Tauhid 1
Tauhid 1
Pembahasan
2. Macam-macam tauhid
a. Tauhid Rububiyah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah
SWT, yaitu ‘Robb’. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-
Murrabi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih
(yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali).
Dalam terminology syariat Islam, istilah tauhid rububiyah berarti:
“Percaya bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam
raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya”.
Dalam pengertian ini istilah Tauhid Rububiyah belum terlepas dari akar
makna bahasanya. Sebab Allah adalah Pemelihara makhluk, para rasul
dan wali-wali-Nya, Pemilik bagi semua makhluk_Nya, Yang senantiasa
memperbaiki keadaan mereka dengan pilar-pilar kehidupan yang telah
diberikannya kepada mereka, Tuhan kepada siapa derajat tertinggi dari
kekuasaan itu berhenti, serta Wali atau Pelindung yang tak terkalahkan
yang mengendalikan urusan para wali dan rasul-Nya.
1
Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini:
Pertama, beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat
umum. Misalnya, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan,
mematikan, menguasai, dll.
Kedua, beriman kepada takdir Allah.
Ketiga, beriman kepada dzat Allah.
الحمدلله رب العلمين
Selain Al-Qur’an dan Sunnah, akal sehat juga nmembuktikan hal yang
sama. Misalnya, firman Allah SWT:
ٲم خلقوامان غيرشيءٲم هم الخالقون
Runtut pembuktian akal sehat atas ayat ini adalah bahwa ada tiga
asumsi yang mungkin dapat diterima secara logis disini, yaitu:
Pertama, mereka diciptakan dari ketiadaan. Ini secara mutlak jelas
tidak mungkin. Karena ketiadaan tidak mungkin jadi sebab kewujudan.
Kedua, mereka adlah pencipta-pencipta. Ini merupakan pemaduan
dua hal yang saling kontradiksi. Sebab ia mengasumsikan kewujudan
sesuatu pada saat ketiadaannya. Ini tentu mustahil. Karena ketiadaan
adalah kontra kewujudan.
Ketiga, ada pencipta selain mereka, yaitu Allah SWT. Asumsi inilah
harus ditetapkan.
b. Tauhid Uluhiyah
Kata uluhiyah diambil dari kata ilah yang berarti Yang disembah dan
yang Ditaati. Kata ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan
yang batil. Untuk sembahan yang hak terlihat misalnya dalam firman
Allah SWT:
“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup Kekal lagi terus
menerus mengurus urusan makhluk-Nya…”. (al-Baqarah:225)
ومااٲ رسلنامان قبلك مان رسول إالنوحي إاليه ٲنه لإاله إال أنافعبدون
Tauhid Uluhiyah adalah hak Allah sendiri yang tak boleh diberikan
kepada yang lain. Rasulullah bersabda:
“Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada Tuhan selain Allah
niscaya rusaklah keduanya”. (Yusuf:22)
“Dia-lah Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup Kekal agi terus
menerus mengurus (urusan makhluk)…”. (al-Baqarah:255)
c. Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari akar kata mulk yang
dengannya terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah
pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya dzat yang
menguasai alam semesta ini, dengan hak penuh penetapan peraturan
atas kehidupan. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di alam semesta
ini.
Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk
makhluk-Nya. Sebagai pemilik segala yang ada, Allah adalah raja atau
penguasa. Allah menjelaskan sifat-Nya sebagai pemimpin (al-Waliyy) alam
semesta. Allah juga menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pelindung orang-
orang beriman yang akan membawa mereka menuju pencerahan. Allah
berfirman sebagai berikut;
2
dengan penegakan syariat Allah di muka bumi, maka akan menjamin
kemaslahatan dan kemakmuran kehidupan di muka bumi.
d. Tauhid Rahmaniyah
a. Perbedaan akar kata. Kata rububiyah diambil dari salah satu nama
Allah, yaitu Rabb, sedang kata uluhiyah diambil dari akar kata ilah.
4
bahwa tauhid uluhiyah sekaligus mengandung pengakuan atas
tauhid rububiyah dalam artian bahwa tauhid rububiyah merupakan
bagian dari tauhid uluhiyah.