Anda di halaman 1dari 43

Pembentukan Hujan 2

KLIMATOLOGI 1. Pengukuran dan analisis data hujan


2. Sebaran curah hujan menurut ruang dan waktu
3. Distribusi curah hujan dan penyebaran awan
4. Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis)

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan

Meteorology for better life 2


Pengukuran dan analisis data hujan – Definisi

• Curah Hujan
• jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di
atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff
dan infiltrasi.
• Satuan CH (mm, inch)
• Hari Hujan
• periode sehari semalam dengan CH  0.5 mm
• Satuan HH (per bulan, tahun)
• Intensitas Hujan
• Jumlah CH dibagi dengan selang waktu terjadinya hujan
• Satuan IH (mm/30 mnt, mm/jam, mm/hari, inch/hari)

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Definisi

• Sifat data hujan :


• variasi yang besar menurut tempat dan waktu
• data hujan bersifat diskontinu, data harian
diakumulasi menjadi data mingguan, dekade,
bulanan atau tahunan.
• bidang klimatologi pertanian biasanya butuh
data harian, mingguan, dekade dan bulanan
sedangkan hidrologi butuh data 30 menit atau
tiap jama

Meteorology for better life 4


Pengukuran dan analisis data hujan – Definisi

• Solusi :
• pengamatan cukup panjang dengan jaringan
stasiun pengamatan yang rapat  (letak
lintang, topografi, dan sebaran tipe hujan)
• Satu alat ukur hujan dapat mewakili wilayah
luasan tertentu tergantung pada tipe
topografi dan sifat hujan
• data stasiun di daerah belakang angin tidak
dapat digunakan untuk stasiun depan angin
& sebaliknya

Meteorology for better life 5


Pengukuran dan analisis data hujan – Definisi

Luas yang Luas


Tipe Topografi diwakili maksimu
(km/alat) m
Dataran rendah tropis, subtropis 600-900 900-3000
Pegunungan tropis, subtropis 100-250 250-1000
Pulau kecil berbukit dan hujan lokal (tidak 25 25
merata)
Gurun , Kutub 1500-10.000 10.000

• Pengukuran/pendugaan CH :
1. Alat ukur manual
2. Alat ukur otomatis
3. Penginderaan jauh (remote sensing)
Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH

• Alat pengukur CH manual :


• Menggunakan prinsip pembagian
antara volume air hujan yang
ditampung dibagi luas
penampang/mulut penakar
• Mengukur CH harian (mm), diukur 1
kali pada pagi hari
• Observatorium/ombrometer dengan
tinggi 120 cm, luas mulut penakar
100 cm2
• Tinggi CH = Volume / luas mulut
penakar (Contoh : terukur 200 ml atau
200 cc maka CH = 200 cm3 / 100 cm2 =
2 cm = 20 mm)

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH

• Alat pengukur CH otomatis dgn menggunakan prinsip :


• Pelampung
• Timbangan
• Jungkitan
• Contoh alat pengukur: Hellman dan Tipping-bucket gauge
• Keuntungan alat ukur otomatis :
• Lebih teliti
• Dapat mengetahui waktu kejadian dan intensitas hujan
• Periode pencatatan lebih dari sehari dengan kertas pias

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH
Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH

• Sensor pasif (satelit) :


menduga potensi
hujan berdasarkan
klasifikasi awan yang
dilakukan dengan
analisis cluster
• Analisis mengunakan
range temperature
dan nilai kecerahan
kanal 1 dan 2 dari
NOAA HRPT data

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Pengukuran CH

• Sensor aktif (radar) :


menduga intensitas
hujan dengan
memancarkan radiasi
gelombang mikro
dengan  > 1 cm
• Butir hujan, kristal es
dan hailstones
memancarkan balik
radiasi yg dipancarkan
sensor radar
• Semakin besar radiasi
balik terukur, semakin
besar hujan yang terjadi

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH

• Contoh data CH per 30 menit Jam CH (mm) Jam CH (mm)


