Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Multimeter adalah suatu alat yang yang digunakan untuk melakukan
pengukuran tegangan, hambatan, dan ampere suatu komponen elektronika, dan
dapat juga digunakan untuk mengukur tegangan baterai.
Hukum ohm adalah suatu hukum yang digunakan untuk menghitung tegangan suatu
listrik. Bunyi dari hukum ohm “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan berbandingan rangkaian dan
berbanding terbalik dengan hambatan rangkian”
Lensa adalah sebuah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
atau satu bidang datar dan satu bidang lengkung. Lensa terbagi menjadi dua macam,
yaitu lensa cembung yang bersifat mengumpulkan sinar (konvergen) dan lensa
cekung yang bersifat menyebarkan sinar (divergen)
Setiap aktivitas pastinya memiliki waktu untuk setiap aktivitasnya,
peluruhan adalah suatu peristiwandimana menetesnya air secara spontan dari pipa
buret. Semakin besar aktivitasnya, maka semakin banyak pula air yang meluruh per
detiknya.
Adapun hubungan antara multimeter dan hukum ohm yaitu suatu tegangan
dapat dihitung menggunakan multimeter. Sedangkan manfaat dari ke empatnya
yaitu digunakan dalam kebutuhan sehari-hari yakni seperti listik.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Adapun maksud dari kegiatan pratikum dan penyusunan laporan ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Fisika
Dasar II
b. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum dan penyusunan laporan ini
adalah :
1. Mengamati eksperimen menggunakan multimeter, mengenal prinsip
kerja dari multimeter, dan latihan menggunakan multimeter
2. Mengamati hukum ohm dan menentukan besarnya tahanan suatu
rangkaian yang tersusun secara seri dan paralel dengan metode grafik
3. Menentukan panjang fokus lensa positif, menentukan daya lensa positif
dan menentukan sifat bayangan pada lensa posotif
4. Menerapkan dan menginterpretasikan grafik peluruhan dan menentukan
waktu paruh

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu
Praktikum Fisika Dasar II dilaksanakan pada pukul 16:45 WIT
hingga selesai pada pukul 18:43 WIT.
b. Tempat Praktikum
Praktikum Fisika Dasar II dilaksanakan di SMAN 3 Kota Sorong
yang berlokasi di Jalan Baru Kota Sorong.
1.4 Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Fisika Dasar II
yaitu:
 Multimeter
 Batarai 1.5 dan 9 Volt
 Resistor
 Lampu Pijar
 Kabel Penghubung
 Milliamperemeter DC 6 Volt
 Meja Optik
 Lensa
 Layar
 Sumber cahaya
 Pipa Buret
 Erlenmeyer
 Stopwatch
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Fisika Dasar II
yaitu:
 Air mineral
 Tisu secukupnya
 Pulpen
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Eksperimen Menggunakan Multimeter


Multimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
terhadap tegangan, hambatan dan ampere suatu komponen elektronika, biasa juga
digunakan untuk mengukur baterai. Multimeter lebih dipilih ketimbang alat ukur
yang lain karena lebih simpel dan dapat juga digunakan untuk mengukur banyak
satuan listrik meskipun hanya dengan satu alat yakni multimeter. Dalam
perkembangannya, multimeter selalu mengalami perubahan, tentu saja perubahan
yang dimaksud akan membawa multimeter menuju menuju alat ukur yang lebih
cermat serta mudah dalam penggunaannya.(Maryati,2003)
Menurut Annur(2009), pada dasarnya multimeter merupakan gabungan alat
ukur dari volt meter, ohm meter,ampere meter. Seiring berjalannya waktu, jika
duahulu hanya dikenal sebagai multimeter analog, sekarang telah diciptakan versi
lainnya yakni multimeter digital yang memiliki keunggulan akurasi pengukuran
yang tinggi dan kemudahan dalam pembacaan data hasil ukur.
Pada multimeter digital memiliki kelebihan layaknya sebagai pengukur
transistor dan range untuk pengukuran kapasitansi dan frekuensi. Meskipun saat ini
multimeter dibagi menjadi multimeter analog dan digital, tetapi yang sering
digunakan dikalangan masyarakat adalah multimeter digital karena lebih akurat
namun harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan multimeter analog.
(Kusnandar,2001)
Adapun cara menggunakan multimeter ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Kuat Arus (Ampere/A)
Sebelum menggunakan ampere meter untuk mengukur listrik perlu
diperhatikan beberpa hal yaitu sebagai berikut:
Pastikan bahwa arus yang diukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih,
beberapa multimeter mempunyai batas maksimal 500mA atau 0,5A. metode
memasang ampere meter pada rangkaian secara seri , pengukuran secara
paralel dapat menyebabkan multimeter terbakar. Pastikan pemasangan
colok ukur (test lead) tepat. Skala ukur ampere meter pada multimeter
sangat beragam, diantar 250mA dan 20A.
2. Pengukuran Tegangan DC
Baterai merupakan salah satu sumber listrik tegangan DC. Besar tegangan
Dc yang mampu diukur adalah 0-500 Volt DC. Posisi pengukuran terdiri
dari 2,5 V, 10V,25V,50V dan 500V. Sebelum menggunakan volt meter
untuk mengukur arus listrik perlu diperlukan beberapa hal yaitu pastikan
bahwa tegangan yang diukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih.
Metode pemasangan volt meter pada rangkaian adalah secara paralel.
Pemasangan secara seri menyebabkan multimeter terbakar. . Pastikan
pemasangan colok ukur (test lead) tepat.
3. Pengukuran Tegangan AC
Multimeter mampu mengukur tegangan AC sebesar 0-1000V. . Posisi
pengukuran terdiri dari 10 V, 25 V, 250 V dan 1000 V. Sebelum
menggunakan Volt meter untuk mengukur arus listrik perlu diperhatikan
beberapa hal yakni, Pastikan bahwa tegangan yang diukur lebih rendah dari
skala ukur yang dipilih. Metode memasang Volt meter pada rangkaian
adalah secara paralel, karena pengukuran secara seri dapat menyebabkan
multimeter terbakar Pemasangan colok ukur (test lead) dapat dibolak-balik.
4. Pengukuran Hambatan (Ω)
Sebelum menggunakan Ohm meter untuk mengukur tahanan perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Pastikan bahwa tahanan yang diukur dalam rentang pengukuran efektif
tahanan yang diukur, misal mengukur tahanan 220 Ω maka pilih skala1 X,
tahanan 800 Ω menggunakan 10 X, tahanan 8 K Ω menggunakan 1 x 1K.
Kalibrasi alat ukur sebelum digunakan, dengan cara menghubungkan
singkat colok ukur, dan mengatur jarum pada posisi 0 (nol).
Pengukuran tidak boleh pada rangkaian ulang dialiri listrik, jadi matikan
sumber dan lepas komponen saat melakukan pengukuran. Langkah
mengukur tahanan.

2.2 Hukum Ohm


Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding
lurus dengan tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan berbanding terbalik dengan
hambatan rangkaian”. Sesuai dengan namanya, Hukum Ohm diambil dari nama
seorang ahli fisika dari Jerman yaitu George Simon Ohm (1787-1854). Hukum
Ohm digunakan untuk menghitung tegangan listrik, hambatan listrik, atau kuat arus
dalam rangkaian listrik.
Hukum Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian elektronika dan
merupakan hukum dasar pada rangkaian listrik. Dengan menggunakan hukum
Ohm, kita tidak hanya dapat menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik,
memperkecil tegangan pada rangkaian dan juga untuk memperoleh nilai resistansi
atau hambatan yang diperlukan.
Rumus Hukum Ohm
Simbol yang digunakan pada hukum Ohm adalah V untuk voltase atau
tegangan listrik yang diukur dalam satuan volt, dan R untuk resistansi atau
hambatan yang diukur dalam satuan ohm (Ω), serta I untuk arus listrik yang diukur
dalam satuan ampere.

Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung


besar voltase listrik menggunakan rumus:

V=IR
Rumus :
Dari gambar diatas, kita dapat mengingat rumus dengan mudah dengan cara
menutup salah satu huruf untuk mencari rumusnya. Contoh jika kita ingin mencari
nilai tegangan listrik, tutup huruf V pada segitiga diatas, maka didapat rumusnya
adalah IR, dan begitu pula untuk mencari rumus lainnya caranya sama.

Rangkaian Listrik
Rangkaian adalah lintasan listrik yang dilalui dari sumber daya dan kembali
lagi. Semua bagian dari rangkaian sederhana harus menghantarkan listrik dan dan
terhubung satu sama lain. Ada dua jenis rangkaian,: seri dan paralel. Senter adalah
contoh rangkaian seri; semua komponen terhubung satu sama lain. Rangkaian
paralel memiliki baterai satu komponen lain yang terhubung saling menyilang. Pada
rangkaian listrik, tegangan, resistansi, atau arus yang lewat dapat dihitung dengan
rumus hukum Ohm.

Komponen dalam rangkaian listrik yang dimana masing-masing


digambarkan dengan simbol khusus dan berbeda satu dengan yang lainnya. Ini
dimaksudkan agar komponen dan koneksi dapat digambarkan dengan jelas. Pada
diagram komponen sederhana dibawah ini, bias dilhat berbagai simbol yang dipakai
pada komponen listrik. Gambar diagram rangkaian dibuat untuk memudahkan dan
menyederhanakan komponen listrik sesungguhnya.
Makin besar resistansi atau hambatan dalam rangkaian, maka makin kecil
arus yang mengalir. Begitu pula sebaliknya, jika sumber daya yang diberikan terlalu
besar, maka beban juga harus mampu menerima daya yang besar. Jika beban
menerima daya diatas kemampuannya, maka dapat terjadi kerusakan komponen
pada alat tersebut (overload). Jika arus yang mengalir pada rangkaian terlalu besar
untuk dapat diterima beban, maka dipakai satu komponen listrik yang bernama
resistor. Resistor merupakan salah satu komponen listrik yang menyebabkan
tegangan listrik turun.
Pada rangkaian seri pengganti tahanannya ialah :
Rs = R1 + R2…………………. + Rn
Sedangkan, pada rangkaian parallel ialah :
1 1 1 1
= + …………………. + 𝑅𝑛
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2

Adapun nilai dari tiap-tiap cincin warna yang dimiliki tahanan (resistor) dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Warna cincin cincin 1 cincin 2 cincin 3 cincin 4 cincin 5

Hitam 0 0 0 x100
coklat 1 1 1 x101 ±1%
Merah 2 2 2 x102 ±2%
Jingga 3 3 3 x103
Kuning 4 4 4 x104
Hijau 5 5 5 x105
Biru 6 6 6 x106
Ungu 7 7 7 x107
abu-abu 8 8 8 x108
Putih 9 9 9 x109 ±5%
emas x10-1 ± 10 %
Perak x10-2 ± 20 %
tanpa warna
2.3 Pengukuran Daya Lensa Positif

Lensa adalah sebuah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
atau satu bindang datar dan satu bidang lengkung. Terdapat dua macam lensa yang
sering digunakan dalam percobaan, yaitu lensa cekung yang bersifat menyebarkan
sinar (divergen) dan lensa cembung yang bersifat mengumpulkan sinar
(konvergen).

1. Lensa Cekung
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada
bagian tepinya, sifat bayangan yang dibentuk lensa cekung adalah maya, tegak
dan diperkecil. Jenis-jenis lensa cekung diantaranya adalah :

Lensa cekung ganda (bikonkaf)

Lensa cekung datar (plankonkaf)

Lensa cekung cembung (konkaf konveks)

 Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung :

Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seakan-akan berasal dari titik
fokus F1.

Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus F2 dan dibiaskan sejajar sumbu
utama,

Sinar datang melalui titik pesat lensa O diteruskan lurus tanpa dibiaskan.

2. Lensa Cembung

Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada
bagian tepinya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung adalah
bayangan maya, tegak dan diperbesar, jenis-jenis lensa cembung, diantaranya
adalah

Lensa cembung ganda (bikonveks)

Lensa cembung datar (plankonveks)

Lensa cembung cekung (konveks konkaf)

 Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung :

Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus F1
yang terdapat dibelakang lensa.

Sinar datang melalui titik fokus F2 yang terdapat didepan lensa dibiaskan
sejajar sumbu utama.

Sinar datang melalui titik pusat lensa O diteruskan lurus tanpa dibiaskan.

1 1 1
= +
𝑓 𝑠 𝑠′

Keterangan :

f = jarak fokus (cm) s = jarak benda (cm)

s' = jarak bayangan (cm)

Kekuatan lensa :

1
P=𝑓

Keterangan :

P = kekuatan lensa (dioptri) f = jarak fokus (cm)


2.4 Peluruhan Waktu Paruh Zat
Andaikan secuplik air yang berada dalam pipa buret yang menggantikan zat
radioaktif, air yang masih tinggal disebut aktivitas. Semakin besar aktivitasnya,
semakin banyak air yang meluruh per detik. Aktivitas hanya ditentukan oleh jumlah
peluruhan per detik. Peluruhan adalah peristiwa menetesnya air secara spontan dari
pipa buret (gambar 1).

Waktu paro atau paruh adalah waktu yang diperlukan unsur radioaktif
sehingga separo zat radoiaktif tersebut meluruh dari massa awalnya. Waktu paruh
dilambang dengan t1/2. Rumusnya yaitu:

Umur rata-rata adalah kebalikan dari peluang (hipotesis) untuk meluruh


persatuan waktu. Dengan rumus:
Dalam peluruhan inti inilah perhitungan radioaktif yang paling penting
karena menyebabkan perbedaan jumlah partikel sebelum dan sesudah reaksi
peluruhan. Berikut rumus peluruhan inti:
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengujian


3.1.1 Hasil Pengujian Experimen 1

Hasil dari percobaan pertama ini didapatkan baterai 1,5 V dan 9 V yang
digunakan dalam praktikum memiliki daya listrik yang dihasilkan masih baik.

3.1.2 Hasil Pengujian Hukum Ohm

Hasil praktikum modul 2 telah di tuliskan dalam tabel. Perhatikan tabel


berikut.
Arus Listrik I (mA)
No. Tegangan V Seri Paralel
100 47 100 47
1 2k 0,98 0,41 x 10 - -
2 20 k 0,09 0,04 x 10 - -
3 200 k - - - -
4 200 V - 47,1 - -
5 2V 1,5 - - -

3.1.3 Hasil Pengujian Pengukuran Daya Lensa Positif

Hasil dari praktikum modul 3 telah dituliskan dalam tabel. Perhatikan


tabel berikut.
1 1
No. S (cm) S' (cm) 𝑠 𝑠′

1 14 8 0,07 0,125
2 10 9,5 0,1 0,105
3 16 7,5 0,0625 0,13
4 8 11,5 0,125 0,087

3.1.4 Hasil Pengujian Peluruhan Waktu Paruh Zat


Waktu Tinggi air
10 0,4
20 0,8
30 1,1
40 1,5
50 1,8
60 2
70 2,3
80 2,5
90 2,7
100 2,9
110 3,2
120 3,4
130 3,6
140 3,7
150 3,9
160 4
170 5
180 7,9
190 11
200 14
210 16,8
220 20,5
230 25
240 29,3
250 33
260 36,6
270 40
280 43
290 45,8
300 48,5
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Experimen 1
Karena saat di uji baterai 1,5 V menunjukkan tanda negatif, maka baterai
tersebut dalam kondisi yang layak atau baik untuk digunakan. Begitu pula baterai
9 V menunjukkan tanda yang sama, maka baterai tersebut dalam kondisi yang layak
atau baik untuk di gunakan dalam keperluan sehari-hari.

3.2.2 Pembahasan Hukum Ohm


Dari data hasil diatas didapatkan bahwa beda hambatan (tahanan) dapat
mengakibatkan besar arus listrik. Dengan semakin besarnya hambatan maka akan
semakin kecil arus listrik yang terjadi pada rangkaian seri. Dalam praktikum ini
penulis menggunakan baterai dengan tegangan 1,5 V dan dapat terbaca jelas saat
menggunakan multimeter dengan scalar 2V. Untuk rangkaian parallel penulis
kehabisan waktu dalam melakukan praktikum. Sehingga tidak dapat untuk
mendapatkan hasil dari rangkaian tersebut.

3.2.3 Pembahasan Pengukuran Daya Lensa Positif


Pada praktikum ini didapatkan data dan di ketahui dari data tersebut bahwa
sifat dari bayangan lensa cembung ialah jarak bayangan akan semakin besar bila
jarak benda ke lensa semakin kecil.

3.2.4 Pembahasan Peluruhan Waktu Paruh Zat

Pada eksperimen yang dilakukan dengan air yang brada dalam buret
didapatkan bahwa setiap 10 detiknya air yang meluruh semakin banyak dan
semakin besar tergantung pembukaan kutup pada buret yang telah disediakan.
Untuk waktu paruhnya sendiri didapatkan rata-rata yaitu sekitar 17,325 s.

Anda mungkin juga menyukai