Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KONTRAKSI OTOT JANTUNG PADA KATAK


ATAN SEL KELAMIN
Untuk Memenuhi Tugas Matkuliah
Fisiologi Hewan
Yang dibina oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si.

Diusun oleh:
Erma Wahyu Safira Nastiti (170341615078)
Karin Anindita Widya Pitaloka (170341615097)
Karlina Syabania (170341615099)
Maya Andya Garini (170341615032)
Serly Herlina (170341615084)
Yayuk Sari Agustina (170341615117)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
A. TUJUAN
1. Melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap tiap bagian jantung
2. Memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung
3. Mengamati pengaruh beberapa factor ekstrinsik terhadap aktivitas jantung

B. DASAR TEORI

Otot jantung berbeda dari otot kerangka dalam hal struktur da fungsinya.
Untukberkontraksi otot jantung tidak memerlukan stimulus sebab otot jantung memliki
sifat otomatis. Pada sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara spontan
tanpa ada stimulus.setelah itu otot jantung juga memiliki sifat ritmis, peristiwa
depolarisasi dan repolarisasi berjalan menurut irama tertentu.

Keefektifan kerja jantung dikendalikanoleh factor intrinsic dan factor ekstrinsik.


Factor inrinsik adalah sistem nodus yang mengantarkan rambatan depolarisasi dari
pacu jantung (sinus venosus) ke bagian lain dari jantung. Meskipun kontraksi otot
jantung tidak tergantung pada impuls saraf tetapi laju kontraksi dikendalikan oleh saraf
otonom. Selain itu aktivitas jantung juga dipegaruhi oleh bermacam macambahan
kimia, hormon, ion, dan metabolit.

Jantung berongga pada vertebrata. Jantung ini merupakan organ berotot yang mampu
mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung bertanggung jawab untuk memp
ertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk m
enjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Apabila cairan
tubuh berhenti bersirkulasi maka hewan akan mati (Isnaeni, 2006).

Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluhdarah atau
suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucutdan dilingkupi
atau diselimuti oleh kantungperikardial(perikardium).

Peranan jantung sangat penting dalam hubunganya dengan pemompaan darah keselur
uhtubuh melalui sistem sirkulasi darah, sirkulasi darah adalah sistem yang
berfungsidalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen,
karbondioksida,garam-garam, antibodi dan senyawa N, dari tempat asal keseluruh
bagian tubuhsehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah
sampai ke bagain-bagian jaringan jaringan tubuh (Afandi, 2001).

Otot jantung vertebrata hanya ditemukan pada satu tempat yakni jantung. Seperti otot
rangka, ototjantung berlurik. Perbedaan utama antara otot rangka dan otot jantung ada
lah dalam sifat membrandan listriknya.Sel otot jantung mempunyai daerah khusus ya
ng disebut dengan cakram berinterkalar, dimana persambungan longgar memberikan
pengkopelan listrik langsung diantara selsel otot jantung. Membranplasma otot jantun
g mempunyai ciri pacu jantung yang menyebabkan depolarisasi berirama, yang memi
cu potensial aksi dan menyebabkan sel otot tunggal untuk berdenyut bahkan ketika di
isolasi dari jantung dan ditempatkan dalam biakan sel (Campbell, 2004).
Sel otot jantung bersifat autoritmik yaitu sebagai otot yang mempunyai daya rangsan
g untuk dirinya sendiri, sehingga menyebabkan aksi potensial yang spontan yang men
yebabkan proses kontraksi. Adanyak aksi potensial akan menimbulkan depolarisasi m
embran serat otot dan berjalan lebih dalam kedalam serat otot pada tempat dimana pot
ensial aksi dapat mendepolarisasi sarkolema dan sistem tubulus T, sehingga ion kalsi
um dan cairan ekstrasel masuk. Potensial aksi kuga menyebabkan reticulum sarkoplas
ma melepaskan sejumlah besar ion kalsium kedalam myofibril (Ida, 2014).

