MANAJEMEN KRISIS
4) Fase Promotion
a. Intervensi: tercapainya kualitas hidup normal
b. Implementasi:
Psikoterapeutik
Lingkungan terapeutik
Psikoterapi: terapi perilaku, kognitif, psikoreligi
TAK, terapi keluarga lanjutan
A. Pengertian
Krisis adalah gangguan yang diakibatkan oleh peristiwa yang menegangkan
atau ancaman yang dirasakan pada diri individu. Mekanisme koping yang biasa
digunakan individu sudah tak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu
tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas.
Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat diidentifikasikan. Krisis mempunyai
keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan peningkatan
ansietas.
Krisis sebagai aspek integrasi dari pertumbuhan dan perkembangan manusia,
dalam rentang hidup sesorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis,
kemampuan seseorang menghadapi krisis digambarkan sebagai jalan keluar dalam
berperilaku adaptif. Istilah krisis sering berkaitan dengan stress , adaptasi dan
keseimbangan sehingga pemahaman kita tentang stres, adaptasi, dan keseimbangan
(equilebrium) sangatlah penting. Intervensi krisis merupakan pendekatan dalam
mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan
mencegah dampak lebih jauh dari stres.
Menurut psycoanalitical theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman
respon adaptif dan maladaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya.
Dampak dari masa anak tersebut alan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya
kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik-konflik masa lalu anak yang
tidak sesuai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis
setelah dewasanya.
Erikson theory lebih menekankan pada tugas-tugas perkembangan yang harus
dicapai pada setiap tahap kembangnya, misal basic trust, autonomy, initiative,
industry, identity, intimacy, generavity, integrity,. Tiap tahap itu bila gagal dicapai dan
dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya. Seperti misstrust, shame, guilt, dan
sebagainya.
Menurut caplan, klien yang sedang mengalami krisis dan berkabung, memiliki
kebutuhan biological, psikological, dan sosiocultural sebagai berikut:
a. Biological: nourishment, safety, sensory stimulation, dan exercises
b. Pshycological: interactions with significant others
c. Sosiocultural: custom, ritual, vlues
Kriteria agar seorang mampu kembali kepada keadaan adaptif dari krisis:
a. Kemampuan untuk mengelola emosi, kecemasan, frustasi
b. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
c. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan
dengan krisis
Krisis kesehatan jiwa dapat berupa mendesak atau darurat
Definisi Onset akut dari perilaku tidak Onset alut dari kondisi yang
menimbulkan resiko menjadi nyata dengan
berbahaya segera, namun jika kemungkinan secara
diberikan dapat berakibat langsung dan signifikan
buruk hingga menjadi terjadi kejadian yang
kegawatan kesehatan jiwa berbahaya bagi diri sendiri
atau menyebabkan seseorang dan orang lain
menjadi sulit untuk
dikendalikan dan tidak
mampu melakukan apapun
tanpa bantuan
Contoh sikap Ingin bunuh diri, intoksikasi, Bunuh diri yang akan segera
perilaku yang aneh, agitasi terjadi toksikasi obat-obatan
akut,respon pasca trauma perilaku yang kejam atau
atau serangan mengancam orang lain
B. Rentang Respon
Sepanjang periode lumbuh kembang individu akan menghadapi kejadian yang
menegangkan, untuk itu individu berespon. Respon individu berada dalam rentang
adaptif maladaptif. Apabila individu tidak siap untuk menghadapi kejadian yang
menyimpang, dukungan situasi yang kurang, mekanisme koping yang dimiliki oleh
individu yang tidak sehat, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang, kondisi ini
dinamakan individu dalam kondisi krisis.
Untuk sampai pada situai krisis, ada 3 komponen yang berkaitan, yaitu:
1. Persepsi terhadap stressor
2. Sumber yang dapat memberinya dukungan
3. Koping yang digunakan
D. Tahap kerja
1. Pra Krisis
Individu mampu memenuhi kebutuhan dngan baik
2. Krisis
Individu mengalami ancaman atau bahaya yang menyeramkan, disorganisasi, dan
ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani fase krisis dengan berbagai
cara yang dimiliki atau dengan orang lain.
3. Post krisis
Tahap penyelesaian masalah yang dapat menghasilkan keadaan individu yang
sama dengan sebelum krisis karena hasil pemecahan masalah efektif, lebih baik
daripada sebelumnya, karena individu menemukan sumber dan cara penanganan
yang baru atau lebih rendah dari sebelum krisis karena masalah individu
menimbulkan perilaku yang maladaptif (individu dapat mengalami maladaftif,
curiga, atau agresif).
E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-fase
tumbuh kembang akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi stres yang terjadi di hidupnya. Setiap fase, individu
mengalami krisis yang lazim disebut krisis maturasi.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat
mempengaruhi keseimbangan psikologi, seperti pada masa pubertas, masa
perkawinan, dll.
Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh
contoh peran yang memadai, sumber interpersonal, tingkat penerima orang
lain terhadap peran baru
b. Faktor presipitasi
Mengidentifikasi faktor pencetus termasuk kebutuhan yang terancam
Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian
- Persepsi terhadap kejadian menimbulkan krisis, termasuk pokok
pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut
- Makna kejadian terhadap individu
- Pengaruh kejadian terhadap masa depan
Mengidentifikasi sifat dari kekuatan sistem pendukung (keluarga, sahabat,
dan orang penting bagi klien)
- Dengan siapa klien tinggal
- Apakah punya tempat mengeluh
- Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi yang hilang
Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu, termasuk
strategi koping yang berhasil dan yang tidak berhasil
c. Perasaan
Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan
merusak diri sendiri dan orang lain
Perasaan diasingkan oleh lingkungannya
Kadang-kadang menunjukkan gejala somatik
2. Masalah Keperawatan
a. Gangguan penyesuaian
b. Ansietas
c. Koping keluarga inefektif
d. Koping individu inefektif
e. Perubahan proses keluarga
f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g. Perubahan pemeliharaan kesehatan
h. Defisit pengetahuan
i. Resiko terhadap perubahan pendkatan orang tua / bayi/ anak
j. Perubahan peran asuh orang tua
k. Respon pasca trauma
l. Sindrom trauma perkosaan
m. Gangguan harga diri rendah
n. Isolasi sosial
o. Distress spiritual
2. Eskalasi
Jika masalah tetap ada dan mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan
gagal, kecemasan akan meningkat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan
ekstrem. Seoarang menjadi kacau konsentrasi, sulit berpikir, dan sulit tidur.
Dilakukan uji coba untuk mengatasi masalah
3. Krisis
Ketika uji coba gagal, kecemasan pasien makin parah hingga menjadi panik, dan
seseorang secara otomatis akan berperilaku membebaskan diri. Dilakukan definisi
ulang masalah dan mencari solusi
4. Kekacauan kepribadian
Jika masalah tetap tidak teratasi, koping juga tidak efektif. Kecemasan menjadi
luar biasa, kebingungan, depresi, dan perilaku kekerasan sperti percobaan bunuh
diri atau aniaya
G. Pohon Masalah
RPK
Kekacauan neuro
transmiliter
Stimulus internal
Stimulus eksternal
Isolasi sosial
I. Penatalaksaan
a. Kondisi Gaduh Gelisah
Merupakan keadaan tertentu dengan sindrom berisi sekelompok gejala
psikopatologi. Kondisi ini merupakan manifestasi klinis salah satu jenis psikosil:
Psikosis karena gangguan mental organik atau delirium
Skizofrenia: merupakan psikosi yang paling sering terjadi. Biasanya bila
keadaan pasien tidak menurun terhadap inkoherensi serta afek emosi yang
inadekuat tanpa konflik yang jelas
Gangguan psikotik akut dan sementara disebabkan oleh konflik internal atau
eksternasi yang mendadak dan jelas
Psikos bipolar: gangguan terletak pada afek emosi
Amuk: keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak
Tatalaksana:
1. Mampu menetapkan pasien dan pengantarnya
2. Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatannya dibuka sambil ikut berbicara
dengan pasien dan beberapa memegangnya agar tidak amuk lagi
3. Injeksi dalam dosis ting untuk mengendalikan psikomotor yang meningkat
4. Bila pasien mulai kooperatif, perawatan dilakukan per oral
b. Tindak kekerasan
Merupakan tindakan fisik yang dilakukan pada orang lain, bila dilakukan pada diri
sendiri disebut mutilasi atau bunuh diri
1. Evaluasi dan tatalaksana:
Melindungi diri sendiri dengan menjaga jarak atau aman dari pasien
Mewaspadi tanda munculnya kekerasan
Pengikatan pasien hanya dilakukan oleh orang yang terlatih
Lakukan pengkajian TTV,pemfis, wawancara psikiatrik
2. Terapi farmako
Haloperidole 5 mg
Osanzapine 2,5 mg IM
Lorazepam 2-4 mg
Diazepam 5-10 mg
c. Percobaan bunuh diri
Tindakan kekerasan yang dilakukan individu pada dirinya sendiri, yang sering
berhubungan dengan gangguan mood, ketergantungan obat, dan skizofrenia
1. Evaluasi dan tatalaksana
Jangan ditinggal sendirian dan jauhkan dari benda berbahaya
2. Terapi psikofarma
3. Benzodiazepine, larozepam 3x1 mg/hari selama 2 minggu
d. Sindrom neuroleptik maligna
Sindrom yang muncul akibat penggunaan obat antiseptik
1. Evaluasi dan tatalaksanaan
Hentikan pemberian obat
Monitor TTV
Pemeriksaan lab
Hidrasi IV untuk menurunkan kemungkinan gagal ginjal
2. Terapi psikofarmaa
Amantadine 200-400 mg PO/hari
Levadopa 50-100 mg IV/hari
A.Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Keluarga tampak tenang, kontak mata baik, menjawab pertanyaan perawat dengan
baik
2. Diagnosa Keperawatan
Manajemen krisis
3. Tujuan Keperawatan
- membina hubungan saling percaya
- menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- menjelaskan kepada keluarga dalam pemberian terapi obat
- pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL
4. Tindakan Keperawatan
- Menyapa keluarga dengan baik dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien
- Menanyakan alasan pasien berada diruang isolasi 1
- Menjelaskan cara minum obat dengan 6 benar (benar obat, benar pasien, benar
dosis, benar tempat,dan tempat waktu, benar dokumentasi)
- Menjelaskan manfaat obat dan akibat tidak minum obat
- Menanyakan kebutuhan yang belum terpenuhi
- Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
- Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien
2. Fase Kerja
“ bu, kenapa pasien di tempat di ruang ini karena pasien kemaren marah-marah,
pasien juga ngamuk-ngamuk, takutnya nanti pasien akan merusak barang-barang
disini jadi pasien harus diikat”
“nah, syarat pasien dilepaskan ikatannya ini, pasien harus dalam keadaan sudah
tenang, tidak gelisah lagi”
“bu, yang ibu harus lakukan untuk merawat pasien yaitu: membantu menyuapin
makan, dan membantu pasien minum obat.
“nah, sebelum obat nya diminum, ibu lihat dulu nama nya dilebel obat. apakah benar
nama nya. Kemudian ibu juga harus tau kegunaan obat ini apa?.
“nah, obat ini Diazepam, risperidon, dan vit B6 untuk daya tahan tubuh. Ibu juga
harus tahu akibatnya pasien kalau tidak minum obat dengan teratur, pasien akan
mulai bingung lagi, marah-marah lagi.
“nah ibu, jadi nanti peran ibu sebagai kakak yaitu membantu kebutuhan nya pasien
dan membantu minum obat”
3. FaseTerminasi
a. Fase Subjektif
“bagaimana perasaan ibu setelah saya kita berbincang-bincang tentang cara
merawat pasien?
b. Fase Objektif
Ibu masih ingat gak apa saja yang sudah saya jelaskan tadi?
“coba ibu jelaskan lagi?
c. Rencana Tindak Lanjut
“jadi setelah kita berbincang-bincang ini, saya harapkan ibu mampu merawat
pasien dengan baik”
d. Kontrak yang akan datang