0 0.0 1200 0.0
20.0 30 3.6 1230 0.0
100 9.1 1300 0.0
18.0 130 11.7 1330 0.0
200 0.8 1400 0.0
16.0
230 0.8 1430 0.0
Curah Hujan (mm)

300 2.3 1500 0.0


14.0
330 0.8 1530 0.0

12.0 400 1.8 1600 0.0


430 1.0 1630 0.0

10.0 500 0.3 1700 0.0


530 0.5 1730 0.0
8.0 600 0.0 1800 0.0
630 0.0 1830 12.5
6.0 700 0.8 1900 17.3
730 0.0 1930 0.5
4.0 800 0.0 2000 0.5
830 0.0 2030 0.0
2.0 900 0.0 2100 0.3
930 0.0 2130 0.0
0.0 1000 0.0 2200 0.0
1030 0.0 2230 0.0
1100 0.0 2300 0.0
1130 0.0 2330 0.0
Jam

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH

• Contoh data ch bulanan stasiun 02 35’ LS dan 140  31’ BT dan 88 m dpl

Thn JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Tahunan

1969 119 341 267 101 54 76 200 41 174 95 83 201 1752


1970 204 106 172 213 130 118 172 36 46 141 97 257 1692
1971 246 150 360 201 206 171 56 48 178 68 178 86 1948
1972 134 131 320 79 151 25 70 128 30 9 85 134 1296
1973 331 205 407 83 150 65 125 76 83 116 171 112 1924
1974 45 114 276 114 89 82 92 15 39 177 173 157 1373
1975 200 146 187 128 108 115 38 105 77 111 117 222 1554
1976 242 140 317 245 45 164 145 147 153 100 210 426 2334
1977 176 158 369 295 99 70 115 112 55 248 45 236 1978
1978 167 242 118 310 61 56 16 129 54 94 119 419 1785
Rataan 186 173 279 177 109 94 103 84 89 116 128 225 1764
Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH

300

250
CH Bulanan (mm)

200

150

100

50

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Bulan
Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH

• Analisis ch bulanan untuk mendapatkan peluang hujan


•peluang CH : peluang Tahun JAN Tahun JAN
CH akan melampaui 1969 119 1973 331
nilai tertentu dengan 1970 204 1971 246
peluang terjadinya 1971 246 1976 242
sebesar x %.
1972 134 1970 204
•analisis sederhana 1973 331 1975 200
dengan metode ranking 1974 45 1977 176
(data diurutkan) 1975 200 1979 167
1976 242 1972 134
1977 176 1969 119
1978 167 1974 45
Rataan 186 Rataan 186
Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH

• Analisis ch bulanan untuk mendapatkan peluang hujan


Tahun JAN
•P(CH) = data ke-i/(jumlah data + 1)
1973 331
1971 246
•P(CH  45 mm) = 10/(10+1) = 91%
1976 242
1970 204 •P(CH  150 mm) = 7/(10+1) = 64%
1975 200
1977 176 •P(CH  186 mm) = 5/(10+1)= 46%
1979 167
1972 134
1969 119
1974 45
Rataan 186
Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH wilayah
1. Metode rata-rata Aritmatik
a. CH bulanan stasiun pada suatu wilayah
dijumlahkan
b. CH rata-rata wilayah pada suatu bulan didapat
dengan membagi total CH semua stasiun pada
bulan tersebut dengan jumlah stasiun yang ada
n
Rb   Rb ,i / n Rata-rata CH bulan ke b
i 1

12
Rt   Rb Rata-rata CH tahunan hasil
b 1 penjumlahan Rb
n
Rt   Rt ,i / n Rata-rata CH tahunan hasil rata-
i 1 rata tahunan tiap stasiun
Meteorology for better life
Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH wilayah

2. Metode Isohyet
a. Siapkan peta batas wilayah dan peta lokasi jaringan stasiun

b. Buat isohyet dari jaringan stasiun CH tersebut ◙
c. Hitung luas wilayah diantara 2 isohyet dan konversikan
dalam persen (%) ◙
d. Hitung rata-rata CH diantara 2 isohyet ◙
e. Kalikan rata-rata CH diantara 2 isohyet dengan persentase
luas wilayah diantara 2 isohyet ◙
f. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan menjumlahkan
hasil perkalian pada point e. (rata-rata CH diantara 2
isohyet dikalikan persentase luas wilayah diantara 2 isohyet)