C. ALAT BAHAN
1. Papan seksi
2. Alat bedah
3. Cawan petri
4. Pipet tetes
5. Jarum pentul
6. Gelas arloji
7. Katak
8. Ringer
9. Ringer 40°
10. Ringer 5°
11. larutan asetilkolin
12. larutan adrenalin
13. KCL 0,9%
14. CaCl₂ 1%
15. NaCl 0,7%

D. PROSEDUR
Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung

Single pitch

Buka rongga dada

Buka perikardium

Hitung denyut per menit

Letakkan di cawan petri

Beri ringer

Hitung denyut jantung per menit

Pisahkan sinus venosus dari jantung

Hitung denyut per menit

Pisahkan atrium dan ventrikel

Hitung masing-masing denyutnya


Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia
Single pitch

Buka rongga dada

Buka perikardium

Hitung denyut jantung per menit

Ditetesi ringer 5o C

Ringer 40o

Asetilkolin

Adrenalin

Hitung denyut per menit

Amati (apakah berirama atau tidak)

Beri CaCl2 1%

NaCl 0,7%

KCl 0,7%
E. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat otomatis dan ritme jantung

No. Perlakuan Jumlah denyut jantung/menit Keterangan


Menit 1 Menit Menit Ratarata Berirama/tidak
2 3
1. Jantung di 50 60 62 54 Berirama
dalam tubuh
katak
2. Jantung 54 55 51 53 Berirama
dicawan petri
berisi larutan
ringer
3. Jantung tanpa 58 54 53 55 Berirama
sinus venosus
4. Atrium 62 56 53 52 Berirama
5. Ventrikel - - - - Tidak
berirama

2. Pengaruh factor fisik dan kimia terhadap aktivitas jantung

No. Perlakuan Jumlah denyut jantung/menit Keterangan


Menit 1 Menit Menit Ratarata Berirama/tidak
2 3
1. Jantung 51 54 56 54 Berirama
didalam
tubuh katak
2. Ditetesi 51 38 45 45 Berirama
ringer 5°
3. Ditetesi 53 57 37 49 Tidak
ringer 40° Berirama
4. Ditetesi 37 51 37 42 Tidak
larutan berirama
asetilkolin
5. Ditetesi 40 32 59 44 Tidak
adrenalin Berirama

3. Pengaruh ion terhadap aktivitas jantung

No. Perlakuan Jumlah denyut jantung/menit Keterangan


Menit 1 Menit Menit Ratarata Berirama/tidak
2 3
1. Jantung di luar 66 72 69 69 Cepat
tubuh katak
2. Jantung di 55 60 59 58 Lambat
dalam cawan
pertri larutan
ringer normal
3. Diberi 53 54 52 53 Lambat
perlakuan
a) CaCl₂
1%
b) NaCl 90 84 88 87 Cepat
0,7%
c) KCL 42 48 37 42 Lambat
0,9%
F. Analisis Data
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
Pada perlakuan ini setiap perlakuannya diulang sebanyak tiga kali untuk
menghitung denyut jantungnya. Perlakuan pertama saat jantung di dalam tubuh
katak rata-rata denyut jantungnya adalah 54/menit. Kedua, jantung sudah
berada diluar tubuh dan diberi larutan ringer rata-rata denyut jantungnya adalah
53/menit. Ketiga, jantung yang sudah dipisah sinus venosusnya rata-rata denyut
jantungnya adalah 55/menit. Keempat, saat atrium di pisahkan rata-rata denyut
jantungnya menjadi 52/menit. Terakhir pada saat atrium dipisahkan denyut
jantung tidak dapat ditemukan karena jantung sudah tidak berdetak. Jantng
berirama pada semua perlakuan kecuali pada vetrikel, karena sudah tidak
berdetak.
2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung
Pada perlakuan ini setiap perlakuannya diulang sebanyak tiga kali untuk
menghitung denyut jantungnya. Perlakuan pertama saat jantung di dalam tubuh
katak rata-rata denyut jantungnya adalah 54/menit dan detak jantung berirama.
Kedua, jantung ditetesi larutan ringer 5oC memiliki rata-rata denyut jantung
45/menit dan detak jantung berirama. Ketiga, jantung ditetesi larutan ringer
40oC memiliki rata-rata denyut jantung 49/menit dan detak jantung tidak
berirama. Keempat, jantung ditetesi larutan ringer asetilkoin memiliki rata-rata
denyut jantung 42/menit dan detak jantung tidak berirama. Terakhir pada saat
jantung ditetesi adrenalin memiliki rata-rata denyut jantung 49/menit dan detak
jantung tidak berirama. Jantng berirama pada semua perlakuan kecuali pada
vetrikel, karena sudah tidak berdetak dan tidak berirama.
3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung
Pada perlakuan ini setiap perlakuannya diulang sebanyak tiga kali untuk
menghitung denyut jantungnya. Perlakuan pertama saat jantung di dalam tubuh
katak rata-rata denyut jantungnya adalah 69/menit dan berirama cepat. Kedua,
jantung sudah berada diluar tubuh dan diberi larutan ringer rata-rata denyut
jantungnya adalah 58/menit dan berirama lambat. Ketiga, jantung yang diberi
larutan CaCl2 sebanyak 1% rata-rata denyut jantungnya adalah 53/menit dan
berirama lambat. Keempat, saat jantung diberi larutan NaCl sebanyak 0,7%
rata-rata denyut jantungnya menjadi 87,3/menit dan berirama cepat. Terakhir
pada saat jantung larutan KCl sebanyak 0,9% rata-rata denyut jantungnya
adalah 42,3/menit dan berirama lambar.

