Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR MEDIS

KELUARGA BERENCANA

A. Definisi KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran

anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk

mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

B. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar

diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

(Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran

yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang

dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari

kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia

muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

C. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

1. Keluarga berencana

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.


D. Kontrasepsi

1. Definisi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-

usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu

pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan

menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi

Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat

dinilai pada 2 tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi

untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi

tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.

b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan

sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian

yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

4. Macam-macam Kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana

tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara

lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode

Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara

suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu

kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

b. Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi

(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi

progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada

pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam Rahim dengan menjepit kedua saluran yang

menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic

polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Cara kerjanya yaitu

dengan mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi

inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (BKKBN,

2012).
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang

mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung

hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau

Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20

mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita

(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi

karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopi

sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering

dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas

deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).

E. Tanggung Jawab Perawat

1. Membantu pasangan memilih dan menggunakan metode kontrasepsi yang efektif adalah

bagian penting peran perawat.

2. Memahami filosofi yang dimiliki seseorang adalah penting untuk menghindari pemberian

informasi yang keliru, kepercayaan, dan standar-standar.

3. Mengajar individu atau pasangan tentang kisaran lengkap kemungkinan kontrasepsi

merupakan faktor kunci dalam membantu klien membuat pilihan kontrasepsi terinformasi

dan memuaskan.

4. Memahami dan mengajarkan tentang metode kontrasepsi yang tersedia dan

penggunaannya, efektivitas, keuntungan, kerugian, dan efek samping merupakan peran

perawat yang utama dalam peran perawatan kesehatan reproduktif.


5. Memberikan sikap yang nyaman, faktual, tidak mengadili ketika membahas kontrasepsi

dan seksualitas merupakan elemen asuhan keperawatan efektif yang signifikan.

6. Menyusun riwayat kesehatan yang lengkap dan data pengkajian adalah penting untuk

merencanakan penyuluhan kontrasepsi yang tepat.


KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KELUARGA BERENCANA

A. Pengkajian

1. Subyektif

a. Identitas

Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.

b. Keluhan Utama

Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik kombinasi

tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak,

meningkatnya/ menurunnya BB.

c. Riwayat KB

Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB

kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.

d. Riwayat Obstetri Lalu

Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

e. Riwayat Menstruasi Lalu

Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid,

dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.

f. Riwayat Kesehatan dan Riwayat Klien

Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker payudara, DM, dan

TBC.
g. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga

Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM, TBC,

hipertensi dan kanker payudara.

h. Pola Kehidupan

Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas, pola aktivitas

seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.

2. Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu badan,

kesadaran.

b. Pemeriksaan Khusus

1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem, conjungtiva tidak

pucat, sklera tidak ikterus.

2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, adanya

bendungan vena jugularis.

3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.

4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya infeksi

kelenjar bartholini dan kelenjar skene.

5) Ekstrimitas : dilihat adanya edema pada ekstrimitas bawah dan ekstrimitas atas,

adanya varices pada ekstrimitas bawah.


B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa lain yang dapat ditimbulkan adalah :

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kondisi aktif secara seksual dan penggunaan

metode kontrasepsi

2. Cemas berhubungan dengan efek samping kontrasepsi

3. Nyeri akut berhubungan dengan pemenuhan pasca operasi

4. Resti infeksi berhubungan dengan kerusakan membran akibat operasi, pemasangan

spiral, hormon implant

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

6. Distress spiritual berhubungan dengan ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya

dengan metode kontrasepsi yang dipilih.


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2012). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas


Kesehatan. http://www.bkkbn.go.id

Hartanto, H. (2002). Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Nugroho, T dan Utama I.B. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sulistyawati, A. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai