4. Riwayat pekerjaan :
Wiraswasta
5. Lain-lain:
-
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis
Vital signs
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 124x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 34x/menit
Suhu tubuh : 36,4 ° C per aksilla
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL+/+, RCTL +/+
Mulut : faring hiperemis -, tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), mukosa tidak rata (-/-), kripte
melebar (+/+) detritus (-/-)
Leher : limfonodi tak teraba
Thoraks :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di ICS V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ Sonor di seluruh lapang paru
C/ batas jantung-paru dbn
Auskultasi : P/ vesikuler +/+,ronkhi (+/+) pada seluruh lapang paru, wheezing (-/-)
C/ S1-2 reguler, ST (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : peristaltik (+) N
Perkusi : timpani
Palpasi : NT (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas
Edema pretibial(+/+) , akral dingin (+/+)
Capillary refill 1-2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium
Hemoglobin : 12,8 g/dl (↓)
Leukosit : 8,700/ul (N)
Hematokrit : 39,1 % (N)
6
Eritrosit : 4,29x10 /ul (N)
Trombosit : 328.000/ul (N)
GDS : 91 mg/dl (N)
DIAGNOSIS
- Edema Paru Akut Kardiogenik
Daftar Pustaka :
1. Harun S dan Sally N. EdemParuAkut. 2012. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
th
Simadibrata M, SetiatiS,editor. BukuAjarIlmuPenyakitDalam 5 ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
p. 1651-3.
2. Moss M, Ingram RH. Acute Respiratory Distress Syndrome. In: Harrison, Fauci, Logo’s, et
th
al. Harrison’s Principle of Internal Medicine 15 Edition on CD-ROM. McGraw-Hill
Companies. Copyright 2010.
Hasil pembelajaran :
3.1 Diagnosis hematemesis melena melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
3.2 Penatalaksanaan Edema Paru
3.3 Edukasi mengenai tatalaksana Edema Paru
1. Subyektif:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu dan semakin
berat sejak 1 hari hari yang lalu. Keluhan sesak dirasakan memberat ketika pasien
beraktifitas dan ketika posisi terlentang. Sesak napas dirasakan sedikit berkurang ketika
pasien sedang posisi duduk. Pasien kadang terbangun malam hari karena sesak. Keluhan
disertai dengan keluhan bengkak pada kaki sejak 1 bulan yang lalu..
2. Obyektif:
a. Kesadaran: composmentis.
b. Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 120x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 34x/menit
Suhu tubuh : 36,4 ° C per aksilla
c. thorax : Ronkhi +/+ pada seluruh lapang paru
d. ekstremitas : edema pretibial (+/+)
e. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Hemoglobin : 12,8 g/dl (↓)
Leukosit : 8,700/ul (N)
Hematokrit : 39,1 % (N)
Eritrosit : 4,29x106/ul (N)
Trombosit : 328.000/ul (N)
GDS : 91 mg/dl (N)
Natrium : 135mmol/L
Kalium : 3,3 mmol/L
Kalsium : 8 mmol/L
Kreatinin : 1,22 mg/dl
EKG
Interpretasi:
Sinus Rhytm
Heart rate: 120x / menit
Q patologis pada v3-v4
Kesan: CAD OMI Anteroseptal
Rontgen Thorax
Interpretasi:
Terdapat perselubungan opak inhomogen di seluruh bagian paru kanan, 1/3 lapang tengah
paru kiri, dan 1/3 lapang bawah paru kiri, batas paru jantung tidak dapat dinilai,
cardiofrenicus dan costo frenicus sulit dinilai. CTR lebih dari 50%.
3. Assesment
Pada kasus ini diagnosa dapat ditegakan melalui Anamnesa, PF, PP
Edema paru akut adalah akumulasi cairan di interstisial dan alveolus paru yang
terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi
(edema paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru
non kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat sehingga
Kardiogenik atau edema paru hidrostatik atau edema hemodinamik. Kausa: infark
miokard, hipertensi, penyakit jantung katup, eksaserbasi gagal jantung sistolik/ diastolik
dan lainnya.
Sindroma Nefrotik
membedakan penyebab edema paru sangat penting karena berimplikasi pada penanganannya
yang berbeda.1,2,3
Edema paru-paru mudah timbul jika terjadi peningkatan tekanan hidrostatik dalam
kapiler paru-paru, penurunan tekanan osmotik koloid seperti pada nefritis, atau kerusakan
dinding kapiler. Dinding kapiler yang rusak dapat diakibatkan inhalasi gas-gas yang
berbahaya, peradangan seperti pada pneumonia, atau karena gangguan lokal proses
oksigenasi.1,2,3,4
Penyebab yang tersering dari edema paru adalah kegagalan ventrikel kiri akibat
penyakit jantung arteriosklerotik atau stenosis mitralis. Edema paru-paru yang disebabkan
kelainan pada jantung ini disebut juga edema paru kardiogenik, sedangkan edema paru
yang disebabkan selain kelainan jantung disebut edema paru non kardiogenik.1,3
Secara harafiah pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel-
sel dan keluarnya karbon dioksida dari sel-sel ke udara bebas. Proses pernapasan terdiri dari
beberapa langkah di mana sistem pernapasan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler
memegang peranan yang sangat penting. Pada dasarnya, sistem pernapasan terdiri dari suatu
rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli, yang merupakan pemisah antara sistem pernapasan dengan sistem
kardiovaskuler.8,13
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus atau bronkiolus terminalis. Saluran pernapasan dari hidung
sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke
dalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses
ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat,
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-
paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari (1) bronkiolus respiratorius, yang
terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) duktus alveolaris,
seluruhnya dibatasi oleh alveoli, dan (3) sakusalveolaristerminalis, merupakan struktur akhir
paru-paru(14).
Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh suatu
jalinan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu tegangan permukaan
yang cenderung mencegah suatu pengembangan pada waktu inspirasi dan cenderung kolaps
pada waktu ekspirasi. Tetapi, untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang
resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada
Ruang alveolus dipisahkan dari interstisium paru oleh sel epitel alveoli tipe I, yang
dalam kondisi normal membentuk suatu barrier yang relatif non-permeabel terhadap aliran
cairan dari interstisium ke rongga-rongga udara. Fraksi yang besar ruang interstisial
dibentuk oleh kapiler paru yang dindingnya terdiri dari satu lapis sel endotel di atas
membran basal, sedang sisanya merupakan jaringan ikat yang terdiri dari jalinan kolagen
dan jaringan elastik, fibroblas, sel fagositik, dan beberapa sel lain. Faktor penentu yang
penting dalam pembentukan cairan ekstravaskular adalah perbedaan tekanan hidrostatik dan
onkotik dalam lumen kapiler dan ruang interstisial, serta permeabilitas sel endotel terhadap
air, solut, dan molekul besar seperti protein plasma. Faktor-faktor penentu ini dijabarkan
Edema paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi cairan dari pembuluh-
pembuluh kapiler paru-paru ke dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru yang
diakibatkan selain kelainan pada jantung. Walaupun edema paru dapat berbeda-beda
derajatnya, bagaimanapun dalam tingkatnya yang paling ringan sekalipun tetap merupakan
temuan yang menakutkan. Terjadinya edema paru seperti di atas dapat diakibatkan oleh
Pada paru normal, cairan dan protein keluar dari mikrovaskular terutama melalui
celah kecil antara sel endotel kapiler ke ruangan interstisial. Selain itu, ketika cairan
memasuki ruang interstisial, cairan tersebut akan dialirkan ke ruang peribronkovaskular,
7,8
yang kemudian dikembalikan oleh sistem limfatik ke sirkulasi.
Edem paru terjadi jika terdapat perpindahan cairan dari darah ke ruang interstisial atau
ke alveoli yang melebihi jumlah pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah dan
aliran cairan ke sistem pembuluh limfe. 1,4
b) Sistem Limfatik
Sistem limfatik ini dipersiapkan untuk menerima larutan koloid dan cairan balik dari
pembuluh darah. Dengan kemampuan dari interstisium alveolar ini, cairan lebih sering
meningkat jumlahnya di tempat ini ketika kemampuan memompa dari saluran limfatik
tersebut berlebihan. Bila kapasitas dari saluran limfe terlampaui dalam hal jumlah cairan
maka akan terjadi edema. Jika terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang kronik,
sistem limfe akan mengalami hipertrofi dan mempunyai kemampuan untuk
mentransportasi filtrat kapiler dalam jumlah yang lebih besar yang dapat mencegah
terjadinya edem. Sehingga sebagai konsekuensi terjadinya edema interstisial, saluran
nafas yang kecil dan pembuluh darah akan terkompresi.
2. Edem Kardiogenik
Edem paru kardiogenik terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler
paru. Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler pulmonal biasanya berhubungan dengan
peningkatan tekanan vena pulmonal akibat peningkatan tekanan atrium kiri. Peningkatan
ringan tekanan atrium kiri (18-25 mmHg) menyebabkan edema di perimikrovaskuler dan
ruang interstisial peribronkovaskular. Jika tekanan atrium kiri meningkat lebih tinggi
(>25) maka cairan edem akan menembus epitel paru, membanjiri alveolus. Kejadian
tersebut akan menimbulkan lingkaran setan yang terus memburuk oleh proses sebagai
berikut.3,4
Manifestasi Klinis
Gejala paling umum dari edem pulmo adalah sesak nafas. Gejala-gejala umum lain
termasuk mudah lelah, lebih cepat sesak nafas dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on
exertion), nafas yang cepat (takipnea). 3,4,5 Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia)
mungkin terdeteksi pada pasien-pasien dengan edem pulmo. Lebih jauh, atas pemeriksaan
paru-paru mungkin mendengar suara-suara paru yang abnormal, seperti rales atau
crakles.3,4
Manifestasi klinis edem paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium:
Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan memperbaiki
pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada
stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak nafas saat bekerja. Pemeriksaan fisik
juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inpsirasi
karena terbukanya saluran nafas yang tertutup saat inspirasi. 4,5
1. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edem paru interstisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur,
demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis menebal (garis kerley B).
Adanya penumpukan cairan di jaringan interstisial, akan lebih memperkecil saluran nafas
kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Sering dijumpai takipnea.
4,5
3. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edem alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi
hipoksemia dan hipokapsia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih
kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata. Penderita
biasanya menderita hipokapsia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia
4. Plan
Penatalaksanaan edem paru non kardiogenik:
1. Supportif
Mencari dan menterapi penyebabnya. Yang harus dilakukan adalah :
a.support kardiovaskular
b. terapi cairan
c. renal support
d. pengelolaan sepsis
2. Ventilasi
Menggunakan ventlasi protective lung atau protocol ventilasi ARDS net. Pengobatan
yang dilakukan di arahkan terhadap penyakit primer yang menyebabkan terjadinya
edema paru tersebut disertai pengobatan suportif terutama mempertahankan
oksigenasi yang adekuat dan optimalisasi hemodinamik sehingga diharapkan
mekanisme kompensasi tubuh akan bekerja dengan baik bila terjadi gagal
multiorgan.2
Pemberian oksigen sering berguna untuk meringankan dan menghilangkan rasa nyeri
dada dan bila memungkinkan dapat dicapai paling baik dengan memberikan tekanan
positif terputus-putus. Kebutuhan untuk intubasi dan ventilasi mekanik mungkin akan
semakin besar sehingga pasien harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU). 6
Terapi di IGD
IVFD RL 500cc/24 jam
Furosemide 3 x 40mg IV
Aptor 1x1 tab po
Ramipril 1x2.5 po
Pasang folley catheter
Rawat HCU
Prognosis
Prognosis tergantung pada penyakit dasar dan faktor penyebab/pencetus yang
dapat diobati. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
mekanisme terjadinya edema paru nonkardiogenik akibat peningkatan permeabilitas
kapiler paru, perbaikan pengobatan, dan teknik ventilator tetapi angka mortalitas
pasien masih cukup tinggi yaitu > 50%. Beberapa pasien yang bertahan hidup akan
didapatkan fibrosis pada parunya dan disfungsi pada proses difusi gas/udara.
Sebagian pasien dapat pulih kembali dengan cukup baik walaupun setelah sakit berat
dan perawatan ICU yang lama.2,3,6
PRESENTASI KASUS
Pendamping :
Nama :
Judul/topik :
2.
3.
4.
5.