Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
Oleh:
Elisa Kustiyaningsih
15030244008
BIOLOGI 2015
Dimasukkan ke masing-
masing larutan hormon
Potongan jaringan batang
(koleoptil)
3. Mengukur panjang akhir dari masing-masing potongan jaringan akar dan batang
(koleoptil) kecambah jagung yang telah direndam dalam larutan hormon AIA, larutan
hormon 2,4 D; larutan hormon NAA dan air suling selama 48 jam dan menghitung rata-
rata pertambahan panjang masing-masing potongan jaringan tersebut.
F. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja dalam praktikum pengaruh hormon tumbuh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Disediakan kecambah jagung yang berusia 5 hari.
3. Dipotong koleoptil dan akar primer dengan panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari
kotiledon masing-masing sebanyak 12 potongan.
4. Dimasukkan ke dalam cawan petri masing-masing 3 potongan.
5. Disi cawan petri 1 dengan larutan IAA 1ppm sebanyak 10 ml, kemudian rendam
potongan jaringan tersebut (akar dan batang), lakukan hal yang sama untuk larutan 2,4
D; NAA; air suling.Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48 jam.
6. Dilakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan tersebut.
7. Dibuat tabel hasil pengamatan untuk merekam hasil data.
8. Dibuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon terhadap
pertambahan panjang jaringan akar dan batang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan
bahwa berbagai hormon mempengaruhi pemanjangan jaringan akar dan batang (koleoptil)
kecambah jagung. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Berbagai Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan
Akar dan Batang (Koleoptil) Kecambah Jagung
Rata-rata
Panjang Awal Panjang Akhir
Hormon Jenis Jaringan Pertambahan
(cm) (cm)
Panjang (cm)
0,5 0,5
Batang /
0,5 0,6 0,03
Koleoptil
Larutan AIA 0,5 0,5
Rata-rata 0,5 0,53
1 ppm
0,5 0,5
(10 mL) Akar 0,5 0,6 0,06
0,5 0,6
Rata-rata 0,5 0,56
0,5 0,6
Batang /
0,5 0,5 0,03
Koleoptil
Larutan 2,4 0,5 0,5
Rata-rata 0,5 0,53
D 1 ppm
0,5 0,7
(10 mL) Akar 0,5 0,6 0,13
0,5 0,6
Rata-rata 0,5 0,63
0,5 1
Batang /
0,5 0,5 0,16
Koleoptil
0,5 0,5
Larutan
Rata-rata 0,5 0,66
NAA 1 ppm
0,5 0,6
(10 mL)
Akar 0,5 0,5 0,06
0,5 0,6
Rata-rata 0,5 1,36
0,5 1,1
Batang /
0,5 1,2 0,7
Koleoptil
0,5 1,3
Air Suling Rata-rata 0,5 1,2
(10 mL) 0,5 0,5
Akar 0,5 0,5 0
0,5 0,5
Rata-rata 0,5 0,5
Berdasarkan data tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa suatu hormon berpengaruh
terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang (koleoptil) kecambah jagung. Hal ini dapat
dilihat bahwa pada potongan jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung yang semula
panjangnya 0,5 cm, setelah direndam pada berbagai larutan hormon selama 48 jam, ada
potongan jaringan batang (koleoptil) tersebut mengalami pemanjangan. Potongan jaringan
batang (koleoptil) kecambah jagung yang direndam pada larutan hormon AIA bertambah
panjang menjadi 0,5 cm, 0,6 cm, dan 0,5 cm dengan rata-rata pertambahan panjang sebesar
0,03 cm. Untuk potongan jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung yang direndam pada
larutan hormon 2,4 D bertambah panjang menjadi 0,6 cm, 0,5 cm, dan 0,5 cm dengan rata-
rata pertambahan panjang sebesar 0,03 cm. Pada potongan jaringan batang (koleoptil)
kecambah jagung yang direndam di larutan hormon NAA bertambah panjang menjadi 1 cm,
0,5 cm, dan 0,5 cm dengan rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,16 cm. Sedangkan
untuk potongan jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung yang direndam pada air suling
bertambah panjang menjadi 1,1 cm, 1,2 cm, dan 1,3 cm dengan rata-rata pertambahan
panjang sebesar 0,7 cm.
Pada potongan jaringan akar yang semula panjangnya 0,5 cm, kemudian direndam
dalam berbagai larutan hormon selama 48 jam mengalami pemanjangan dengan panjang
yang berbeda-beda, kecuali pada air suling yang mana semua potongan jaringan akar tidak
mengalami pertambahan panjang. Potongan jaringan akar kecambah jagung yang direndam
pada larutan hormon AIA bertambah panjang menjadi 0,5 cm, 0,6 cm, dan 0,6 cm dengan
rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,06 cm. Untuk potongan jaringan akar kecambah
jagung yang direndam pada larutan hormon 2,4 D bertambah panjang menjadi 0,7 cm, 0,6
cm, dan 0,6 cm dengan rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,13 cm. Pada jaringan akar
kecambah jagung yang direndam di larutan hormon NAA bertambah panjang menjadi 0,6
cm, 0,5 cm, dan 0,6 cm dengan rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,06 cm. Sedangkan
untuk potongan jaringan akar kecambah jagung yang direndam pada air suling tidak
mengalami pertambahan panjang sehingga rata-rata pertambahan panjangnya sebesar 0 cm.
Untuk lebih memahami hasil pengamatan pengaruh berbagai hormon terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang (koleoptil) kecambah jagung, dapat dilihat pada
gambar 1.
0.8
0.7
Rata-rata Pertambahan Panjang (cm)
0.6
0.5
0.4
Batang/Koleoptil
0.3
Akar
0.2
0.1
0.0
Larutan AIA Larutan 2.4 D Larutan NAA Air Suling
Perlakuan
Gambar 1. Grafik Pengaruh Berbagai Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar dan
Batang (Koleoptil) Kecambah Jagung
Berdasarkan grafik yang diperoleh dari hasil percobaan di atas, dapat diketahui
bahwa jaringan batang dan akar yang direndam selama 48 jam pada larutan yang berbeda-
beda mengalami pertambahan panjang yang berbeda-beda pula. Panjang awal jaringan
koleoptil dan akar yaitu 0,5 cm mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata yang
berbeda setiap larutan. Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa pertambahan panjang yang
dialami jaringan koleoptil lebih signifikan dibandingkan dengan jaringan akar. Larutan yang
paling mempengaruhi pertambahan panjang secara signifikan adalah air suling, larutan
hormon lain juga mempengaruhi pertambahan panjang jaringan hanya saja tidak lebih besar
daripada air suling. Pada jaringan akar, setiap larutan memberikan hasil yang fluktuatif.
Larutan yang paling mempengaruhi pertambahan panjang adalah pada larutan NAA,
sedangkan pada jaringan akar kecambah jagung yang direndam pada air suling tidak
mengalami pertambahan panjang.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, pada jaringan akar dan batang (koleoptil) kecambah
jagung yang diberi perlakuan larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan air suling
sebagai variabel kontrol diketahui bahwa panjang batang dan akar sebelum diberi perlakuan
pada masing-masing jaringan panjangnya adalah 0,5 cm. Namun setelah diberi perlakuan,
panjangnya berubah. Hal ini menandakan bahwa setiap larutan sangat berpengaruh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang (koleoptil) kecambah jagung. Selain itu, hormon
auksin juga dapat memacu pembentangan akar dan batang karena auksin mampu
mengendurkan dinding sel epidermis sehingga dinding epidermis yang sudah kendur
menjadi mengembang kemudian sel epidermis ini membentang dengan cepat dan
pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel juga ikut mengembang.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa hormon AIA (Auksin) berfungsi dalam pengembangan
sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Oleh karena itu, didapatkan sel yang panjang
dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh (Dwidjoseputro, 1982).
Koleoptil yang direndam dalam 2,4 D menunjukkan pemanjangan jaringan lebih
sedikit daripada NAA dan sama dengan AIA. Karena 2,4 D merupakan zat pengatur
tumbuh, tetapi strukturnya berbeda dari auksin alami. Sehingga AIA oksidase tidak dapat
merusak 2,4 D akibat strukturnya sedikit berbeda. Oleh karena itu, larutan hormon 2,4 D
akan merangsang pemanjangan jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung (Kusumo,
1989).
Pada perlakuan perendaman di dalam air suling didapatkan pertambahan panjang
jaringan batang (koleoptil) yang sangat panjang dibandingkan dengan pertambahan panjang
jaringan batang (koleoptil) yang direndam di dalam larutan hormon AIA, larutan hormon 2,4
D, dan larutan hormon NAA. Koleoptil jagung yang direndam dalam AIA menunjukkan
pemanjangan jaringan yang lebih sedikit daripada NAA, ini dikarenakan AIA merupakan
hormon auksin alami yang mempunyai struktur sama dengan AIA oksidase yang terdapat
pada koleoptil. Sedangkan pertambahan panjang jaringan yang paling besar adalah pada saat
direndam dalam air suling. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses osmosis. Proses
osmosis terjadi karena PO dan PA aquades lebih tinggi daripada PO dan PA jaringan
sehingga air berpindah ke dalam jaringan (Dwidjoseputro, 1982).
Pengembangan sel dari hasil studi tentang pengaruh IAA terhadap perkembangan
sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu IAA dapat menaikkan tekanan osmotik,
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada
dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan
dinding sel (Fetter, 1998). Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin
meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal inilah yang menyebabkan pertambahan
panjang pada batang dan akar seharusnya lebih besar, tetapi pada percobaan kami
menunjukkan hal sebaliknya. Air suling yang justru menyebabkan pertambahan panjang
pada batang paling besar. Meskipun air suling bukan merupakan hormon pertumbuhan yang
menyebabkan pertambahan panjang jaringan tetapi air suling menyebabkan peristiwa
osmosis terus menerus pada sel yang menyebabkan dinding akan menegang sehingga terjadi
pertambahan jaringan. Pertambahan jaringan akibat dari osmosis air ke dalam sel akan
berhenti jika sudah dalam keadaan seimbang sehingga pertambahan jaringan pun akan
terhenti.
Pada jaringan akar kandungan auksin lebih rendah dibandingkan pada jaringan
koleoptil. Hal ini karena secara alami auksin diproduksi pada jaringan meristematik ujung
koleoptil yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh tumbuhan untuk aktifitasnya. Pada
akar, aktifitas pemanjangan tidak terlalu ekstrim dibandingkan dengan aktifitas
pemanjangan pada jaringan koleoptil.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pemberian larutan hormon AIA, 2,4 D dan NAA mempengaruhi pertambahan panjang
jaringan batang dan akar (koleoptil dan radikula) pada tumbuhan jagung. Pada bagian batang
(koleoptil) kecambah jagung, hormon yang mempengaruhi pertambahan jaringan dari yang
paling besar pengaruhnya sampai yang paling kecil pengaruhnya berturut-turut adalah air
suling, larutan NAA, larutan AIA, dan larutan 2,4 D. Pada bagian akar kecambah jagung,
hormon yang mempengaruhi pertambahan jaringan dari yang paling besar pengaruhnya
sampai yang paling kecil pengaruhnya berturut-turut adalah larutan 2,4 D, larutan AIA,
larutan NAA, dan air suling.
B. Saran
Dalam melakukan percobaan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain
pemotongan jaringan koleoptil dan radikula harus sama ukurannya agar diperoleh hasil
percobaan yang sesuai dengan teori, kecambah yang digunakan harus diperhitungkan
umurnya agar tidak mempengaruhi hasil percobaan.
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 2012. Biologi Jilid 2 edisi
kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur Jaringan: Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-modern. Yogyakarta: Kanisius.