B. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) sebagai Proses dinamis
tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing,
actuating, dan controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan tanggap darurat dan pemulihan.
Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses
pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk
mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan
menghadapi baik bencana potensial maupun akual.
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mencegah membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup;
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban;
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi,
air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi
dan sosial daerah yang terkena bencana;
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut;
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan
dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat
tanggap darurat, dan pasca bencana.
C. Manejemen Kedaruratan
Situasi/kondisi kehidupan atau kesejahteraan individu manusia atau
masyarakat akan terancam, apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat dan segera,
sekaligus menuntut tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa (diluar prosedur
rutin/standar). Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan kedaruratan, pada menjelang, saat dan segera
setelah terjadi keadaan darurat.
Manajemen kedaruratan ini mencakup :
- siaga darurat
- tanggap darurat,
- pemulihan darurat,
4. Pangan
- Pada tahap awal yg diberikan adalah makanan siap santap, karena tidak
dapat memasak.
- Pendirian dapur umum
- Pemberian jatah hidup per keluarga, apabila sudah didata dan
mendapatkan tempat penampungan
- Jenis pangan disesuaikan dengan makanan pokok setempat
- Standar Departemen Sosial 400 g dan Rp 3000,- (per orang per hari)
6. Penampungan Sementara
- Penampungan sementara ditempatkan pada bangunan gedung yg aman:
sekolah, kantor, stadion, gudang, dsb.
- Jika tidak memungkinkan dapat ditempatkan di lapangan atau tempat
terbuka, dengan mendirikan tenda-tenda.
- Pada pengungsian yg cukup lama dibuat hunian semi permanen (huntara)
yang berupa barak yang berisi beberapa keluarga.
- Pekerjaan ini dilakukan oleh Dinas Permukiman atau PU.
7. Sanitasi
- Penyediaan sarana MCK disesuaikan dgn kebiasaan pengungsi di daerah
asal.
- Sarana MCK tsb harus mudah dipakai dan dapat dipelihara oleh warga.
- Harus diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap jumlah pengungsi.
- Pengelolaan sampah diatur pengumpulan dan pembuangannya.
- Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebersihan / PU
9. Pelayanan Masyarakat
Dalam penampungan sementara perlu disediakan tempat umum untuk
memberikan pelayanan, antara lain:
- Media (radio, televisi)
- Komunikasi (telepon, SSB)
- Informasi (keluarga, penyuluhan, sosialisasi, pertemuan warga)
10. Pendidikan
- Pada tahap tanggap darurat, proses belajar mengajar bagi para siswa harus
tetap berjalan.
- Lokal tempat belajar dapat menggunakan bangunan yg ada, sekolah
terdekat dan tenda-tenda darurat.
- Keperluan untuk proses belajar (buku pelajaran, alat tulis dan keperluan
lain) harus disediakan.
- Pelaksanaan kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan setempat.
D. Manajemen Risiko Bencana
Menurut Syarief dan Kondoatie (2006) mengutip Carter (2001), Manajemen
Risiko Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan
(aplikatif) yang mencari, dengan melakukan observasi secara sistematis dan analisis
bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan (measures), terkait dengan
pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, respon darurat dan
pemulihan. Manajemen dalam bantuan bencana merupakan hal-hal yang penting bagi
Manajemen puncak yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), kepemimpinan (directing), pengorganisasian (coordinating) dan
pengendalian (controlling).
Tujuan dari Manajemen Risiko Bencana di antaranya:
1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa
yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara.
2. Mengurangi penderitaan korban bencana.
3. Mempercepat pemulihan.
4. Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang
kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.