Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Agronomi
DISUSUN OLEH:
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat-Nya saya di berikan kesehatan untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Dan berkat Ridho-Nya pula saya diberi kekuatan
untuk membuat makalah yang berjudul “Pengembangbiakan Tanaman Dengan Kultur
Jaringan” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar agronomi.
Ucapan Terima Kasih tak lupa saya sampaikan kepada para pihak yang sejak awal telah
banyak memberikan referensi, dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya pembuatan
makalah ini, diantaranya :
Karena saya masih dalam tahap pembelajaran, tentunya saya secara sadar mengakui
masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya untuk membangun
kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini saya memohon Maaf apabila terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ...........................................................................................1
BAB II ..........................................................................................3
Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan
bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi
harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui
teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan
karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat
sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan
melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama
dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam
jumlah banyak dan bebas penyakit.
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ
atau bagian tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali.
Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu
kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
1.2 Tujuan
12. Apa saja kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan?
Teori yang melandasi kultur jaringan ini adalah teori totipotensi sel (Schwann dan
Schleiden) yang menyatakan bahwa sel memiliki sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel
tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang
lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori
ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak
diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi
organisme yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti
daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman
utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.
Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman
anggrek. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh
bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi
yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam
medium aseptik yang mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam
kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali.
Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu :
1. Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah
ditentukan.
2. Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya.
4. Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya
ditanam daam media induksi untuk pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan.
Teknik kuljar secara in vitro, beberapa syarat sesuai dengan prinsip dasar kuljar yang harus
diketahui antara lain :
Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan
Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi (total genetic potential) sel, yaitu bahwa
setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis
yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan
organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda,
inflorescentia, buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan
sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair
dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel
atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa
kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding
selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan
agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya
untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik
maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
Kelebihan:
Sedangkan kekurangannya:
Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;
Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus), peralatan dan perlengkapan;
Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
Buah akan memiliki warna yang menarik dan sifat lain yang tentu lebih menguntungkan
Tapi, dari banyak kelebihan, ada beberapa kekurangan jika menggunakan teknik kultur
jaringan untuk budidaya buah.
Kita tidak dapat mengubah tanaman maupun buah yang dihasilkan. Semua itu karena teknik
ini menggunakan teori dasar dari kultur in vitro, yaitu totipotensi. Teori tersebut menyatakan
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena semua bagian tanaman
merupakan jaringan yang hidup.
Jadi, organisme baru yang berhasil tumbuh menggunakan teknik kultur jaringan tentu akan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Alat-alat yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus dalam keadaan
steril. Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset
dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam
bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya dapat disterilkan dengan pemanasan namun
pisaunya dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena itu
untuk bladenya dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan
kaporit.
Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum penanaman adalah; Pinset,
Gunting, Gagang scapel, Kertas saring, Petridish, Botol-botol kosong, Jarum, Pipet
Peralatan kultur jaringan:
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), alat ini letaknya di ruang penabur, yaitu ruang yang selalu
harus dalam keadaan steril. alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
Entkas, merupakan bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama
seperti (LAFC)
Shaker (penggojok), merupakan alat penggojok yang putarannya dapat diatur menurut
kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada
eksplan anggrek atau untuk membentuk protokormus atau sering disebut plb (protocorm
like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman.
Autoklaf, merupakan alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jarinang tanaman.
Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn
yang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat kecil. Alat ini
berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur
jaringan.
Stirer, alat ini berfungsi untuk menggojok dengan pemanas. Dengan menggunakan listrik,
alat ini berfungsi sebagai kompor disamping sebagai penggojok.
Erlenmeyer, alat ini digunakan dalama kultur jaringan tanaman sebagai sarana
menuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan.
Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan digunakan.
Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air suling
dalam pembuatan medium.
Petridish, merupakan semacam jenis gelas piala yang mutlak dibutuhkan dalam kultur
jaringan.
Pinset dan Scalpel, pinset digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau
untuk menanam eksplan
Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan pinset) di dalam
laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita mengerjakan penanaman atau sub-
culture.
Tabung Reaksi, digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.
2.6 Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan
Fasilitas laboratorium kultur jaringan di bagi dalam beberapa bagian yang fungsinya
satu sama lainnya berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula. Laboratorium
kultur jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian atau ruangan-
ruangan yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba. Ruang-ruang dalam kultur
jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:
Bila dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang telah
dikenal sekarang antara lain adalah:
1) Kultur meristem.
2) Kultur antera
3) Kultur endosperma
4) Kultur suspensi sel
5) Kultur protoplas
6) Kultur embrio
7) Kultur spora
8) Dan lain-lain
c. Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian menjadi
planlet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus
yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera
dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami
browing atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
2.8 Tahapan Kultur Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan
dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.
b. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme,
sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini
juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru,
sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya
paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu
sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini,
perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas
cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara
adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya
dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan
hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang
digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin
seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap
pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas
yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas.
Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin.
Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas
secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang,
tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan
sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas
in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya
mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
f. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara
masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti
rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini
disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap
ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil
jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang
sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat
secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan.
Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang
sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena kontaminasi
sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri,
jamur, virus, dll). Upaya mencegah terjadinya kontaminsi:
3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya, kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan
ke dalam media kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru
dengan cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Dalam kultur jaringan digunakan eksplan, yaitu sel atau irisan jaringan tanaman yang
akan menjadi benih tanaman yang baru nanti setelah di kultur jaringan. Faktor eksplan yang
perlu diperhatikan adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah pucuk muda,
batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
Tanaman yang dimanfaatkan dalam kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom, dan sifat
Totipotensi.
1. Autonom artinya dapat mengatur aktivitas hidup sendiri, sehingga tumbuhan yang
bersifat Autonom akan dapat mengatur aktvitas yg dilakukannya sendiri.
2. Totipotensi artinya kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang
sempurna atau untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Jadi sifat
totipotensi ( total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup
dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
3.2. Saran
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Hal ini
dikarenakan kurangnya dana dan fasilitas. Saya mensarankan kepada pemerintah,
sebaiknya pemerintah ikut memperhatikan masalah mengenai pertanian terutama dalam
metode kultur jaringan yang seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.
Juga kepada Universitas Bale Bandung, untuk mengagendakan pembuatan laboratorium
kultur jaringan di masa yang akan datang supaya para mahasiswa khusus nya fakultas
pertanian dan umumnya para mahasiswa lainnya dapat dengan mudah mempraktekkan
teori yang didapat mengenai kultur jaringan. Saya harap saran dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://thafransisca.wordpress.com/
http://rsf-gudangilmu.blogspot.com/2009/11/kultur-jaringan-dan-teori-totipotensi.html/
http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan/
http://www.generasibiologi.com/2011/08/kultur-jaringan-tumbuhan.html
https://hipmagrounswagati.wordpress.com/2013/11/25/pengertian-tahapan-macam-
macam-dan-manfaat-kultur-jaringan/