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH wilayah

Metode Isohyet
Isohyet Luas Luas Rata-rata Curah hujan
(inch) Wilayah Wilayah curah (inch)
(km2) (%) hujan (3)x(4
(inch)

(a) (b) (c) (d) (c) x (d) /


100%
4 1.11 2.96 4.1 0.121

3 12.47 33.00 3.5 1.155

2 13.10 34.93 2.5 0.873

1 10.92 29.11 1.5 0.448

Total 37.50 100.00 11.6 2.607


Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH wilayah

3. Metode Poligon Theissen (Rata-rata Berbobot)


a. Menggunakan luas poligon yang mengelilingi stasiun
hujan sebagai pembobot
b. Siapkan peta batas wilayah dan lokasi stasiun CH ◙
c. Buat poligon setiap stasiun hujan ◙
d. Hitung luas wilayah poligon yang mengelilingi stasiun
hujan dan konversikan dalam persen ◙
e. Kalikan CH stasiun dengan persentase luas poligon
yang mengelilingi stasiun tersebut (hasil point d.) ◙
f. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan
menjumlahkan hasil perkalian pada point e. (CH pada
suatu stasiun dengan persentase luas poligon yang
mengelilingi stasiun tersebut) ◙

Meteorology for better life


Pengukuran dan analisis data hujan – Analisis data CH wilayah

Poligon Theissen (Rata-rata Berbobot)


Curah Curah
Luas sub- Luas sub-
hujan hujan
wilayah (km2) wilayah (%)
(inch) (inch)
(a) (b) (c) (a)x(c)
1.62 6.10 16.27 0.264
4.23 8.36 22.30 0.944
0.83 1.65 4.40 0.037
2.10 7.53 20.10 0.422
1.84 0.84 2.24 0.041
3.66 4.70 12.54 0.459
2.83 0.73 1.95 0.055
2.54 6.16 16.43 0.417
0.91 1.41 3.78 0.034

37.48 100.00 2.673


Penyebaran Awan dan Distribusi Curah Hujan

Meteorology for better life


Penyebaran Awan dan Distribusi CH – Faktor penyebab

• Distribusi CH di dunia karena faktor :


1. Posisi relatif matahari terhadap bumi dan
sirkulasi global (hadley cell, ferrel cell dan polar
cell)
2. Sirkulasi termohalin
Penyebaran Awan dan Distribusi CH – Distribusi awan (ITCZ)

• Fenomena cuaca yang calm, tanpa hembusan angin di sekitar


equator yang disebut “doldrums” 5°LU – 5°LS
• Pertemuan bersama antara angin pasat utara dan selatan bumi
dalam suatu zona tekanan udara rendah yang juga di sebut ITCZ

Meteorology for better life


Penyebaran Awan dan Distribusi CH – Distribusi awan (ITCZ)

• Wilayah dengan konvergensi massa udara dari dua belahan


bumi dengan tingkat keawanan cukup tinggi
• Bergerak mengikuti posisi matahari terhadap bumi
• Posisi di utara (Juli) dan di selatan (Januari)
• Intensitas radiasi yang tinggi  ET tinggi  RH tinggi 
keawanan tinggi  CH tinggi
• Daerah surplus air (CH >ET)
(wilayah 18 °LU – 12 °LS)
• Wilayah hutan hujan tropis
Penyebaran Awan dan Distribusi CH – Distribusi awan (ITCZ)

Meteorology for better life


Penyebaran Awan dan Distribusi CH - Distribusi CH
Penyebaran Awan dan Distribusi CH – Distribusi CH
Distribusi CH dan Penyebaran Awan – Tipe hujan di Indonesia
• Pembagian wilayah Indonesia menurut pola (Modified from DPI-Australia,
2002)

400
400

300
300

200
200

100
100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tipe Lokal

400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tipe 400

Equatorial
300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tipe
Monsoon
Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis)

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Definisi

• Sistem dari interaksi antara lautan Pasifik di sekitar equator dengan


atmosfer di atasnya
• Salah satu indikator utama dalam mengobservasi fluktuasi sistem
ENSO adalah dengan mengamati perubahan temperatur
permukaan laut di lautan Pasifik di sekitar equator
• Fenomena El Niño and La Niña merupakan dua kondisi yang
berlawanan dari sistem ENSO
• El Niño terjadi jika temperatur permukaan lautan Pasifik di sekitar
equator lebih hangat dari rata-ratanya, sedangkan La Niña jika lebih
dingin dari rata-ratanya
• Jika sebuah fenomena El Niño atau La Niña terbentuk, maka akan
terus berlanjut dalam jangka waktu setahun

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Proses

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Dampak

• Kondisi dari sistem ENSO berfluktuasi setiap tahunnya.


• Perubahan kondisi sistem ENSO mempengaruhi kondisi iklim
(unsur ch dan temperatur) di banyak lokasi di dunia
• Selama kejadian El Niño atau La Niña akan terjadi kondisi iklim
tertentu yang berbeda dengan kondisi normal
• Di beberapa lokasi perubahan kondisi sistem ENSO memicu
terjadinya perubahan iklim lokal dari tahun ke tahun
• Fenomena ENSO cenderung terjadi setiap beberapa tahun, dan
secara umum mempengaruhi kondisi iklim secara konsisten,
maka informasi mengenai ENSO dapat digunakan untuk
menduga climate (climate forecasting)

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Dampak ENSO

• Anomali hujan Rata-rata curah hujan di beberapa stasiun di Jawa dan Bali pada
tahun normal, El-Nino dan La-Nina untuk musim hujan (Nov-Feb), musim
kering I (Mar-Jun) dan musim kering II (Jul-Okt). Sumber: (Las et al., 1999)

1400 Normal
La-Nina
1200
El-Nino
1000
Curah Hujan

800

600

400

200

0
Okt-Jan (MH) Feb-Mei (MK I) Jun-Sep (MK II)

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Dampak ENSO

• Anomali hujan rata-rata di Indonesia pada tahun El-Nino, Normal dan


La-Nina (IRI, 1995)
Indonesia (Jun-Nov 1890-1989)
50
Tahun El Nino
40 Tahun La Nina
Frekuensi (% tahun)

Semua Tahun
30

20

10

0
-7.5 -5.5 -3.5 -1.5 0.5 2.5
Anomali (cm/bulan)
Meteorology for better life
Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Siklon tropis

• Siklon tropis merupakan sistem angin pusaran yang melanda daerah


pusat tekanan rendah di wilayah tropika

surya

Pemanasan
intensif

Kerapatan udara Pusat tekanan


Daerah Tropika
berkurang rendah

Sumber gangguan
cuaca

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Siklon tropis

• Sebaran dan frekuensi siklon tropis di dunia

Meteorology for better life


Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis) – Siklon tropis

• Gambaran potongan melintang dari sebuah siklon tropis

Meteorology for better life


A hypothetical hurricane moves northward at 50 km/hr. Along the
right-hand side, the 200 km/hr winds are in the same direction as the
movement of the storm, so there is a net-wind speed of 250 km/hr.
On the left side, the net winds are southward at 150 km/hr.
Meteorology for better life
Meteorology for better life
Awan dan Hujan – Air dan kehidupan

• BOGOR, Indonesia: Kota Hujan


• BERGEN, Norwegia: Rain City

Meteorology for better life


Departemen Geofisika dan Meteotologi,
Gedung FMIPA Wing 19 Level 4
Kampus IPB Darmaga, Bogor – Indonesia
0251-8623850 - http://geomet.ipb.ac.id

TERIMA KASIH

Applied Meteorology for better lifeMeteorology for better life | http://geomet.ipb.ac.id


http://geomet.ipb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai