Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AGRONOMI

PENGEMBANGBIAKAN TANAMAN DENGAN KULTUR JARINGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Agronomi

DISUSUN OLEH:

Adha Ichsan Wahbi Naiman Solihin


101170010 101170030

Indriani Nur Anisa


101170002 102170008s

M. Cecep Romi Y Nita Purnamasari


101170004 101170005

Mayangsari Septian Firmansyah


101170003 101170036

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Bale Bandung

Jl. Raden AA Wiranatakusumah no.7, Baleendah, Bandung, Jawa Barat 40375

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat-Nya saya di berikan kesehatan untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Dan berkat Ridho-Nya pula saya diberi kekuatan
untuk membuat makalah yang berjudul “Pengembangbiakan Tanaman Dengan Kultur
Jaringan” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar agronomi.

Ucapan Terima Kasih tak lupa saya sampaikan kepada para pihak yang sejak awal telah
banyak memberikan referensi, dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya pembuatan
makalah ini, diantaranya :

1. Yudi Yusdian, SP,.MP selaku dosen mata kuliah Dasar-dasar Agronomi.


2. Orang tua yang telah memberi motivasi dan materi.
3. Serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam segala hal.

Karena saya masih dalam tahap pembelajaran, tentunya saya secara sadar mengakui
masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya untuk membangun
kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini saya memohon Maaf apabila terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandung, …. November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................i

Daftar Isi .....................................................................................ii

BAB I ...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................1


1.2 Tujuan ................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah ..............................................................2
1.4 Landasan Teori ..................................................................2

BAB II ..........................................................................................3

2.1 Pengertian Kultur Jaringan .................................................3

2.2 Prinsip Dasar Kultur Jaringan ..............................................4

2.3 Tipe-Tipe Kultur Jaringan ....................................................6

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan.........................7

2.5 Peralatan Kultur Jaringan....................................................9

2.6 Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan ................................11

2.7 Metode Pelaksanaan Kultur Jaringan..................................14

2.8 Tahapan Kultur Jaringan .....................................................16

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Regenerasi ..................18

2.10 Kendala dan Masalah Kultur Jaringan ...............................19

BAB III .........................................................................................22

3.1 Kesimpulan .........................................................................22

3.2 Saran ..................................................................................23

Daftar Pustaka ............................................................................24


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan
bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.

Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi
harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui
teknik kultur jaringan.

Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan
karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat
sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan
melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama
dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam
jumlah banyak dan bebas penyakit.

Kultur jaringan adalah metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ
atau bagian tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali.

Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu
kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

1.2 Tujuan

untuk mengetahui lebih dalam mengenai perkembangbiakan vegetatif melalui kultur


jaringan. Termasuk di dalamnya tahapan dan manfaat kultur jaringan itu sendiri. Serta
keterkaitan antara teori totipotensi dengan perbanyakan melalui kultur jaringan.
1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kultur jaringan?

2. Apa prinsip dasar dalam kultur jaringan?

3. Apa keterkaitan antara teori totipotensi dengan kultur jaringan?

4. Apa saja tipe-tipe kultur jaringan?

5. Apakah kelebihan dan kekurangan dari kultur jaringan?

6. Apa perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan?

7. Apa saja peralatan yang dipakai dalam kultur jaringan?

8. Apa saja fasilitas laboratorium kultur jaringan?

9. Apa metode pelaksanaan kultur jaringan?

10. Apa saja tahapan dalam kultur jaringan?

11. Apa saja yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan?

12. Apa saja kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan?

1.4 Landasan Teori

Teori yang melandasi kultur jaringan ini adalah teori totipotensi sel (Schwann dan
Schleiden) yang menyatakan bahwa sel memiliki sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel
tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang
lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori
ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kultur Jaringan

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak
diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi
organisme yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti
daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman
utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas).

Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.
Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman
anggrek. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh
bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi
yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam
medium aseptik yang mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.