G. PEMBAHASAN

1.Sifat otomatis dan ritme jantung

Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak maupun


mamalia mempunyai centrum automasi sendiri. Artinya tetap berdenyut meskipun
telah diputuskan hubungannya dengan susunan saraf atau dikeluarkan dari tubuh.
Jantung katak terdiri atas tiga ruang, yaitu dua ruang atria yang berdinding tipis, dan
satu ventrikel berdinding tebal. Pada sekat antara serambi dan bilik terdapat katup.
Darah dari tubuh masuk ke atrium melewati sinus venosus. Dari atrium kanan masuk
ke ventrikel jantung yang hanya mempunyai satu ruang, lalu dipompa melalui arteri
pulmokutaneus yang bercabang dua, yang menuju paru-paru, (Soewolo,dkk. 2000).
Atrium menerima darah dari vena dan memompanya menuju ke ventrikel, sedangkan
ventrikel memompa darah menuju arteri. Di antara atrium dan vena terdapat sinus
venosus yang membantu atrium menampung darah dari jaringan tubuh (Tenzer, dkk.
2003). Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe, yaitu neurogenik dan jantung
meogenik. Jantung neurogenik adalah pada hewan tingkat rendah (invertebrata), yang
aktivasinya diatur oleh sistem saraf sehingga jika hubungan saraf dengan jantung
diputuskan maka jantung akan berhenti berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan
tetap ritmis meskipun hubungan dengan saraf diputuskan. Bahkan bila jantung katak
diambil selagi masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap
berdenyut (Afandi, 2002).Jantung meogenik terdapat pada jaringan otot khusus yang
membuat simpul (nodal tissue) yang merupakan penggerak jantung. Letak simpul pada
ikan dan amfibi pada sinos venosus. Pada vertebrata yang lebih tinggi, simpul yang
mengeluarkan impuls ritmis itu letaknya pada atrium dekat vena cava yang disebut
simpul sinoatrial (SA) (Watasasmita, 1985 dalam Affandi, 2002).
Keotomatisan atau kadang-kadang disebut juga keiramaan jantung ialah
kemampuan jantung untuk berdenyut dengan sendirinya tanpa ada impuls yang datang
dari luar jantung. Denyut jantung ditimbulkan oleh otot jantung itu sendiri (miogenik).
Tetapi frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh aktivitas saraf dan hormon, bagian
jantung mamalia termasuk juga manusia yang mula-mula menimbulkan denyut adalah
nodus sinuauricularis (Afandi, 2002). Kontraksi jantung pada katak berhubungan
dengan kerja sinus venosus dalam jantung sinus venosus merupakan bagian yang
berfungsi sebagai pompa jantung. Pada perlakuan pertama kami memisahkan sinus
venosus dari jantung dan didapatkan hasil jumlah denyut jantung yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jantung yang belum dipisahkan sinus venosusnya, hal ini sesuai
dengan teori yang ada, karena setelah jantung dipisahkan dari sinus venosusnya, denyut
jantung menurun.
Otot jantung terdiri atas serabut lurik yang saling isi mengisi. Myofibril pada
otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada serabut otot
kerangka. Impuls otot jantung berkontraksi dengan sendirinya,sementara saraf
simpatik danparasimpatik berjalan menuju ke jantung bila pengendalian ini
dihancurkan maka jantung akan tetapterus berdetak selama glukosa dan oksigen
tersedia di dalamnya (Kimball, 1988) Jantung katak terdiri atas tiga ruang, yaitu dua
atria yang berdinding tipis, dan satu vebtrikel yang berdinding tebal. Pada sekat antara
serambi dan bilik terdapat katup. Darah dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan
melalui sinus venosus. Dari atrium kanan, darah masuk ke ventrikel lalu dipompa
melalui arteri pulmokutaneus yang bercabang dua, yang satu menuju paru-paru yang
disebut arteri pulmonalis dan cabang lain menuju kekulit disebut arteri kutaneus
(Soewolo, 2000). Suatu jantung mungkin mengandung banyak sel-sel yang mempunyai
aktivitas pengatur irama, tetapi karena semua sel jantung secara tercepat akan
menstimulus semua bagian jantung dan menentukan laju denyut jantung. Sel-sel
pengatur irama tersebut secara normal akan mengalahkan sel-sel yang aktivitasnya
lebih lamban dari pengatur irama, tetapi bila pengatur irama asli dihentikan, maka sel
sel pengatur irama yang lain akan menentukan suatu laju denyut jantung baru yang
lebih rendah (Soewolo,2000).
Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel,
walaupun pada saat ventrikel relaksasi, atrium berkontraksi namun besarnya tekanan
kedua ruangan ini hampir sama. Sedangkan pada saat atrium relaksasi juga tak tampak
karena tertutup oleh besarnya tekanan pada ventrikel yang sedang berkontraksi, dimana
proses berkontraksi dan relaksasi (systole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel
pada keadaan normal akan terjadi terus menerus. Kontraksi jantung tidak semata-mata
tergantung dari impuls yang di hantarkan oleh syaraf. Jantung mempunyai kemampuan
untuk self excitation sehingga dapat berkontraksi secara otomatis walaupun telah di
lepas dari tubuh dan semua syaraf menuju jantung telah di potong.

