Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KRISIS

A. Kriteria Fase-fase Gangguan Jiwa


1. Kriteria Fase Krisis
a. Ada ide bunuh diri
b. Aktual sedangkan melakukan ide tersebut atau telah melakukan ide tersebut
maksimal 3 hari sebelumnya
c. Tidak ada respon dalam komunikasi, pasien tidak mampu menjawab atau tidak
sadar
d. Tidak tersedia atau tidak mampu berinteraksi
e. Mencoba untuk melakukan ADL secara mandiri
f. Gangguan tidur berat atau pasien tidak sadar
g. Menolak pengobatan
h. Tidak mampu mengikuti pengarahan terhadap aktivitas yang terjadwal
2. Kriteria Fase Akut
a. Resiko besar, pasien memiliki ide tersebut tetapi belum melakukannya atau
pasien dengan resiko perilaku kekerasan tingkat 3-4 dan tidak mampu
mengendalikannya, tetapi juga belum melakukan tindakan kekerasan
b. Ada respon komunikasi, tetapi tidak sesuai
c. Bersedia interaksi sosial hanya dengan satu orang
d. Perlu bantuan dalam melakukan ADL
e. Tidak dapat tidur dan kadang perlu intervensi keperawatan atau farmakologi
f. Respon pasien dalam pengobatan berpartisipasi dengan intervensi lebih dari 1
orang tenkes
g. Mengikuti jadwal tetapi rentang waktu sesuai lebih lama dari yang diharapkan
dan lebih 1 kali pengarahan dan motivasi
3. Kriteria Fase Maintenence
a. Risiko kecil, bila pasien memiliki ide mencederai diri atau orang lain tetapi
tidak ingin melakukan setelah tahu konsekuensinya, atau menunjukkan
perilaku tingkat 1-2 atau dengan perilaku kekerasan 3-4 tetapi dapat
mengendalikannya
b. Ada respon komunikasi tetapi tidak lancar
c. Bersedia interaksi dengan lebih dari 1 orang
d. Dalam melakukan ADL mandiri tetapi perlu pengawasan untuk memastikan
kegiatan yang dilakukan
e. Dapat tidur tetapi perlu intervensi keperawatan
f. Berpartisipasi dengan intervensi 1 orang tenaga kesehatan atau keluarganya
g. Mengikuti jadwal dan rentang waktu yang diharapkan, tetapi dengan lebih 1
kali pengarahan dan motivasi
4. Kriteria Fase Promotion
a. Tidak ada ide atau keinginan untuk mencederai diri atau orang lain
b. Komunikasi ada respon, sesuai, dan lancar
c. Bersedia interalasi atau terlibat dengan sebuah kelompok besar
d. ADL mampu mandiri dan tidak membahayakan pasien
e. Tidur dengan tenang
f. Respon terhadap pengobatan oral atau injeksi aktif berpartisifasi dengan 1 kata
pengarahan
g. Mengikuti jadwal dan rentang waktu sesuai yang diharapkan