2.2 Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam
kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali.
Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu :

a. Bahan tanam yang totipotensi


Konsep dasar ini mutlak ada dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan karena hanya
dengan adanya sifat totipotensi ini sel jaringan organ yang digunakan akan mampu tumbuh
dan berkembang sesuai arah dan tujuan budidaya in vitro yang dilakukan. Namun, sifat
totipotensi lebih besar dimilki oleh bagian yang masih muda dan banyak dijumpai pada
daerah meristem. Bahan tanam yang dalam bentuk potongan organ yang terdapat pada
derah-daerah pertumbuhan sementara ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan dan
sering terbukti dapat tumbuh dan berkembang adalah:

1. Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah
ditentukan.
2. Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya.
4. Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya
ditanam daam media induksi untuk pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan.

b. Budidaya yang terkendali


Sifat bahan yang totipotensi saja tidak cukup untuk kesuksesan kegiatan kultur jaringan.
Prinsip dasar budidaya yang terkendali ini meliputi :

1. Keadaan media tempat tumbuh


2. Lingkungan yang mempengaruhi
3. Keharusan sterilisasi

Teknik kuljar secara in vitro, beberapa syarat sesuai dengan prinsip dasar kuljar yang harus
diketahui antara lain :

 Memilih eksplan yang baik.


 Untuk mendapatkan eksplan yang baik dan mudah tumbuh, dipilih bagian organ yang
masih bersifat meristematik.
 Penggunaan medium yang cocok. Media yang biasa digunakan untuk pembuatan
kuljar murni adalah PDA.
 Keadaan yang aseptik. Keadaan yang aseptik ini meliputi sterilisasi eksplan, media,
alat-alat, ruang steril dan ruang kultur (entkas / tempat khusus untuk menanam
eksplan ke dalam medium).
 Pengaturan udara yang baik

Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan
Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi (total genetic potential) sel, yaitu bahwa
setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis
yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.

2.3 Tipe- tipe Kultur Jaringan

Tipe-tipe kultur, yakni:

1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.

2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan
organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda,
inflorescentia, buku batang, akar dll.

3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan
sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.

4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair
dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel
atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa
kalus atau jaringan meristem.

5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding
selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan
agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya
untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik
maupun interspesifik).

6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan

Kelebihan:

 Sifat identik dengan induknya;


 Perbanyakan dalam waktu singkat;
 Tidak perlu areal pembibitan yang luas;
 Tidak dipengaruhi oleh musim;
 Tanaman bebas jamur dan bakteri.

Sedangkan kekurangannya:

 Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;
 Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
 Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus), peralatan dan perlengkapan;
 Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
 Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.

Manfaat Kultur Jaringan

• Melestarikan sifat tanaman induk


• Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama
• Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
• Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus
• Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah
• Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah
direkayasa dikembangkan melalui kultur jaringan sehingga menjadi tanaman baru
secara lengkap
• Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.

Kelemahan Kultur Jaringan

• Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi


• Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan keahlian
khusus
• Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam
kondisi lembap dan aseptik.

Keuntungan Kultur Jaringan

 Pengadaan bibit tidak tergantung musim


 Bibit yang dihasilkan seragam
 Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
 Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan
lingkungan lainnya
 Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
 Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman
dewasa
 Mendapat tanaman baru dalam jumlah yang banyak tetapi membutuhkan waktu
yang relatif singkat.
 Sifat fisiologis dan morfologis tanaman yang dihasilkan sama persis dengan
induknya.
 Mendapatkan tanaman baru yang lebih unggul
 Dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan tidak terbatas.
 Membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat.
Lalu, keuntungan menggunakan teknik kultur jaringan dalam budidaya buah adalah
sebagai berikut.

 Buah yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang seragam.


 Rasa buahnya pun akan seragam.

Buah akan memiliki warna yang menarik dan sifat lain yang tentu lebih menguntungkan

Kerugian Kultur Jaringan

Tapi, dari banyak kelebihan, ada beberapa kekurangan jika menggunakan teknik kultur
jaringan untuk budidaya buah.

Kita tidak dapat mengubah tanaman maupun buah yang dihasilkan. Semua itu karena teknik
ini menggunakan teori dasar dari kultur in vitro, yaitu totipotensi. Teori tersebut menyatakan
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena semua bagian tanaman
merupakan jaringan yang hidup.

Jadi, organisme baru yang berhasil tumbuh menggunakan teknik kultur jaringan tentu akan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.