2.Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung


Pada pengamatan tentang faktor fisik dan kimia terhadap denyut jantung,ditemukan
hasil yang berbeda mengenai denyut jantung permenit. Pada percobaan pertama ketika
jantung masih berada didalam tubuh dan diberi ringer pada suhu ruangan, denyut
jantung rata-rata permenit adalah 54 kali.Pada pengamatan kedua, jantung katak
ditetesi dengan larutan ringer dingin bersuhu 5° C. denyut jantung mengalami
perlambatan dari rata-rata 54 kali denyut permenit menjadi 45kali permenit. Hal ini
disebabkan karena penurunan suhu menyebabkan penurunan permeabilitas membran
sel otot jantung terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai
ambang, self excitation juga menurun. Akibatnya kontraksi otot jantung mengalami
penurunan (Soewolo,2000). Penurunan denyut jantung katak sesuai dengan sifat
jantung katak yaitu termolabil dimana pada keadaan suhu rendah maka denyut jantung
akan menurun. Setelah itu larutan ringer dibuang, dan digantikan dengan larutan. ringer
bersuhu ruangan Pada pengamatan ketiga, jantung katak ditetesi dengan larutan ringer
panas bersuhu 40° C, denyut jantung mengalami penurunan dari rata-rata 54 kali
denyut permenit menjadi 49kali permenit. Hal ini tidak sesuai dengan sifat termolabil
jantung yang seharusnya denyut jantung mengalami kenaikan rata-rata denyut permenit
(Soewolo, 2000). Kesalahan ini bisa disebabkan karena kurangnya akurat dalam
mengamati denyut jantung katak.
Pada pengamatan keempat, jantung katak ditetesi dengan larutan asetilkolin denyut
jantung mengalami perlambatan dari rata-rata 54kali denyut permenit menjadi 42kali
permenit. Hal ini sesuai penjelasan bahwa pemberian asetilkolin akan menyebabkan
penurunan denyut jantung. Larutan asetilkolin berperan sebagai neurotransmitter yang
dilepaskan oleh saraf-saraf parasimpatis dan saraf-saraf preganglionik. Penurunan
denyut jantung yang terjadi karena disebabkan peningkatan permeabilitas membran sel
terhadap ion K sehingga menyebabkan hiperpolarisasi yaitu meningkatnya
permeabilitas negatif dalam otot jantung. Didalam AV node, hiperpolarisasi
menyebabkan penghambatan junctional yang berukuran kecil untuk merangsang AV
node sehingga terjadi perlambatan kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan
terjadinya penurunan kontraksi. Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter pada
sistem saraf otomatis, dan merupakan satu-satunya neurotransmitter pada sistem saraf
sadar (Soewolo, 2000). Pada pengamatan kelima, jantung katak ditetesi dengan larutan
adrenalin, denyut jantung mengalami penurunan dari rata-rata 54kali permenit menjadi
44kali permenit. Jantung katak yang ditetesi larutan adrenalin seharusnya mengalami
kenaikan denyut jantung, hal ini dikarenakan adrenalin dapat meningkatkan
permeabilitas membran terhadap Na dan Ca. didalam SA node, peningkatan
permeabilitas membran terhadap Na akan mempermudah serabut otot jantung untuk
mengkonduksi impuls sabut otot berikutnya sehingga mngurangi waktu
pengkonduksian impuls dari atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan permeabilitas
terhadap Ca akan meningkatkan kontraksi otot jantung (Soewolo, 2000). Kesalahan ini
mungkin disebabkan karena kurangnya akurat dalam mengamati denyut jantung katak.
3.Pengaruh ion terhadap aktivitas jantung
Pada pengaruh ion terhadap aktivitas jantung, setelah katak di single pitch, katak di
telentangkan di atas papan bedah, lalu di gunting bagian abdoment bagian bawah secara
vertikal, gunting juga daerah tulang dada nya, lalu akan terlihat bagian jantung yang
terbungkus oleh lapisan berwarna putih, pada pengamatan pertama di amati kontraksi
jantung pada satuan menit.Pada pengamatan pertama saat jantung masih diluar tubuh
katak, di peroleh hasil rata-rata denyut jantung 69kali permenit, hal ini disebabkan pada
saat pengamatan jantung katak relative normal dengan gerakan kontraksi jantung
berirama (Ritmis). Pada percobaan kedua jantung diletakkan pada cawan petri dan
kemudian ditetesi larutan ringer normal, dan diperoleh hasil rata-rata denyut jantung
58kali permenit, hal ini menunjukan adanya penurunan kontraksi pada jantung katak
yang disebabkan pada saat pemotongan jantung. Pada dasarnya larutan ringer
merupakan larutan steril NaCl (Natrium klorida), KCl (Kalium klorida), dan CaCl
(Kalsium klorida) dalam air. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat dalam
larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang
diperlukan tubuh dan juga menyebabkan kontraksi otot jantung katak menjadi semakin
cepat. Oleh karena itu, dengan penambahan larutan Ringer menyebabkan kontraksi otot
jantung katak menjadi semakin cepat karena larutan Ringger ini juga bersifat hipertonis
yang osmolaritasnya lebih tinggi sehingga konsentrasi cairan di dalam sel-sel otot
jantung meningkat yang menyebabkan otot jantung akan lebih cepat berkontraksi dari
frekuensi denyut jantung normal. Kesalahan pada percobaan ini mungkin disebabkan
kurang akuratnya ketika menghitung denyut jantung pada katak.
Pada percobaan ketiga yaitu dengan memberi tetesan CaCl2 pada jantung katak,
dan diperoleh hasil rata-rata denyut jantung 53kali permenit, hal ini menunjukan
setelah di tetesi larutan CaCl2 denyut jantung katak mengalami penurunan rata-rata
denyut jantung dari 69kali menjadi 53kali permenit dan berirama.Pada percobaan
selanjutnya, jantung katak diberi tetesan larutan NaCl yang memiliki kandungan cairan
yang menyerupai kandungan cairan tubuh dan bersifat hipotonik yang osmolaritasnya
lebih rendah, yang menyebabkan peningkatan kontraksi otot jantung secara ritmis dan
teratur, dan diperoleh rata-rata denyut jantung dari 69kali permenit menjadi 87,3kali
permenit. Secara garis besar bahwa pada fase ini jantung katak masih dalam keadaan
osmoregularitas tinggi dimana pada otot jantung berkontraksi lebih cepat, dan pada
pengamatan kali ini denyut jantung seakan berirama, menunjukan abnormalitas, pada
jantung dan denyutnya dari melemah meningkat secara perlahan, hal ini di sebabkan
pada larutan NaCl 0,7% memiliki sifat hipotonis yang mempengaruhi regulasi tekanan
osmotis pada sel-sel otot jantung.Pada percobaan berikutnya, jantung diberi tetesan
larutan KCl 0,9% dan diperoleh hasil rata-rata denyut jantung dari 69kali (kondisi
normal) menjadi 42,3kali permenit. Hal ini menunjukan setelah ditetesi larutan KCl
yang memiliki sifat hipotonis dan memiliki elektrolit tinggi kontraksi pada jantung
menurun drastis dan kontraksinya cenderung tidak berirama, menunjukan melemahnya
kontraksi jantung.

H.KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini ialah Jantung katak berbeda dengan jantung manusia.
Jantung katak maupun mamalia mempunyai centrum automasi sendiri. Artinya tetap
berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan saraf atau
dikeluarkan dari tubuh. Pada jantung katak yang normal atau tanpa perlakuan Jantung
tetap ritmis atau berirama meskipun hubungan dengan saraf diputuskan. Bahkan bila
jantung katak diambil selagi masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang
sesuai akan tetap berdenyut.Jantung yang dipisahkan dari Sinus Venosusnya akan
terlihat lebih cepat berdenyut dibandingkan dengan yang tidak dilepas Sinus
Venosusnya.pemberian larutan kimia berpengaruh terhadap aktivitas kerja
jantung.pemberianberbagailarutan(KCL0,9%,CaCl₂1%,adrenalin,asetilkolin)menyeba
bkan kontraksi otot jantung pada katak menjadi semakin cepat
I.DAFTAR RUJUKAN

Affandi R. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press, 2002.


Anita. 2011. Blog Anita. Praktikum Fisiologi. http://anitabintiakhmad.blogspot.com.
(2014).
Campbell, Neil A. Biologi Edisi Ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004.
Ida. 2012. Blog Ida. Fisiologi Dian Husada. http://idatrisnawati23.blogspot.com.

(2014).
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisus, 2006.
Afandi, 2002. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud.

Kimball, J. W. 1988. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.


Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah

IBRD No. 3979.

Tenzer, Amy dkk. 2003. Buku Ajar Struktur Perkembangan Hewan II. Malang: Jurusan
Biologi FMIPA

Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai