Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita/pasien baik dewasa maupun anak-anak dan keluarga dalam

menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan rasa sakit yang

dirasakan oleh pasien/penderita melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan

penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual

World Health Organization (WHO, 2016).


Menurut WHO (2016) beberapa penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif,

seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit

pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan

paliatif sekitar 40-60%. Sebanyak 29 juta orang pasien dengan kasus penyakit yang

membutuhkan perawatan paliatif meninggal dunia pada tahun 2011. Sebanyak 60% pasien

yang membutuhkan perawatan paliatif dengan usia 60 tahun, 25% pada usia dewasa (15-59

tahun. Sedangkan 6% pada usia 0 – 14 tahun.


Kanker merupakan salah satu masalah dunia pada beberapa tahun terakhir ini.

Kanker yaitu pertumbuhan dan penyebaran sel tidak terkendali, sering menyerang jaringan

disekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya (WHO, 2012). Kanker bisa menyerang

siapa saja, tidak mengenal usia penderita, sosial ekonomi, dan jenis kelamin. Menurut

WHO setiap tahunnya jumlah penderita cancer bertambah sebanyak 6,25 juta orang, pada

tahun 2012 data yang didapat dari IARC (International Agency for Research on Cancer)

terdapat kurang lebih 14 juta penderita kanker yang baru terdiagnosis, sebagian besar kasus

kanker terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.Berdasarkan data pada tahun


2

2012 terdapat 8.201.575 angka kematian diperoleh dari penderita kanker di seluruh dunia,

penyebab kematian tinggi yaitu kanker paru dan kanker payudara.


Menurut Aru di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 17,8 juta kasus kanker, dan

meningkat sebanyak 21,7 juta kasus pada tahun 2017, artinya terjadi peningkatan sebanyak

3,9 % pada kurun waktu 1 tahun. Hal ini berarti bahwa penderita kanker di Indonesia

sampai tujuh kali lipat pada tahun 2030. Data dari Depkes menyebutkan jumlah penderita

kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi dan menempatkan penyakit tersebut secara

keseluruhan sebagai pembunuh nomor enam dibanding penyakit lainnya. Berdasarkan data

yang didapatkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Yayasan Kanker

Indonesia, dan Ikatan Ahli Patologi Indonesia, 64,4% penyakit kanker diderita berjenis

kelamin perempuan, dan sisanya 35,6% diderita oleh laki-laki (Lubis, 2009).
Kasus kanker di DKI Jakarta merupakan penyebab kematian yang menempati urutan

ketujuh (5,7% dari seluruh penyebab kematian), Pada tahun 2010-2013, kankerpayudara,

kanker serviks dan kanker paru adalah tiga penyakit terbanyak di RS Kanker Dharmais,

dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker tersebut.

Tingginya jumlah angka kematian disebabkan karena sebagian besar dari penderita kanker

mengetahui penyakitnya setelah berada di stadium lanjut karena pada stadium awal

penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupungejala-gejala. Jika sudah pada stadium

lanjut, maka penyakit kanker akan lebih banyak menimbulkan komplikasi fisik dan

kematian. Penyakit kanker menjadi suatu penyakit yang menjadi perhatian lebih dan tidak

bisa diabaikan.
Semakin banyaknya penderita yang terdiagnosis kanker maka akan memberikan

dampak yang besar bagi penderita kanker, baik secara fisik, psikologis, ekonomi, dan yang

lainnya, hal ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup pada penderita kanker.

Dalam keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker untuk dapat menerima dirinya
3

karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat menimbulkan stres yang terus

menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian fisik tetapi juga penyesuaian

psikologi individu (Lubis, 2009).


Kanker yang menyebar atau bermetastasis, gejala tambahan dapat dilihat di area baru

yang terkena dampak. Bengkak atau pembesaran kelenjar getah bening merupakan geja la

awal. Jika penyakit kanker dapat menyebar ke otak, pasien akan mengalami vertigo, sakit

kepala, atau kejang jika penyebaran ke paru-paru dapat menyebabkan batuk dan sesak

napas. Selain itu, hati dapat membesar dan menyebabkan penyakit kuning dan tulang bisa

rapuh, dan mudah patah. Gejala metastasis akhirnya tergantung pada lokasi kanker

menyebar (Fayed, L., 2009). Hasil diagnosis dan pengobatan dari penyakit kanker akan

mengakibatkan penderitaanyang lain dan akan berkaitan dengan dampak fisik, psikis,

sosial, dan ekonomi penderitanya. Dalam keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker

untuk dapat menerima dirinya karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat

menimbulkan stres yang terus menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian

fisik tetapi juga penyesuaian psikologi individu (Lubis, 2009).


Meningkatnya penderita kanker terminal di Indonesia, khususnya di Indonesia akan

meningkatkan kebutuhan perawatan paliatif dan akhir kehidupan (palliative and end of life

care.Temel, JS, 2010) mengevaluasi kualitas hidup penderita kanker paru stadium lanjut

dan mendapatkan bahwa terdapat perbaikan kualitas hidup pada penderita yang mendapat

perawatan paliatif dibanding pasien yang mendapat pengobatan standar untuk kankernya

saja. Penerapan perawatan paliatif pada penderita kanker akan membawa dampak yang

positif bagi penderita. Sejauh ini baik petugas kesehatan maupun keluarga pasien hanya

berfikir untuk menangani masalah kanker hanya dapat dilakukan secara medis, disamping

perawatan yang di berikan secara medis perawatan paliatif cukup penting dilakukan untuk
4

mengurangi penderitaan pasien, dengan demikian perlu adanya pembelajaran terkait

perawatan paliatif yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bahkan keluarga pasien

yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita.


Perawatan paliatif di Indonesia belum dikembangkan secara maksimal, namun

pemerintah telah menerbitkan peraturan No. 812/Menkes/SK/VII/2017 tentang perawatan

paliatif. Pada saat ini belum ada sistem standar perawatan paliatif di Indonesia. Dalam SK

tersebut telah ditunjuk 5 daerah di Indonesia untuk melakukan perawatan paliatif yaitu

DKI Jakarta, Surabaya, DIY Yogyakarta, Denpasar dan Makasar (SK Menkes, 2007).

Untuk itu kami bermaksud mengadakan seminar in dengan harapan semakin banyak pihak

yang memahami perawatan paliatif dan pada akhirnya dapat mengembangkan perawatan

paliatif dengan ,baik di Indonesia, terutama di Jabodetabek.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar tentang Paliative Care pada pasien kanker peserta seminar
diharapkan mampu memahami dan melaksanakannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tujuan perawatan paliatif
b. Mengatahui filosofi perawatan paliatif
c. Mengetahui permasalahan dan tantangan dalam perawatan paliatif pada pasien
kanker.
d. Mengetahui tata laksana perawatan paliatif pada pasien kanker.

Anda mungkin juga menyukai