakan oleh orang awam untuk menunjukkan
aborsi yang terjadi secara spontan, bukan aborsi yang diinduksi secara medis.
Aborsi spontan terjadi pada 10% sampai 15% kehamilan (Bennet, 1992).
Kehamilan yang digolongkan menjadi aborsi tidak sama dengan kelahiran
pretern. Kelahiran pretern merujuk pada terminasi kehamilan, baik secara spontan
maupun terapeutik, setelah janin dapat bertahan hidup, tetapi belum menjadi
atern, yaitu masa sebelum akhir minggu gestasi ke-37 (Mattson et al, 1993).
Dalam ilmu kedokteran, istilah- istilah ini digunakan untuk membedakan
aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma
kecelakaan atau sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang
disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
- Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan
tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-
kadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
- Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
- Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Etiologi
Penyebab terjadinya aborsi spontan yang paling sering adalah adanya kelainan
bawaan pada hasil konsepsi. Kelainan ini dapat berupa embrio yang upnormal,
atau keduanya. Insidensi upnormalitas yang terjadi akibat kesalahan kromosom
pada trimester kedua sekitar 53%. Infeksi akut yang sangat hebat, seperti
pneumonia, pielitis, dan demam tifoid, sering kali dapat menyebabkan tifoid.

1
Penyebab – penyebab terjadinya:
Abortus spontanea
1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik maupun
emosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan
dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak
dikehendaki.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan
baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia
dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan
asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada
paritas tinggi adalah tidak direncanakan..
Penyebab secara umum:
a. Penyebab dari segi martenal :
- Infeksi akut
1.) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2.) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3.) Parasit, misalnya malaria.
- Infeksi kronis
1.) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2.) Tuberkulosis paru aktif.
3.) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4.) Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
5.) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6.) Trauma fisik.

2
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi Adapun
etiologi dari abortus prokatus adalah :
Abortus Provokatus Medisinalis
• Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan
yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
• Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
• Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
• Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
• Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
• Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit
jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru
aktif, toksemia gravidarum yang berat.
• Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang
disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
• Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
• Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan
psikiater.

Abortus Provokatus Kriminalis


Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak
dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
• Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

3
• Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya
anak lagi.
• Kehamilan di luar nikah.
• Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
• Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
• Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
• Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan

Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Manifestasi Klinis
Gejala awal yang hampir selalu ada adalah perdarahan akibat adanya
pemisahan ovum yang telah dibuahi di uterus. Perdarahan yang terjadi biasanya
ringan pada awalnya dan kemungkinan akan terjadi selama berhari-hari sebelum
terjadinya kram uterus, atau perdarahan dapat diikuti dengan segera oleh kram
uterus. Pada umumnya, perdarahan ringan akan terjadi selama bebrapa minggu.
Kontraksi uterus akan mengalami perlunkan dan membuat serviks melebar dan
akan menyebabkan pengeluaran hasil konsepsi yang komplet atau tidak komplet.

Penatalaksanaan Medis

4
Wanita harus menghubungi dokternya atau bidan apabila terjadi perdarahan
selama kehamilan.Klien dapat tinggal di rumah dan dianjurkan tirah baring dan
tidak melakukan aktivitas seksual.Kadang kala sedasi diprogramkan untuk
meningkatkan relaksasi.Apabila perdarahan semakin bertambah banyak dan
diikuti dengan kram atau kontraksi uterus, rawat inap perlu dilakukan.Terapi IV
untuk penggantian

Cara Kerja Aborsi dengan Pembedahan

Proses spesifik yang digunakan untuk bedah pengangkatan isi rahim tergantung
pada usia kehamilan, apakah masuk pada trisemester pertama, kedua, atau ketiga.
Tiga metode yang berbeda termasuk:

1. Aspirasi vakum manual atau mesin vakum aspirasi - Metode ini dimulai
dengan cara memasukkan tabung kecil ke dalam rahim dan menggunakan alat
pengisap untuk menyedot semua jaringan yang ditemukan di dalam. Metode ini
digunakan untuk pasien pada usia kehamilan trimester pertama, atau 5-12
minggu. Karena banyak cacat lahir pada janin dapat didiagnosis sebelum trimester
kedua, aborsi pada trimester pertama lebih umum dilakukan.
2. Dilasi dan evakuasi (D & E) - Meskipun aborsi pada trimester kedua lebih
dikenal dengan D & C atau dilatasi dan kuretase, metode ini biasanya
dikombinasikan dengan aspirasi vakum, dalam hal ini disebut dilasi dan evakuasi.
Metode ini digunakan selama trimester kedua, atau yang 12 minggu kedua
kehamilan. Tindakan ini menggunakan kombinasi instrumen hisap dan bedah
untuk mengangkat semua jaringan janin dan plasenta dalam rahim. Metode ini
memiliki risiko komplikasi rendah dibandingkan dengan menginduksi persalinan.
3. Aborsi Induksi - Ini adalah metode non-bedah untuk mengakhiri kehamilan di
trimester kedua. Induksi aborsi menggunakan obat untuk menyebabkan kontraksi
persalinan, yang kemudian akan mendorong janin dari rahim. Usai bedah
mengakhiri kehamilan, pasien dibawa ke ruang pemulihan dan akan dipantau dan
diawasi selama 24 jam.

5
DAFTAR PUSTAKA

j. Reeder, Sharon, RN, PhD, FAAN, Leonide L. Martin, RN, MS,DrPH & Deborah Koniak-
Griffin, RN,EdP, FAAN. MATERNITY NURSING; FAMILY,NEWBORN, AND WOMEN’S
HEALTH CARE.18 th Ed. Jakarta : EGC

Wiknjosastro,Hanifa.2006.Ilmu Kebidanan,Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Nanda Internasional Inc, diagnosis keperawatan: definisi&klasifikasi 2015-2017/editor,T.


Heather Herdman,Shigemi Kamitsuru; alih bahasa, Budi Anna Keliat....[et al.].; editor
penyelarasan, Monica Ester.-Ed.10.-Jakarta : EGC,2015

Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Edition Copyright 2013 by Mosby, an imprint
of Elsevier Inc.

Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition Copyright 2013 by Mosby, an imprint
of Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai