Anda di halaman 1dari 5

Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan (land capability) adalah suatu parameter yang dimiliki


suatu tanah yang menggambarkan kondisi tanah tersebut. Kemampuan dari lahan
tersebut nantinya akan diklasifikasikan bedasarkan tiga kategori, yaitu kelas,
subkelas, dan satuan kemampuan (capability unit) (Rayes, 2007). Definisi dari
klasifikasi kemampuan lahan menurut Arsyad (2010) Kemampuan lahan adalah
penilaian atas kemampuan lahan untuk penggunaan tertentu yang dinilai dari
masing - masing faktor penghambat.
Metode yang digunakan untuk menentukan kelas kemampuan lahan yaitu
menggunakan metode matching data yang didasarkan pada USDA dan
pengelompokan kedalam kelas kemampuan lahan didasarkan pada besarnya faktor
pembatas atau kendala (penghambat). Menurut Rayes (2007), pengklasifikasian
tanah atau lahan dikelompokkan kedalam kelas menggunakan huruf Romawi (I
sampai dengan VIII). Tanah dalam kelas I tidak memiliki pembatas utama bagi
pertumbuhan tanaman, sedangkan tanah yang termasuk dalam kelas VIII memiliki
pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk pertanian atau
produksi tanaman secara komersial. Dengan demikian, semakin tinggi kelasnya
maka semakin rendah kualitas lahannya.
Survei tanah yang telah dilaksanakan di Desa Bocek Kecamatan
Karangploso memiliki kelas yang beragam mulai dari kelas III hingga kelas IV
dan juga memiliki subkelas yang beragam yaitu meliputi erosi (e), kelebihan air
(w), dan daerah perakaran (s). Pada hasil kelas kemampuan lahan yang
didapatkan, subkelas yang paling mendominasi pada tanah di Desa Bocek ialah
subkelas kelebihan air (w), hal ini disebabkan oleh keadaan tekstur tanah pada
lahan. Nilai permeabilitas dipengaruhi oleh jumlah masuknya air dalam tanah.
Berikut merupakan tabel data hasil klasifikasi kemampuan lahan kelas A2 dari
titik pengamatan 1 sampai dengan titik pengamatan 3.
Tabel Klasifikasi Kemampuan Lahan Pada Titik A2.1

Faktor
Data Pengelompokan Kelas
Penghambat/Pembatas
Lereng 5% B II
Tingkat Erosi Ringan e1 II
Kedalaman Efektif 35 cm k2 III
Tekstur Lapisan Atas Lempung Berdebu t3 I
Tekstur Lapisan Bawah Lempung Liat t2 I
Berdebu
Permeabilitas Sedang P3 I
Drainase Buruk d4 IV
Kerikir/batuan - b0 I
Bahaya Banjir Sering O2 III
Kelas IV
Sub Kelas W
Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas didapatkan hasil
bahwa titik pengamatan A2.1 termasuk kelas IV dan memilik faktor pembatas,
yaitu drainase dengan subkelas kelebihan air (w).
Tabel Klasifikasi Kemampuan Lahan A2.2
Faktor
Data Pengelompokan Kelas
Penghambat/Pembatas
Lereng 7% B II
Tingkat Erosi Ringan e1 II
Kedalaman Efektif 50 cm k1 II
Tekstur Lapisan Atas Liat Berpasir t1 I
Tekstur Lapisan Bawah Liat Berpasir t1 I
Permeabilitas Agak Cepat P4 III
Drainase Agak Baik d2 II
Kerikir/batuan - b0 I
Bahaya Banjir Sangat Jarang O1 II
Kelas III
Sub Kelas W
Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas didapatkan hasil
bahwa titik pengamatan A2.2 termasuk kelas III dan memilik faktor pembatas,
yaitu permeabilitas dengan subkelas kelebihan air (w).
Tabel Klasifikasi Kemampuan Lahan A2.3

Faktor
Data Pengelompokan Kelas
Penghambat/Pembatas
Lereng 11 % C III
Tingkat Erosi Ringan e2 III
Kedalaman Efektif 30 cm k2 III
Tekstur Lapisan Atas Lempung Liat t2 I
Berdebu
Tekstur Lapisan Bawah Lempung Liat t2 I
Berdebu
Permeabilitas Agak Lambat P2 IV
Drainase Agak Baik d2 II
Kerikir/batuan - b0 II
Bahaya Banjir Kadang-kadang O1 I
Kelas IV
Sub Kelas W
Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas didapatkan hasil
bahwa titik pengamatan A2.3 termasuk kelas IV dan memilik faktor pembatas,
yaitu permeabilitas dengan subkelas kelebihan air (w).
Berdasarkan dari ketiga tabel hasil klasifikasi kelas kemampuan lahan
pada titik A2.1 sampai A2.3, didapatkan 2 kelas yaitu kelas IV pada titik A2.1 dan
A2.3 dengan faktor pembatas yang berbeda, yaitu drainase pada titik A2.1 dan
permeabilitas pada titik A2.3 namun subkelas pada klasifikasi kemampuan lahan
sama, yaitu kelebihan air (w). Lalu untuk titik A2.2 didapatkan hasil klasifikasi
kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas, yaitu permeabilitas dengan
subkelas kelebihan air (w).
Kelas kemampuan lahan pada titik A2.1 dan A2.3, didapatkan kelas IV
dengan faktor pembatasnya adalah drainase dan permeabilitas dan subkelas
kelebihan air (w). Tanah – tanah dalam kelas IV mempunyai kendala yang sangat
berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan
pengolahan yang sangat hati- hati. Tanah dalam kemampuan lahan kelas IV
mungkin hanya cocok untuk dua atau tiga macam tanaman pertanian atau tanaman
yang memiliki produksi rendah, jika digunakan untuk tanaman semusim
diperlukan pengolahan yang lebih hati – hati dan konservasi yang lebih sulit untuk
diterapkan atau dipertahankan. Tanah kelas IV dapat digunakan untuk tanaman
semusim dan tanaman pertanian, (Rayes, 2007), dan menurut Klingbiel (2014)
pada kemampuan lahan kelas IV dapat digunakan untuk sektor pertanian, namun
tidak dapat diterapkan pada seluruh tanaman budidaya dan membutuhkan
menejemen yang baik.
Kelas kemampuan lahan pada titik A2.2, didapatkan kelas III
dengan faktor pembatasnya adalah drainase dan subkelas kelebihan air (w). Tanah
dalam kemampuan lahan kelas III mempuyai kendala yang berat sehingga
mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus,
dan kendala yang terdapat pada tanah kelas III adalah terbatasnya waktu
pengolahan dan waktu penggunaan. Lahan kelas III dapat digunakan untuk
tanaman semusim, dan kebun campuran yang di sertai dengan pembuatan teras
gulud dan pemberian mulsa.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad (2010). Konservasi Tanah dan Air. (edisi ke dua) Bogor: Serial Pustaka
IPB Press.
Klingbiel, A.A., 2014. Land-Capability Classification. Agriculture
Handbook
No. 210. Washington D. C. United States of America
Departement of
Agriculture (USDA)
Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai