2 Pengertian Ketahanan Pangan 2
2 Pengertian Ketahanan Pangan 2
(Tempe)
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai
“ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses
penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna. Tempe memiliki
kadar air yang cukup tinggi, yaitu sekitar 55%, itulah yang menyebabkan tempe
mudah rusak, sehingga harus disimpan dan ditangani dengan baik. Untuk
mengatasinya, salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah dengan mengubah
bentuk bahan tersebut menjadi bahan pangan yang bisa disimpan dan tahan lama,
caranya adalah melalui proses pengolahan.
Salah satu pengolahan yang bisa dilakukan ialah dengan cara di oven dengan
microwave. Penggunaan microwave sangat tepat karena microwave mempunyai
beberapa keunggulan seperti: waktu pemasakan lebih singkat, mudah digunakan,
aroma dan nutrisi dari bahan makanan tetap terjaga, karena cepat mematangkan,
maka pemakaian listrik juga lebih hemat. Oleh karena itu kami mengolah tempe
dengan menggunakan microwave dengan tujuan mengetahui cara memanggang
tempe dengan menggunakan microwave dan analisis hasil percobaan.
2
B. Tinjauan Pustaka
1. Microwave
1.1 Pengertian
Tabung Magnetron
Ruang pengoven
Penyaring
Pengatur transformer
Pengisi Daya
Gambar 1. Microwave
3
Polarisasi ion seperti yang sudah disebutkan diatas, terjadi ketika
larutan ion dari bahan makanan bergerak mendekati medan listrik.
Setelah itu terjadi transfer energi kinetik dari medan listrik ke ion
tersebut. Pada keadaan yang terlalu banyak ion maka akan cepat panas
karena ion-ion akan bertabrakan atau bergesekan satu sama lain dan
terjadi perubahan energi kinetik menjadi panas. Selain itu, panas akan
banyak dihasilkan saat medan listrik berputar 2,45 atau 109 juta kali
per detik karena terjadi banyak tabrakan.
b. Mekanisme Rotasi Dipole
Mekanisme rotasi dipole ini tergantung pada keberadaan molekul
polar, contohhnya air. Molekul air berorientasi secara acak dibawah
kondisi normal. Dengan adanya medan listrik, molekul-molekul polar
akan berbaris dengan medan. Medan magnet pada sistem microwave
berubah frekuensi 2,45 atau 109 juta kali per detik, sehingga ketika
molekul-molekul mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
medan tersebut, panas akan dihasilkan.
Secara singkat, mekanismenya yaitu panas dihasilkan dari elektrik dan
ion. Pemanas dielektrik menggerakkan molekul air dalam pangan dan
kemudian memicu pergerakan dari ion-ion dalam bahan pangan
sehingga menghasilkan panas. Hal tersebut dipengaruhi oleh gerakan
medan elektrik dari alat tersebut.
4
Gambar 2. Struktur Magnetron
5
Tempe 16 0.66
Wortel 18 0.93
Pisang 17 0.93
Roti 0.005 1170
Mentega 0,1 30.5
Minyak Goreng 0,2 19.5
Kertas 0,15 14.8
Gelas 0.1 40
PE 0.003 700
Tabel 1. Nilai loss factor dan Kedalaman Penetrasi dari beberapa Bahan
pada 2450 MHz (1).
6
nilai kimia, dan lain-lain. Namun kerugiannya adalah kadang
meghasilkan produk yang tidak seragam, sebagai contoh beberapa
bagian dari daging mengalami pematangan ketika bagian yang lain
masih tetap membeku atau belum selesai proses thawingnya.
Pemanasan yang tidak seimbang selama proses pemanasan terjadi
karena distribusi keuatan yang tidak merata dan penambahan kekuatan
absorbsi pada bahan yang cair. Sedangkan ketidakseragaman suhu
pada materi biologi yang terdapat di dalam microwave dipengaruhi
oleh ukurannya, bentuk dan dielektrik material biologi, serta besar dan
frekuensi microwave.
b. Reheating
Merupakan suatu proses untuk meningkatkan suhu pangan dari kondisi
normal menjadi lebih tinggi dengan kecepatan yang efisien
c. Drying
Microwave drying merupakan salah satu cara utnuk mengurangi
degradasi pada produk. Pengeringan yang menggunakan microwave
mempunyai banyak keuntungan. Pada pengeringan konvensional,
panas harus dikontrol dan disesuaikan dengan jenis bahan. Panas
tersebut menguapkan bagian dari bahan dan air menguap ke
permukaan dan kemudian menguap keluar. Hal ini membutuhkan
waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan microwave, frekuensi
dari alat ini langsung menuju ke polar sistem yaitu air. Sehingga proses
akan lebih cepat. Selain itu, pengeringan dengan microwave dapat
melindungi dari pengerasan bahan pangan dan reaksi browning.
d. Cooking
Pada pemasakan, microwave dapat menghindarkan cookingloss pada
produk pangan. Ada 2 cara untuk menghindari cookingloss yaitu,
dengan cara memberikan pereheating untuk proses selanjutnya yang
salah satunya menggunakan microwave atau dengan cara
menggunakan microwave saja untuk proses awal sampai akhir.
e. Baking
7
Kelebihan microwave adalah dapat menghindari adanya crust dan
browning sehingga produk pangan berkesan segar. Hal ini berlawanan
dengan proses baking. Proses baking adalah proses dimana crust dan
browning sangat dibutuhkan. Dengan demikian, hal tersebut
merupakan masalah besar. Oleh karena itu dibutuhkan gabungan
teknik pemanasan, yaitu frekuensi microwave dan ditambah suplai
udara panas sesuai suhu baking. Kombinasi 2 teknik tersebut mampu
menghemat 66% waktu total. Selain itu juga dapat memperpanjan daya
simpan umur bakery karena suhu akhir proses lebih rendah. Selain itu
juga dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan yeast pada
adonan roti. Waktu normalnya 25 – 30 menit, dengan microwave
hanya 4 menit.
f. Sterilization dan Pasteurization
Dengan keefisiensian panas yang dihasilkan oleh frekuensi terhadap
reaksi pada bahan pangan, microwave dapat menekan waktu yang
dibutuhkan untuk sterilisasi dan pasteurisasi. Pada konteks ini,
frekuensi yang digunakan adalah 2450 Mhz.
g. Blanching
Pada proses blanching, yang diharapkan adalah menghindari enzim
aktif dan jumlah mikroba awal. Selain itu juga tidak dikesampingkan
masalah off flavor dan off color. Dengan menggunakan microwave,
frekuensi dapat menghasilkan panas untuk menginaktifkan enzim dan
tidak membuat off flavor dan off color. Hal ini sudah ada bukti
penelitian tentang tomat. Diberikan suuhu 105oC selama 2 menit,
enzim inhibitor mampu di non-aktifkan. Padahal dengan metode
konvensional setidaknya membutuhkan waktu 30 menit dengan suhu
yang sama untuk menginaktifkkan enzim inhibitor.
1.3 Kelebihan dan kekurangan
Secara garis besar. microwave mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan alat lain karena waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan lebih
cepat, mudah dikontrol , menghemat ruang, dan hemat energi. Namun
kekurangannya adalah mengenai kualitas makanan, kurangnya warna dan
8
pengembangan rasa, permukaan basah, tekstur keras, serta
ketidakseragaman panas(2). Ketidakseragaman panas terjadi karena
distribusi temperature yang tidak merata.
1.4 Sifat fisik dan kimia
Pada umumnya bahan makanan yang diolah menggunakan microwave
akan mengalami perubahan bentuk, warna, dan komposisi.
Sifat Fisik bahan makanan yang telah diolah menggunakan microwave
diantaranya, memiliki tekstur yang keras/ alot atau dengan kata lain tingkat
kelembutan berkurang karena kandungan air yang terdapat dalam bahan
makanan tersebut menurun. Permukaan bahan masih basah, hal tersebut
disebabkan karena yang bekerja terlebih dulu adalah bagian tengah
sehingga bagian tengah sudah selasai/kering dan matang, bagian
permukaan masih basah. Ada reaksi browning/pencoklatan sehingga
kadang pada bahan yang terlalu lama diolah didalam microwave
permukaan akan berwarna coklat.
Sifat kimia bahan makanan yang diolah menggunakan microwave
diantaranya yang paling menonjol adalah kandungan air yang berkurang.
Selain itu, dampak yang bisa ditimbulkan adalah berkurangnya nilai gizi
pada bahan makanan tersebut.
Berikut merupakan contoh perubahan fisik dan kimia karena pengaruh
microwave
Pada suspensi 30% (tepung jagung dan tepung gandum) yang dipanaskan
dengan microwave, menunjukkan adanya perubahan struktur sifat fisik
dan kimianya. Radiasi microwave mengurangi daya larut dan memecah
kristal tepung, sehingga menyebabkan gelatinisasi. Pemanasan dengan
microwave ternyata tidak hanya mempengaruhi bentuk dan struktur
tepung, namun juga mempengaruhi konsentrasi amilosa dan amilopektin
(3)
.
1.5 Mikrobiologi produk yang diolah menggunakan microwave
Selain perubahan-perubahan fisik dan kimia seperti yang disebut
diatas, bahan pangan yang diolah dengan menggunakan microwave,
kandungan mikrobiologinya dapat berkurang bahkan hilang. Hal tersebut
9
karena beberapa atau sebagian besar mikrobiologi tidak tahan terhadap
panas atau suhu yang sangat tinggi. Selain itu, zat-zat yang beracun juga
akan hilang, contohnya aflatoksin pada jagung.
10
1.2 Komposisi zat gizi tempe
Tempe, sebagai makan dengan nilai kandungan gizi yang tinggi, sudah
lama diakui. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai
dengan 1960-an menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II pada
zaman pendudukan Jepang di Indonesia berhasil terhindar dari disentri dan
busung lapar karena tempe.
Penelitian terhadap nilai gizi tempe terus dilakukan dan dari penelitian
tersebut diperoleh hasil bahwa tempe mengandung elemen yang berguna bagi
tubuh, yakni: asam lemak, vitamin, mineral, dan antioksidan.
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B
kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber
vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe
antara lain vitamin B1, B2, asam pantotenat, asam nikotinat, vitamin B6, dan B12.
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai
pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan bijibijian), namun tempe
mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin
yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling
mencolok pada pembuatan tempe. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar
antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah
dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya
vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan
11
kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu
hariannya.
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim
fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral)
menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral
tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh.
Gambar 2. Tempe
12
Berikut ini kandungan gizi pada tempe setiap 100 gram:
a. Berat yang Dapat Dimakan (BDD / Food Edible) = 100 %
b. Jumlah Kandungan Energi Tempe = 201 kkal
c. Jumlah Kandungan Protein Tempe =20,8 gr
d. Jumlah Kandungan Lemak Tempe = 8,8 gr
e. Jumlah Kandungan Abu Tempe = 1,6 gr
f. Jumlah Kandungan Serat Tempe = 1,4 gr
g. Jumlah Kandungan Hidrat Arang Tempe = 13,5 gr
h. Jumlah Kandungan Karbohidrat Tempe = 9,39 gr
i. Jumlah Kandungan Kalsium Tempe = 155 mg
j. Jumlah Kandungan Fosfor Tempe = 326 mg
k. Jumlah Kandungan Zat Besi Tempe = 4 mg
l. Jumlah Kandungan Karotin Tempe = 34 mkg
m. Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tempe = 0,19 mg
n. Jumlah Kandungan Air Tempe = 55,3 gr
1.3 Manfaat Tempe
1. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga
baik untuk mengatasi diare.
2. Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga
menurunkan tekanan darah.
3. Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal
bebas, baik bagi penderita jantung.
4. Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar
hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), Seng
(Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut
terkandung dalam tempe.
5. Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung
senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus)
merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.
6. Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe
bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.
7. Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.
13
8. Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi)
beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun
degeneratif.
9. Mencegah timbulnya hipertensi.
10. Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah
osteoporosis(5).
14
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT
1. Mikrowave 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Piring khusus microwave 1 buah
4. Telenan 1buah
5. Timbangan 1 buah
6. Uleg-uleg 1 set
7. Kompor gas 1 set
B. BAHAN
1. Tempe 100 gram
2. Garam secukupnya
3. Bawang putih 1 siung
4. Air secukupnya
HASIL
A. TABEL PENGAMATAN
Berat Tempe
Sebelum di microwave 100 gram
Setelah di microwave 72 gram
Kesimpulan: tempe yang setelah dilakukan proses pengolahan
yaitu dengan dioven menggunakan microwave mengalami penurunan
berat dikarenakan kadar air yang berkurang setelah dioven.
B. GAMBAR
ALAT
16
BAHAN
17
PROCEDUR
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
microwave. Terakhir menguji organoleptik tempe setelah di keringkan
dengan microwave.
20
apabila itu dilakukan terus menerus maka akan menyebabkan bahan
makanan yang dioven akan mengalami reaksi maillard yang
berlebihan(7).
3. Suhu
Semakin suhunya tinggi maka tingkat kematangannya semakin matang.
Kita suhunya secara otomatis dari alat microwavenya sendiri
menyesuaikan, sesuai bahan yang dimasukkan, seharusnya 50℃.
Semakin tinggi suhunya maka semakin cepat pemindahan panas ke
dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang
keluar dari bahan yang dioven akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan
semakin tinggi suhunya maka proses pematangan akan semakin cepat(7).
21
BAB V
SIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23