B. Implementasi Keperawatan Sesuai dengan Fasr Gangguan Jiwa


1. Pengkajian
1) Apakah pasien mempunyai ide untuk bunuh diri atau pulang paksa karena
keinginan diri sendiri yang kuat, bukan resiko perilaku kekerasan? Ya/Tidak
(jika Ya, termasuk dalam kategori krisis)
2) Apakah ada ide/keinginan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain?
a. Tidak ada (o)
b. Risiko kecil
 Pasien memiliki ide tersebut tapi masih bisa
mengendalikan
 Menunjukkan halusinasi tingkat 1-2 (16)
 Menunjukan perilaku kekerasan tingkat 3-4
c. Resiko besar
 Pasien memiliki ide (34) tidak mampu mengendalikan,
Tapi belum melakukan
 Halusinasi tingkat 3-4
d. Aktual: sedang melakukan ide tersebut maksimal 3 hari sebelumnya (50)
3) Bagaimana respon klien terhadap komunikasi
a. Ada respon sesuai dan lancar (0)
b. Ada respon sesuai tetapi tidak lancar (14)
c. Ada respon tetapi tidak sesuai (26)
d. Tidak ada respon, pasien tidak mampu menjawab atau tidak sadar (40)
4) Bagaimana interaksi sosial pasien
a. Bersedia interaksi atau terlibat dalam satu kelompok besar (0)
b. Bersedia interaksi dengan lebih dari 1 orang (5)
c. Bersedia interaksi hanya dengan 1 orang (10)
d. Tidak bersedia interaksi atau tidak mampu (15)
5) Bagaimana tidur atau istirahat pasien
a. Tenang (0)
b. Dapat tidur tapi perlu intervensi keperawatan (3)
c. Tidak dapat tidur, perlu intervensi keperawatan atau farmakologi (7)
d. Gangguan tidur berat atau pasien tidak sadar (10)
6) Bagaimana respon pasien terhadap pangobatan atau injeksi?
a. Aktif berpartisifasi dengan hanya mengikuti 1x pengarahan (0)
b. Berpartisipasi dengan intervensi 1 orang tenkes atau keluarga (3)
c. Berpartisipasi dengan intervensi lebih dari 1 orang tenkes atau keluarga (7)
d. Menolak pengobatan (10)
7) Bagaimana respon pasien dengan aktivitas yang terjadwal?
a. Mengikuti jadwal dan rentang waktu sesuai dengan yang diharapkan (0)
b. Mengikuti jadwal dan rentang waktu sesuai yang diharapkan tetapi lebih
dari 1x pengarahan dan motivasi (3)
c. Mengikuti jadwal, tapi rentang waktu lebih lama dari yang diharapkan, dan
dengan lebih dari 1x pengarahan dan motivasi (7)
d. Tidak mampu mengikuti pengarahan (10)

Berdasarkan hasil skoring, kategorinya adalah:


a. Krisis (kategori IV) skor lebih dari 120
b. Akut (kategori III) skor 60-90
c. Maintenance (kategori II) skor 31-59
d. Promotion (kategori I) skor 0-30

2. Implementasi Keperawatan Sesuai Fase Gangguan Jiwa


1) Fase Krisis, fokus:
a. Intervensi: stabilisasi untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi
pasien dan oarang lain
b. Implementasi
 Terapi lingkungan (isolasi lingkungan)
 Psikoterapi intervensi fasilitatif, tetapi perilaku (relaksasi, meditasi).
Psikoreligus
 Kolaborasi: terapi somatik psikofarmaka
2) Fase Akut, fokus:
a. Intervensi: menghilangkan gejala dan mekanisme koping maladaptif
pasien
b. Implementasi:
 Terapi psikofarmaka
 Bantuan ADL
 Terapi lingkungan
 Psikoterapi: terapi oforatif
 Terapi keluarga (fase awal, sesuai dengan keterlibatannya)
3) Fase Meitenance
a. Intervensi: memberikan dukungan terhadap koping adaptif pasien,
sehingga tingga fungsional klien meningkat
b. Implementasi:
 Kolaborasi: terapi somatik psikofarma
 Tindakan psikoterapeutik
 Bantuan ADL
 Lingkungan terapeutik
 Psikoterapi: terapi perilaku (reward-punishment), terapi kognitif,
psikoreligi
 TAK, terapi keluarga lanjutan, terapi fisik

4) Fase Promotion
a. Intervensi: tercapainya kualitas hidup normal
b. Implementasi:
 Psikoterapeutik
 Lingkungan terapeutik
 Psikoterapi: terapi perilaku, kognitif, psikoreligi
 TAK, terapi keluarga lanjutan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI KRISIS

A. Pengertian
Krisis adalah gangguan yang diakibatkan oleh peristiwa yang menegangkan
atau ancaman yang dirasakan pada diri individu. Mekanisme koping yang biasa
digunakan individu sudah tak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu
tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas.
Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat diidentifikasikan. Krisis mempunyai
keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan peningkatan
ansietas.
Krisis sebagai aspek integrasi dari pertumbuhan dan perkembangan manusia,
dalam rentang hidup sesorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis,
kemampuan seseorang menghadapi krisis digambarkan sebagai jalan keluar dalam
berperilaku adaptif. Istilah krisis sering berkaitan dengan stress , adaptasi dan
keseimbangan sehingga pemahaman kita tentang stres, adaptasi, dan keseimbangan
(equilebrium) sangatlah penting. Intervensi krisis merupakan pendekatan dalam
mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan
mencegah dampak lebih jauh dari stres.
Menurut psycoanalitical theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman
respon adaptif dan maladaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya.
Dampak dari masa anak tersebut alan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya
kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik-konflik masa lalu anak yang
tidak sesuai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis
setelah dewasanya.
Erikson theory lebih menekankan pada tugas-tugas perkembangan yang harus
dicapai pada setiap tahap kembangnya, misal basic trust, autonomy, initiative,
industry, identity, intimacy, generavity, integrity,. Tiap tahap itu bila gagal dicapai dan
dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya. Seperti misstrust, shame, guilt, dan
sebagainya.
Menurut caplan, klien yang sedang mengalami krisis dan berkabung, memiliki
kebutuhan biological, psikological, dan sosiocultural sebagai berikut:
a. Biological: nourishment, safety, sensory stimulation, dan exercises
b. Pshycological: interactions with significant others
c. Sosiocultural: custom, ritual, vlues

