Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Dalam setiap kehidupannya manusia pasti pernah mengalami perlakuan yang
tidak adil. Dimana setiap diri manusia pasti terdapat suatu dorongan atau
keinginan untuk berbuat jujur namun terkadang untuk melakukan kejujuran itu
sangatlah sulit dan banyak kendalanya yang harus di hadapi, seperti keadaan atau
situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.
Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat menghasilkan kreatifitas dan
seni tingkat tinggi, karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil
maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan ‘protes’
dengan caranya sendiri. Dan dengan cara itulah yang dapat menghasilkan
kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam
bentuk apapun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan
kecurangan.
Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali kehidupan
bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita lihat bahwa betapa
tidak ada jaminan kepastian akan hukum dan keadilan dalam berbagi ruang di
negara kita, contoh kasus yang begitu menarik kita adalah masalah penahanan
Nazarudin, terkait kasus wisma atlit yang sebenarnya belum jelas dan perlu untuk
dilakukan penahanan. Kasus terkuaknya penggelapan pajak oleh Gayus
tambunan. Namun sepertinya polisi lebih memilih untuk menyelesaikan kasus
pencurian oleh rakyat biasa ketimbang kasur besar Nazarudin. Sedangkan Kasus
lain yang mendapat perlakuan berlawanan, yaitu kasus dimana ada seseorang
nenek yang terpaksa mencuri cokelat dan dengan mudahnya langsung
dipenjarakan. Apakah ini yang disebut adil ? pembenahan seperti apakah yang
harus kita lakukan agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan ?. Kasus-kasus kecil

1
begitu mudahnya diselesaikan, walaupun terkesan kurang adil, dan berlebihan.
Sementara orang-orang dengan kasus yang begitu besar, tidak terselesaikan,
bahkan banyak dari mereka yang keburu meninggal sebelum kasusnya
diselesaikan.

2. Rumusan masalah
A. Apa yang dimaksud dengan keadilan?
B. Siapa berwenang menegakkan keadilan ?
C. Sebutkan factor yang menimbulkan ketidakadilan?
D. Bagaimana kasus ketidakadilan dalam masyarakat ?
E. Mengapa harus adanya keadilan ?
F. Kapan pembalasan dan makna ketidakadilan itu berlaku?

3. Tujuan penulisan
Agar kita dapat berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran, karena
dengan kejujuran itu keadilan mudah untuk di capai. Dan agar kita bisa
memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian keadilan
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata keadilan berasal dari kata dasar
”adil”, mempunyai arti kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan yang tidak berat
sebelah. Sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak
berat sebelah atau tidak memihak dan tidak sewenang-wenang.
Keadilan menurut Ibnu Taymiyyah (661-728 H) adalah memberikan sesuatu
kepada setiap anggota masyarakat sesuai dengan haknya yang harus diperolehnya
tanpa diminta; tidak berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak;
mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan. Keadilan
merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi berbagai
aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat. Keadilan tidak hanya
menjadi idaman setiap insan bahkan kitab suci umat Islam menjadikan keadilan
sebagai tujuan risalah samawi.

Banyak pendapat dari beberapa para ahli tentang pengertian keadilan:


1. Menurut Aritoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang
terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut
dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan
dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus
memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing –
masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan
pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.

3
2. Menurut Plato keadilan adalah orang yang mengendalikan diri dan
perasaannya dikendalikan oleh akal.
3. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah
merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah
pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
4. Menurut Kong Hu Cu, bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak,
bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah
melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu
yang sudah diyakini atau disepakati.

Selain itu, ada pendapat yang lebih umum yang menyatakan bahwa keadilan
itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban.
Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban.
Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa
yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari
kekayaan bersama. Menurut kamus umum bahasa indonesia, kata adil berarti
tidak berat sebelah atau memihak manapun tidak sewenang-wenang. Sedangkan
menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakukan yang seimbang antara
hak dan kewajiban.

B. Macam-macam keadilan
Mengenai makna keadilan, Aristoteles membedakan dua macam keadilan,
yaitu keadilan komulatif dan keadilan distributive. Sedangkan Plato, guru
Aristoteles menyebutkan ada tiga macam, yaitu keadilan komutatif, keadilan
distributive dan keadilan legal atau keadilan moral.

1. Keadilan komutatif

4
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas
pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak
ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan
menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Contoh :
Dr.Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya, sebagai seorang
dokter ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Yanti menanggapi
lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka berubah dari dokter dan pasien
menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr. sukartono belum
berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan
tetapi karena dr. sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi
rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga, karena
Dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti
merusak rumah tangga Dr.Sukartono.

2. Keadilan distributive
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal
yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak
sama (justice is done when equals are treated equally).
Contoh :
Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah
harus dibedakan antara Ali dan Budi. yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya
bekerja. Andaikata Ali menerima Rp. 100.000.- maka Budi harus menerima.
Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama justru hal
tersebut tidak adil.

3. Keadilan legal atau keadilan moral

5
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani
umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam
masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat
dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun). Pendapat Plato itu
disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto mengatakan bahwa itu keadilan
legal. Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk member
tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.
Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat
melakukan fungsinya dengan baik.

C. Factor yang menimbulkan ketidakadilan atau kecurangan


1. Faktor ekonomi
Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya.
Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah,
tempat salah dan dosa. Sangat rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam
merealisasikan apa yang kita inginkan dan fikirkan.
2. Faktor peradaban dan kebudayaan
Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas individu
yaqng terdapat didalamnya “sistem kebudayaan” meski terkadang hal ini
tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental
yang menumbuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini
memicu terjadinya pergeseran nurani, hamper pada setiap individu di
dalamnya sehingga sulit sekali untuk menentukan dan bahkan
menegakkan keadilan.

3. Teknis
Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri,
terkadang untuk bersikap adil kitapun mengedepankan aspek perasaan dan

6
kekeluargaan, sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau bahkan
mempertahankan kita sendiri harus melukai perasaan orang lain.
Apabila ke tiga aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya
akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan
tetapi apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki,
maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan
jadilah kecurangan. Tentang baik dan buruk Pujowiyatno dalam bukunya
"filsafat sana-sini" menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan
perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas, memalsu dan
lain-lain adalah sifat buruk.

D. Kasus ketidakadilan didalam masyarakat


Contoh Kasus Ketidak adilan

Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah
salah satu contoh ketidak adilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari
pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Kami setuju apapun yang namanya
tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga
mempunyai prinsip kemanusiaan.
Untuk datang ke sidang kasusnya ini, Nenek Minah harus meminjam uang
Rp.30.000,- untuk biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang memang

7
jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya
walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang
terkena kasus hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan
dengan alasan sakit yang kadang terkesan dibuat-buat. Tidak malukah mereka
dengan Nenek Minah? Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah
sebenarnya yang menjadi ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu
sulitnya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya
kekuasaan, punya kekuatan, dan punya banyak uang ? Sehingga bisa
mengalahkan hukum dan hukum tidak berlaku bagi mereka para
koruptor. Kami sangat prihatin dengan keadaan ini.
Sangat mudah menjerat hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali
menghukum seorang yang hanya mencuri satu buah semangka, begitu mudahnya
menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan mencuri pisang karena
keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat berbelit-belit
begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum
di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan
di Indonesia.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan.
Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar.
Orang biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya
melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke
penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara
milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya. Oleh karena itu perlu adanya
reformasi hukum yang dilakukan mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat
pemerintahan paling bawah dengan melakukan pembaruan dalam sikap, cara
berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek
kemanusiaan.

8
E. Pembalasan dan makna ketidakadilan
 Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat
berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang
serupa, tingkah laku yang seimbang. Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi
yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan, dan bagi yang
mengingkari perintah Tuhan pun diberikan pembalasan yang seimbang, yaitu
siksaan di neraka. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan
yang bersahabat mendapatkan pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya,
pergaulan yang penuh kecurigaan, menimbulkan pembalasan yang tidak
bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk
sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia bermuat amoral, lingkunganlah yang
menyebabkannya.

 Makna ketidakadilan
1. Adil, yang berarti sama
Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Persamaan
yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak. Allah SWT
berfirman: “Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka
hendaklah engkau memutuskannya dengan adil…” (Surah al-Nisa’/4: 58).
2. Adil, yang berarti seimbang
Allah SWT berfirman: Wahai manusia, apakah yang memperdayakan
kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang
menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan
kamu (menjadikan susunan tubuhmu seimbang). (Surah al-Infithar/82: 6-7).

9
Seandainya ada salah satu anggota tubuh kita berlebih atau berkurang dari
kadar atau syarat yang seharusnya, pasti tidak akan terjadi keseimbangan
(keadilan).
3. Adil, yang berarti “perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan
hak-hak itu pada setiap pemiliknya”
“Adil” dalam hal ini bisa didefinisikan sebagai wadh al-syai’ fi mahallihi
(menempatkan sesuatu pada tempatnya). Lawannya adalah “zalim”, yaitu
wadh’ al-syai’ fi ghairi mahallihi (menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya). “Sungguh merusak permainan catur, jika menempatkan gajah di
tempat raja,” ujar pepatah. Pengertian keadilan seperti ini akan melahirkan
keadilan sosial.
4. Adil yang dinisbatkan pada Ilahi.
Allah disebut qaiman bilqisth (yang menegakkan keadilan) (Surah Ali
‘Imram/3: 18). Allah SWT berfirman:

Dan Tuhanmu tidak berlaku aniaya kepada hamba-hamba-Nya (Surah


Fushshilat/41: 46).

 Perintah berbuat adil


Banyak sekali ayat al-Qur’an yang memerintah kita berbuat adil. Misalnya,
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar
menegakkan Keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu
sendiri ataupun ibu bapakmu dan keluargamu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah
lebih mengetahui keadaan keduanya, maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, sehingga kamu tidak berlaku adil. Jika kamu memutar balikkan, atau
engggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan. (Surah al-Nisa’/4:135).

10
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap
yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut
kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil. (Surah al-Hujurat/49: 9).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, menurut saya keadilan adalah keseimbangan Antara hak dan kewajiban
yang dikerjakan oleh manusia itu sendiri dan keadilan dapat dilihat dari tingkah
laku dan sesuatu yang telah dikerjakan oleh manusia itu sendiri yang dapat
menentukan layak atau tidaknya seseorang untuk menerima keadilan tersebut
sesuai dengan hak yang akan diterima dari kewajiban yang telah dilakukan oleh
orang itu sendiri. Penyimpangan mengenai keadilan akan menimbulkan
kecemburuan pada seseorang yang merasa dirinya tidak diberlakukan keadilan,
maka akan timbul rasa jealous dan menganggap dirinya tidak dibutuhkan dan
tidak berarti bagi orang-orang disekitarnya.

B. Saran
Janganlah kalian berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan
berlaku adil akan mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.
Keadilan, dalam hal apapun, akan membuahkan kedamaian dan kesejahteraan.
Inilah inti kemaslahatan bagi umat. Dan ini lebih mungkin dilaksanakan oleh para
pemimpin atau pemerintah. Untuk itu, setiap pemimpin harus memahami
konsep “tasharruf imam ala al-ra’iyyah manuthun bi al-maslahah” atau kebijakan
pemimpin bagi warganya harus diorientasikan untuk kemaslahatan mereka.
Selain itu, setiap pemimpin juga harus sadar bahwa Sayyidul qaum
khadimuhum atau pemimpin umat adalah pelayan bagi mereka. Pemimpin harus
melayani umatnya untuk mendapatkan keadilan ini yaitu keadilan untuk dapat
beribadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Karena itu, keadilan
yang berujung pada kedamaian dan kesejahteraan harus dikejar terlebih dahulu
ketimbang urusan pribadi ataupun golongan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Ahmad. 1997. Ilmu Budaya Dasar. Solo : Pustaka Setia


Notowidagdo, rohiman, haji, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadist,
rajawali pers, Jakarta, 2000.
Prasetya, joko Tri, dkk. 2011. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta Cetakan
ke IV
Sulaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : Refika Aditama Cetakan
ke X
Suryadi. 1990. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Karunia
Widagdho, Djoko dkk. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

13
KOMENTAR
Menurut penulis, setiap orang pasti pernah diperlakukan adil dan juga tidak

adil oleh orang lain. Dewasa ini banyak penyimpangan ketidakadilan yang terjadi,

terutama terhadap kalangan bawah. Berbagai penyimpangan mengenai keadilan

akan menimbulkan kecemburuan pada seseorang yang merasa dirinya tidak

diberlakukan adil, sehingga timbul rasa jeolaus dan menganggap dirinya tidak

dibutuhkan dan tidak berarti bagi orang-orang disekitarnya.

Ketidakadilan terjadi karena adanya pengaruh berbagai factor, factor yang

paling besar pengaruhnya adalah factor ekonomi. Dimana keadilan bisa dibeli

dengan uang. Dengan adanya uang, para koruptor bisa melenggang bebas

menghirup udara bebas, meskipun berstatus penjara. Sedangkan seorang nenek

yang hanya mencuri tiga buah kakao dihukum setengah bulan penjara.

Dizaman sekarang, keadilan lebih berpihak kepada orang yang memiliki

kekuasaan atau jabatan dan juga materi yang berlebih. Mereka bisa membeli

kekuasaan tersebut, tidak jauh beda dengan pembahasan makalah yang dibuat

14
oleh penulis. Bagaimana keadilan dinegeri ini bisa terwujud sedangkan

pemimpinnya saja tidak bisa berlaku adil. Semua ini terjadi karena manusia

tersebut tidak puas dengan apa yang sudah dia miliki. Mereka dikuasai oleh hawa

nafsu, sehingga keadilan itu tidak bisa diterapkan dengan sempurna. Dan keadilan

itu hanyalah milik Allah semata sedangkan manusia makhluk biasa.

15
HASIL DISKUSI
Pertanyaan dari Saiful Azhari :
Bagaimana pandangan islam tentang seorang pengacara yang membela orang
yang bersalah dalam persidangan ?
Jawaban :
Didalam islam menjadi pengacara itu tidak dilarang, bahkan pada zaman
Rasulullah pengacara pun sudah dipakai tetapi hanya untuk kasus orang yang

16
dizalimi, yaitu untuk kemashlahatan umat. Sedangkan pada zaman sekarang
menjadi pengacara dibolehkan untuk membela yang benar bahkan seseorang
membela yang salah. Didalam islam hal ini tidak dibolehkan.

Pertanyaan dari Bayu Baguska :

Pertanyaan dari Zahratul Hayati :


Bagaiman pendapat pemakalah tentang seseorang yang mendapatkan
beasiswa karena adanya orang dalam?
Jawaban :
Hal ini sangat bertentangan dengan keadilan. Karena seharusnya ada orang
lain yang lebih berhak untuk mendapatkannya.

17

Anda mungkin juga menyukai