2.5 Peralatan Kultur Jaringan

Alat-alat yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus dalam keadaan
steril. Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset
dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam
bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya dapat disterilkan dengan pemanasan namun
pisaunya dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena itu
untuk bladenya dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan
kaporit.

Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum penanaman adalah; Pinset,
Gunting, Gagang scapel, Kertas saring, Petridish, Botol-botol kosong, Jarum, Pipet
Peralatan kultur jaringan:

 Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), alat ini letaknya di ruang penabur, yaitu ruang yang selalu
harus dalam keadaan steril. alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
Entkas, merupakan bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama
seperti (LAFC)
 Shaker (penggojok), merupakan alat penggojok yang putarannya dapat diatur menurut
kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada
eksplan anggrek atau untuk membentuk protokormus atau sering disebut plb (protocorm
like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman.
 Autoklaf, merupakan alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jarinang tanaman.
 Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn
yang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat kecil. Alat ini
berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur
jaringan.
 Stirer, alat ini berfungsi untuk menggojok dengan pemanas. Dengan menggunakan listrik,
alat ini berfungsi sebagai kompor disamping sebagai penggojok.
 Erlenmeyer, alat ini digunakan dalama kultur jaringan tanaman sebagai sarana
menuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan.
 Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan digunakan.
 Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air suling
dalam pembuatan medium.
 Petridish, merupakan semacam jenis gelas piala yang mutlak dibutuhkan dalam kultur
jaringan.
 Pinset dan Scalpel, pinset digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau
untuk menanam eksplan
 Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan pinset) di dalam
laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita mengerjakan penanaman atau sub-
culture.
 Tabung Reaksi, digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.
2.6 Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan

Fasilitas laboratorium kultur jaringan di bagi dalam beberapa bagian yang fungsinya
satu sama lainnya berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula. Laboratorium
kultur jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian atau ruangan-
ruangan yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba. Ruang-ruang dalam kultur
jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:

a. Ruang Tidak Steril


 Ruang Tamu
Dalam laboratorium kultur jaringan sebaiknya di lengkapi dengan ruang tamu, karena
biasanya laboratorium kultur jaringan selalu di datangi tamu baik tamu yang ingin
melihat sarana dan suasana laboratorium maupun tamu ingin membeli hasil biakan
kultur jaringan.
 Ruang Administrasi
Segala surat-menyurat tentang pembelian alat-alat laboratorium, pembelian media
kultur jringan, penjualan bibit-bibit hasil biakan kultur jaringan, dan transaksi-
transaksi ataupun perjanjian-perjanjian kerja sama tentang penelitian dilaksanakan di
dalam ruangan administrasi.
 Ruang Staf
Laboratorium kultur jaringan membutuhkan staf peneliti dalam jumlah banyak,
tujuannya adalah agar dapat di adakan pembagian kerja sesuai dengan spesialisasinya
masing-masing. Di dalam ruang staf ini dapat pula di lakasanakan diskusi antar staf
pada waktu berkumpul bersama.
 Kamar Mandi dan WC
Ruang kultur jaringan harus dalam suasana bersih untuk menghindari kontaminasi
oleh mikroba. Bila pekerja akan memasuki ruangan penabur atau ruang inkubator,
tubuh dan pakaiannya harus bersih, tidak berkeringat dan tidak berdebu
 Ruang Ganti Pakaian
Untuk menghindari timbulnya kontaminasi oleh mikroba, maka para karyawan di
dalam laboratorium kultur jaringan perlu memakai pakaian yang bersih, dalam arti
baru di cuci. Oleh karena itu dalam ruangan kultur jaringan perlu di adakan ruang ganti
pakaian.
 Ruang Tempat Penyimpanan Bahan Kimia dan Alat-alat dari Gelas
Komponen bahan kimia penyusun media kultur jaringan sangat banyak macamna.
Oleh karena itu, penyimpanannya memerlukan pengaturan yang khusus supaya
mudah mecarinya. Penyimpanan yang tidak teratur akan memperlambat dalam
pekerjaan, misalnya dalam mencari salah sau komponen media saja membutuhkan
waktu yang lama. Bahan kimia yang mahal harganya seperti hormon tumbuh dan
enzim untuk isolasi protoplas harus disimpan dala ruangan yang sejuk. Alat-alat dari
gelas seperti erlenmeyer, gelas ukur dan alat gelas lainnya perlu disimpan dalam
almari tersendiri.
 Ruang Preparasi
Di dalam ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-alat
laboratorium yang akan digunakan. Peralatan yang ada antara lain keranjang-
keranjang plastik untuk tempat peralatan yang baru dicuci.
 Ruang Penimbangan dan Sterilisasi
Bermacam-macam media kultur jaringan dijual dalam bentuk kemasan dengan harga
yang relatif mahal. Oleh karena itu, staf labolatorium lebih senang meramu sendiri
medum tanam yang dibutuhkannya.dengan demikian dibutuhkan lat untuk
menimbang semua komponen bahan kimia tersebut. Misalnya menimbang bahan
kimia makro dan mikro.
 Rumah Kaca (Green House)
Rumah kaca adalah suatu bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian atasnya
terbuat dari kaca. Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat meletakkan
pot-pot bibit tanaman.
b. Ruang Tidak Mutlak Steril
 Ruang Planlet
Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan dapat
mencapai sekitar 25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang
berisi planlet jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini
perlu disediakan rak-rak alumuniaum yang dasarnya berlobang-lobang untuk
meletakkan botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.
 Ruang Inkubator
Eksplan yang sudah ditanam dalam media kultur jringan perlu dipantau
pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini perlu ruangan khusus yang
keadaannya lebih steril dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator. Ruang inkubator
harus memiliki suhu kurang lebih 25OC dan harus dilengkapi dengan lampu-lampu
neon, karena eksplan yang ditumbuhkan dalam ruangan inkubasi membutuhkan
temperatur dan cahaya yang dapat diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.
 Ruang Shaker dan Enkas.
Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator akan
menghasilkan kalus. Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel,
yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan menggunakan media cair
(media yang tidak menggunakan zat pemadat atau agar), kemudian digojok di atas
shaker. Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah
asing disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat
padat dan berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka
sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan menjadi planlet.
Enkas juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan shaker, kegunaan enkas ini
sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu untuk menabur eksplan.
c. Ruang Mutlak Steril
 Ruang Penabur
Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu 2×3 m2.
tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya tidak membutuhkan waktu
yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah
dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96%
dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang
dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur
akan digunakan.
Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus dimatikan
terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan calon penabur
diperbolehkan memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya, pada saat akan keluar lampu
neon di matikan dan setelah keluar menutup daun pintu kembali lampu ultra violet
dinyalakan. Dengan demikian steril ruangan dapat dijamin.

2.7 Metode Pelaksanaan Kultur Jaringan


Metode Kultur Jaringan:
a. Dilihat dari Macam Media Tanam
Teknik kultur jaringan dapat dilaksanakan dengan dua metode yaitu:

 Metode Padat (Solid Method)


Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan medium
diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas sehingga kalus dapat
tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah media yang mengandung semua komponen
kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat
pemadat. Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau
agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan untuk media padat untuk
kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk
menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan
kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam.
Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi kalus, karena tempat area kalus
yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh medium.
Metode padat dapat digunakan untuk metode kloning, untuk menumbuhkan protoplas
stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus setelah dipindahkan
dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan
(digabungkan).

 Metode Cair(Liquid Metho)


Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode padat, karena
untuk menumbuhkan kalus langsung dari eksplan sangat sulit sehingga keberhasilannya
sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang dapat berhasil.
Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel, yaitu untuk
menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari protokormus ini nantinya dapat tumbuh
menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita tidak perlu
memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak memerlukan zat
pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein/nutrisi.
b. Dilihat dari Bahan atau Eksplan yang Dipakai

Bila dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang telah
dikenal sekarang antara lain adalah:

1) Kultur meristem.
2) Kultur antera
3) Kultur endosperma
4) Kultur suspensi sel
5) Kultur protoplas
6) Kultur embrio
7) Kultur spora
8) Dan lain-lain

Dilihat dari Cara Pemeliharaan

c. Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian menjadi
planlet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus
yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera
dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami
browing atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
2.8 Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan
dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.

b. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme,
sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini
juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru,
sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya
paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

c. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.

d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul

Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu
sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini,
perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas
cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara
adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya
dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan
hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang
digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin
seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).

e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar

Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap
pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas
yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas.
Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin.
Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas
secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang,
tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan
sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas
in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya
mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.

f. Aklimatisasi

Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara
masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti
rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini
disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap
ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil
jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Proses Regenerasi


1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro: pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik,
pembentukan protocorm like bodies, dll
2. Eksplan
Merupakan bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan
tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada
cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan
adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari
muda, anther, embrio, dll.
3. Media Tumbuh.
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh,
dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain:
Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll.
Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan
penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan
adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-
D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA),
2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat
penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur,
panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.

2.10 Kendala dan Masalah Kultur Jaringan

Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang
sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat
secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan.
Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang
sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena kontaminasi
sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri,
jamur, virus, dll). Upaya mencegah terjadinya kontaminsi:

 Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan.


 Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar.
 Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari waktu yang
longgar.
2. Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering
membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa
pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan
tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3. Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal. Tanaman yang dihasikan
pendek-pendek atau kerdil. Pertumbuhan batang cenderung ke arah penambahan
diameter Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent. Pada daunnya tidak memiliki
jaringan pallisade..
4. Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dalam
jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman maka variasi genetik
adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena:
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak
terkontrol
Penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur -suspensi sel, hal
tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin akibat teknis
kultur, media atau hormon.
Cara mengatasi masalah variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan
aspek yang dikulturkan.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam
mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak
tumbuh.
Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam
yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai
dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi
medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan
pembesaran dirinya. Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis,
tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong induksi embriosomatik
dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat secara endogen atau eksogen.
6. Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuhan
dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh
persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan
prapelakuaan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan
tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan apat
berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya
harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan
alternatif pengelolaannya.
7. Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi
masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan,
suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada eksplan. Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang
lain berbeda, namun demikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan
inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu
ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa
diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada dasarnya, kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan
ke dalam media kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru
dengan cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian


tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptic yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.

Dalam kultur jaringan digunakan eksplan, yaitu sel atau irisan jaringan tanaman yang
akan menjadi benih tanaman yang baru nanti setelah di kultur jaringan. Faktor eksplan yang
perlu diperhatikan adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah pucuk muda,
batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
Tanaman yang dimanfaatkan dalam kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom, dan sifat
Totipotensi.

1. Autonom artinya dapat mengatur aktivitas hidup sendiri, sehingga tumbuhan yang
bersifat Autonom akan dapat mengatur aktvitas yg dilakukannya sendiri.
2. Totipotensi artinya kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang
sempurna atau untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Jadi sifat
totipotensi ( total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup
dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
3.2. Saran
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Hal ini
dikarenakan kurangnya dana dan fasilitas. Saya mensarankan kepada pemerintah,
sebaiknya pemerintah ikut memperhatikan masalah mengenai pertanian terutama dalam
metode kultur jaringan yang seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.
Juga kepada Universitas Bale Bandung, untuk mengagendakan pembuatan laboratorium
kultur jaringan di masa yang akan datang supaya para mahasiswa khusus nya fakultas
pertanian dan umumnya para mahasiswa lainnya dapat dengan mudah mempraktekkan
teori yang didapat mengenai kultur jaringan. Saya harap saran dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, D.A., dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Hapsoro, Drs. Biologi. Surakarta: Aspirasi.

Catatan hasil study tour ke Mekarsari, 26 Oktober 2010

https://thafransisca.wordpress.com/

http://rsf-gudangilmu.blogspot.com/2009/11/kultur-jaringan-dan-teori-totipotensi.html/

http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan/

http://www.generasibiologi.com/2011/08/kultur-jaringan-tumbuhan.html

https://hipmagrounswagati.wordpress.com/2013/11/25/pengertian-tahapan-macam-
macam-dan-manfaat-kultur-jaringan/

Anda mungkin juga menyukai