Kriteria agar seorang mampu kembali kepada keadaan adaptif dari krisis:
a. Kemampuan untuk mengelola emosi, kecemasan, frustasi
b. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
c. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan
dengan krisis
Krisis kesehatan jiwa dapat berupa mendesak atau darurat

Jenis mendesak Darurat

Definisi Onset akut dari perilaku tidak Onset alut dari kondisi yang
menimbulkan resiko menjadi nyata dengan
berbahaya segera, namun jika kemungkinan secara
diberikan dapat berakibat langsung dan signifikan
buruk hingga menjadi terjadi kejadian yang
kegawatan kesehatan jiwa berbahaya bagi diri sendiri
atau menyebabkan seseorang dan orang lain
menjadi sulit untuk
dikendalikan dan tidak
mampu melakukan apapun
tanpa bantuan

Respon Membutuhkan perhatian Membutuhkan tindakan


namun bukan merupakan segera
kegawatan yang mengancam
nyawa

Contoh sikap Ingin bunuh diri, intoksikasi, Bunuh diri yang akan segera
perilaku yang aneh, agitasi terjadi toksikasi obat-obatan
akut,respon pasca trauma perilaku yang kejam atau
atau serangan mengancam orang lain

Tindakan tenaga kesehatan Melakukan pengkajian fisik Melakukan pengkajian dan


dan status mental, serta intervensi
menentukan tindakan yang
tepat

B. Rentang Respon
Sepanjang periode lumbuh kembang individu akan menghadapi kejadian yang
menegangkan, untuk itu individu berespon. Respon individu berada dalam rentang
adaptif maladaptif. Apabila individu tidak siap untuk menghadapi kejadian yang
menyimpang, dukungan situasi yang kurang, mekanisme koping yang dimiliki oleh
individu yang tidak sehat, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang, kondisi ini
dinamakan individu dalam kondisi krisis.

Untuk sampai pada situai krisis, ada 3 komponen yang berkaitan, yaitu:
1. Persepsi terhadap stressor
2. Sumber yang dapat memberinya dukungan
3. Koping yang digunakan

C. Jenis –jenis Krisis


1. Krisis perkembangan: terjadi sebagai respon terhadap transisi dari satu tahap
maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan, misalkan beranjak dari remaja ke
dewasa
2. Krisis situasional: terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba-tiba dan
tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kegiatan tersebut biasanya berkaitan
dengan pengalaman kehilangan, misalnya kematian orang yang disayangi
3. Krisis adventitious: terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana
alam. Krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.

D. Tahap kerja
1. Pra Krisis
Individu mampu memenuhi kebutuhan dngan baik
2. Krisis
Individu mengalami ancaman atau bahaya yang menyeramkan, disorganisasi, dan
ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani fase krisis dengan berbagai
cara yang dimiliki atau dengan orang lain.
3. Post krisis
Tahap penyelesaian masalah yang dapat menghasilkan keadaan individu yang
sama dengan sebelum krisis karena hasil pemecahan masalah efektif, lebih baik
daripada sebelumnya, karena individu menemukan sumber dan cara penanganan
yang baru atau lebih rendah dari sebelum krisis karena masalah individu
menimbulkan perilaku yang maladaptif (individu dapat mengalami maladaftif,
curiga, atau agresif).

E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
 Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-fase
tumbuh kembang akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi stres yang terjadi di hidupnya. Setiap fase, individu
mengalami krisis yang lazim disebut krisis maturasi.
 Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat
mempengaruhi keseimbangan psikologi, seperti pada masa pubertas, masa
perkawinan, dll.
 Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh
contoh peran yang memadai, sumber interpersonal, tingkat penerima orang
lain terhadap peran baru
b. Faktor presipitasi
 Mengidentifikasi faktor pencetus termasuk kebutuhan yang terancam
 Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian
- Persepsi terhadap kejadian menimbulkan krisis, termasuk pokok
pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut
- Makna kejadian terhadap individu
- Pengaruh kejadian terhadap masa depan
 Mengidentifikasi sifat dari kekuatan sistem pendukung (keluarga, sahabat,
dan orang penting bagi klien)
- Dengan siapa klien tinggal
- Apakah punya tempat mengeluh
- Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi yang hilang
 Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu, termasuk
strategi koping yang berhasil dan yang tidak berhasil
c. Perasaan
 Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan
merusak diri sendiri dan orang lain
 Perasaan diasingkan oleh lingkungannya
 Kadang-kadang menunjukkan gejala somatik

2. Masalah Keperawatan
a. Gangguan penyesuaian
b. Ansietas
c. Koping keluarga inefektif
d. Koping individu inefektif
e. Perubahan proses keluarga
f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g. Perubahan pemeliharaan kesehatan
h. Defisit pengetahuan
i. Resiko terhadap perubahan pendkatan orang tua / bayi/ anak
j. Perubahan peran asuh orang tua
k. Respon pasca trauma
l. Sindrom trauma perkosaan
m. Gangguan harga diri rendah
n. Isolasi sosial
o. Distress spiritual

3. Perencanaan Tindak Keperawatan


a. Tujuan Umum
 Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
 Klien dapat meningkatkan perannya
 Klien menampakkan perilaku yang adekuat (dampak krisis tidak terlihat)
 Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dalam menghadapi krisis
di kemudian hari
b. Tindakan keperawatan
 Manipulasi lingkungan: intervensi yang secara langsung merubah situasi
yang bertujuan memberikan dukungan situasional atau menghilangkan
stres
 Dukungan umum: memberikan rasa aman dan nyaman bahwa perawat
dengan sikap hangat menerima. Empati penuh perhatian berada dipihak
klien untuk memberikan dukungan
 Pendekatan umum (general approach): intervensi diberikan untuk individu
atau masyarakat dengan risti sesegera mungkin, seperti krisis pada korban
bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka
 Pendekatan individual: termasuk menegakkan diagnosa dan terapi
terhadap masalah spesifik klien tertentu. Pendekatan ini efektif untuk
semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri dan
orang lain. Teknik intervensi bersifat aktif, lokal, eksploratif yang
bertujuan untuk menyelesaikan maslah sesegera mungkin
c. Teknik Intervensi Krisis
 Ventilasi/ pengungkapan perasaan: ventilasi perasan yang dilakukan
secara verbal saat klien menceritakan kembali tentang hal yang
membangkitkan emosi
 Klarisifikasi: membantu klien mengungkapkan perasaannya akan
memperjelas hungan dengan kejadian yang terjadi dalam hidupnya
 Saran: suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar membantu
mereka untuk memecahkan masalah
 Manipulasi: memanfaatkan emosi, keinginan, serta nilai-nilai klien untuk
proses terapi
4. Evaluasi
Hal yang perlu dievaluasi:
a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis
b. Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang
c. Klien dapat menggunakan mekanisme koping adaptif
d. Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap krisis
yang akan datang

F. Fase-fase Terjadiya Krisis


1. Ancaman awal atau pemicu ancaman
Dalam menghadapi permasalahan atau konflik seseorang biasanya diselingi
dengan ketakutan & kecemasan dan ada mekanisme pertahanandiri seperti
kompensasi, rasionalisme, dan penolakan. Jika masalah teratasi maka ancama
akan hilang dan tidak akan terjadi krisis

2. Eskalasi
Jika masalah tetap ada dan mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan
gagal, kecemasan akan meningkat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan
ekstrem. Seoarang menjadi kacau konsentrasi, sulit berpikir, dan sulit tidur.
Dilakukan uji coba untuk mengatasi masalah
3. Krisis
Ketika uji coba gagal, kecemasan pasien makin parah hingga menjadi panik, dan
seseorang secara otomatis akan berperilaku membebaskan diri. Dilakukan definisi
ulang masalah dan mencari solusi
4. Kekacauan kepribadian
Jika masalah tetap tidak teratasi, koping juga tidak efektif. Kecemasan menjadi
luar biasa, kebingungan, depresi, dan perilaku kekerasan sperti percobaan bunuh
diri atau aniaya

G. Pohon Masalah

RPK

Resiko mencederai diri sendiri dan


orang lain

Gangguan pola pikir


(face krisis

Kekacauan neuro
transmiliter
Stimulus internal
Stimulus eksternal

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak


efektif

Faktor predisposisi: Faktor presipitasi:

1. Keberhasilan 1. Mengidentifikasi faktor pencetus


seseorang dalam termasuk kebutuhan yang terancam
menyelesaikan 2. Persepsi klien terhadap kejadian
masalahnya  Makna kejadian terhadap
individu
 Pengaruh kejadian terhadap
masa depan
 Apakah individu memandang
kejadian tersebut secara
realistik
3. Sifat dan kekuatan sitem pendukung
4. Kekuatan dan sistem pendukung
H. Kegawatdaruratan Psikiatri
Merupakan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain:
1. Kondisi gaduh gelisah
2. Tindak kekerasan
3. Percobaan bunuh diri
4. Gejala ekstra akibat obat
5. Delirium

I. Penatalaksaan
a. Kondisi Gaduh Gelisah
Merupakan keadaan tertentu dengan sindrom berisi sekelompok gejala
psikopatologi. Kondisi ini merupakan manifestasi klinis salah satu jenis psikosil:
 Psikosis karena gangguan mental organik atau delirium
 Skizofrenia: merupakan psikosi yang paling sering terjadi. Biasanya bila
keadaan pasien tidak menurun terhadap inkoherensi serta afek emosi yang
inadekuat tanpa konflik yang jelas
 Gangguan psikotik akut dan sementara disebabkan oleh konflik internal atau
eksternasi yang mendadak dan jelas
 Psikos bipolar: gangguan terletak pada afek emosi
 Amuk: keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak
Tatalaksana:
1. Mampu menetapkan pasien dan pengantarnya
2. Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatannya dibuka sambil ikut berbicara
dengan pasien dan beberapa memegangnya agar tidak amuk lagi
3. Injeksi dalam dosis ting untuk mengendalikan psikomotor yang meningkat
4. Bila pasien mulai kooperatif, perawatan dilakukan per oral
b. Tindak kekerasan
Merupakan tindakan fisik yang dilakukan pada orang lain, bila dilakukan pada diri
sendiri disebut mutilasi atau bunuh diri
1. Evaluasi dan tatalaksana:
 Melindungi diri sendiri dengan menjaga jarak atau aman dari pasien
 Mewaspadi tanda munculnya kekerasan
 Pengikatan pasien hanya dilakukan oleh orang yang terlatih
 Lakukan pengkajian TTV,pemfis, wawancara psikiatrik
2. Terapi farmako
 Haloperidole 5 mg
 Osanzapine 2,5 mg IM
 Lorazepam 2-4 mg
 Diazepam 5-10 mg
c. Percobaan bunuh diri
Tindakan kekerasan yang dilakukan individu pada dirinya sendiri, yang sering
berhubungan dengan gangguan mood, ketergantungan obat, dan skizofrenia
1. Evaluasi dan tatalaksana
Jangan ditinggal sendirian dan jauhkan dari benda berbahaya
2. Terapi psikofarma
3. Benzodiazepine, larozepam 3x1 mg/hari selama 2 minggu
d. Sindrom neuroleptik maligna
Sindrom yang muncul akibat penggunaan obat antiseptik
1. Evaluasi dan tatalaksanaan
 Hentikan pemberian obat
 Monitor TTV
 Pemeriksaan lab
 Hidrasi IV untuk menurunkan kemungkinan gagal ginjal
2. Terapi psikofarmaa
 Amantadine 200-400 mg PO/hari
 Levadopa 50-100 mg IV/hari

STRATEGI PELAKSANAAN MANAJEMEN KRISIS


No. Pasien Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya Bina hubungan saling percaya
 Mengucapkan salam  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri  Memperkenalkan diri
 Menanyakan nama pasien  Menanyakan nama keluarga pasien
 Menjelaskan tujuan pertemuan  Menjelaskan tujuan pertemuan
 Melakukan kontrak waktu,  Melakukan kontrak waktu, tempat,
tempat, tujuan, dan orang tujuan, dan orang
2. Pasien mendapatkan rasa aman dan Menjelaskan masalah yang dirasakan
nyaman keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan alasan pasien  Menjelaskan alasan pasien di
berada diruangan isolasi ruang isolasi
 Menjelaskan kepada pasien  Menjelaskan pentingnya keluarga
alasan difiksasi untuk selalu berada disamping
 Menjelaskan kepada pasien pasien untuk mendampingi jika
syarat-syarat kepada pasien jika pasien perlu bantuan dan
diksasi dilepas membutuhkannya
 Jelaskan kepada keluarga untuk
memiliki empati yang tinggi
terhadap anggota keluarganya
3. Mendapatkan terapi yang adekuat Menjelaskan kepada keluarga dalam
 Menjelaskan 6 benar (benar pemberian terapi obat
obat, benar pasien, benar dosis,  Menjelaskan 6 benar (benar obat,
benar rute, benar waktu, benar benar pasien, benar dosis, benar
dokumentasi) rute, benar waktu, benar
 Menjelaskan manfaat dan efek dokumentasi)
samping obat  Menjelaskan manfaat dan efek
samping obat
4. Klien dapat memenuhi kebutuhan ADL Klien dapat memenuhi kebutuhan ADL
 Identifikasi kebutuhan yang  Identifikasi kebutuhan yang belum
belum terpenuhi terpenuhi
 Membantu pasien memenuhi  Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya kebutuhannya

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


HARI KE-1 KLIEN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tampak gelisah, mata merah, wajah tegang, tangan mengepal, dan klien
terfiksasi diatas tempat tidur
2. Diagnosa Keperawatan
Manajemen Krisis
3. Tujuan Keperawatan
 Pasien dapat membina hubungan saling percaya
 Pasien dapat tercipta rasa aman dan nyaman
 Pasien mendapatkan terapi yang adekut
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL
4. TindakanKeperawatan
 Menyapa pasien dengan baik dam ramah
 Memperkenalkan diri kepada pasien
 Menanyakan perasaan pasien hari ini
 Menjelaskan tujuan pertemuan kepada pasien
 Melakukan kontrak waktu dan tempat
 Menjelaskan alasan pasien di tempatkan diruang isolasi
 Menjelaskan alasan pasien di fiksasi
 Menjelaskan kapan ikatan akan dilepaskan
 Menjelaskan pemberian obat dengan cara 6 B (pasien, nama, dosis, tempat,
waktu, dokumentasi)
 Menjelaskan kegiatan ADL yang belum terpenuhi
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“assalamualaikum mas, perkenalkan nama saya Rif’amik Biadika. Nama Panggilan
saya Rifa. Saya mahasiswi praktekkan dari UMM”.
“Mas namanya siapa?, nama panggilan siapa mas?
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?
“Apa mas masih ingat kenapa mas diikat ini?
c. Kontrak

 Topik : “Bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang


alasan mengapa mas diikat diatas tempat tidur, dan kapan
ikatannya akan dilepas.

 Waktu : “Bagaimana kalau waktunya 15 menit mas?

 Tempat : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang dikamar mas ini


saja?
“Apakah mas bersedia?
2. Fase Kerja
“Sekarang kita berbincang-bincang sebentar ya mas. tujuan saya disini bukan untuk
mengganggu mas, tapi untuk membantu mas. Mas boleh berceritaapa saja je saya.
“mas aman dengan saya disini, mas bisa curhat-curhat dengan saya jika mas berkenan
saya akan mendengarkan curahan hati mas.
“mas tau gak, kenapa mas diikat?
“iya mas sementara ini mas harus diikat karena kamaren mas ngamuk, gelisah, dan
marah-marah. Nanti kalau mas udah tenang,tidak ngamuk, tidak gelisah, dan tidak
marah-marah lagi, ikatannya ini akan dilepaskan”.
“mas, ini obat yang harus diminum pagi ini, ada 3 obat yang 1. Vitamin, 2. Obat agar
mas tidak gelisah lagi, 3. Untuk mood nya baik tidak ingin marah-marah lagi”
“mas udah makan belum?”
“mas harus makan teratur biar bisa cepet pulang”,
“nanti klau ikatannya sudah boleh dilepas, mas harus segera mandi, ganti bajunya ya”
“mas harus nurut sama perawat, kalau waktunya makan harus makan, waktunya
minum obat harus minum obat. Biar cepet sembuh dan talinya bisa segera dilepaskan.
“mau gak kalau talinya dilepas, makanya mas harus nurut dengan perawat. Insyallah
kita disini akan berusaha membantu merawat mas agar segera cepat sembuh”.
3. Fase Terminasi
a. Fase Subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang alasan mas diikat?
“Bagaimana perasaan mas setelah berkenalan dengan saya?
b. Fase Objektif
“Mas masih ingat gak tentang apa yang sudah rifa sampaikan?
“Coba jelaskan kenapa mas sekarang diikat?
c. Rencana Tindak Lanjut
“Jadi kita telah berbincang-bincang, harapannya mas memahami kenapa mas
sekarang diikat”.

d. Kontrak yang Akan Datang


 Topik : “Bagaimana kalau besok bertemu lagi dengan saya mas?

 Waktu : Kira-kira jam 09.00 wib

 Tempat : “Bagaimana kalau berbincang-bincangnya dikamar mas ini


saja?
“Apa mas bersedia?
“Baik, kalau begitu saya pamit dulu, terima kasih.
“Wassalamualaikum..”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


HARI KE-1 KELUARGA

A.Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Keluarga tampak tenang, kontak mata baik, menjawab pertanyaan perawat dengan
baik
2. Diagnosa Keperawatan
Manajemen krisis
3. Tujuan Keperawatan
- membina hubungan saling percaya
- menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- menjelaskan kepada keluarga dalam pemberian terapi obat
- pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL
4. Tindakan Keperawatan
- Menyapa keluarga dengan baik dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien
- Menanyakan alasan pasien berada diruang isolasi 1
- Menjelaskan cara minum obat dengan 6 benar (benar obat, benar pasien, benar
dosis, benar tempat,dan tempat waktu, benar dokumentasi)
- Menjelaskan manfaat obat dan akibat tidak minum obat
- Menanyakan kebutuhan yang belum terpenuhi
- Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
- Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien

B.Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya rifa”.
b. Evaluasi/Validasi
“bagaimana perasaan hari ini bu?”
c. Kontrak

 Topik : “bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kenapa


mas diikat, manfaat dan cara minum obat pasien, cara
pemenuhan kebutuhan ADL pasien dan peran ibu merawat
pasien.

 Waktu : “bagaimana kalau 10 menit bu?

 Tempat : “bagaimana kalau tempat nya disini saja ya bu?

2. Fase Kerja
“ bu, kenapa pasien di tempat di ruang ini karena pasien kemaren marah-marah,
pasien juga ngamuk-ngamuk, takutnya nanti pasien akan merusak barang-barang
disini jadi pasien harus diikat”
“nah, syarat pasien dilepaskan ikatannya ini, pasien harus dalam keadaan sudah
tenang, tidak gelisah lagi”
“bu, yang ibu harus lakukan untuk merawat pasien yaitu: membantu menyuapin
makan, dan membantu pasien minum obat.
“nah, sebelum obat nya diminum, ibu lihat dulu nama nya dilebel obat. apakah benar
nama nya. Kemudian ibu juga harus tau kegunaan obat ini apa?.
“nah, obat ini Diazepam, risperidon, dan vit B6 untuk daya tahan tubuh. Ibu juga
harus tahu akibatnya pasien kalau tidak minum obat dengan teratur, pasien akan
mulai bingung lagi, marah-marah lagi.
“nah ibu, jadi nanti peran ibu sebagai kakak yaitu membantu kebutuhan nya pasien
dan membantu minum obat”

3. FaseTerminasi
a. Fase Subjektif
“bagaimana perasaan ibu setelah saya kita berbincang-bincang tentang cara
merawat pasien?
b. Fase Objektif
Ibu masih ingat gak apa saja yang sudah saya jelaskan tadi?
“coba ibu jelaskan lagi?
c. Rencana Tindak Lanjut
“jadi setelah kita berbincang-bincang ini, saya harapkan ibu mampu merawat
pasien dengan baik”
d. Kontrak yang akan datang

 Topik : “bu, bagaimana kalau besok kita ngobrol-ngobrol lagi?

 Waktu : “bagaimana kalau jam 10.00 wib?

 Tempat : “bagaimana kalau ngobrolnya disini saja bu?


“baiklah, kalau begitu saya pamit dulu ya bu, terima kasih.
“wassalamualaikum...”
DAFTAR PUSTAKA

Budi.K.A.2005. Management Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa:CMHN.Jakarta:EGC.
Issacs.2004. Panduan Belajar Keperawatan Jiwa dan Psikiatri.Jakarta:EGC
Sheila L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai