Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

OLEH :

MADE AYU RYAS PRIHATINI


(P07120216014)

3A /D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
A. DEFINISI PNEUMONIA

Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena
infeksi atau iritasi sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan
(Murwani,A, 2011). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda-benda asing (Mutaqqin, 2008)

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru


yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Sylvia, A. Price). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan
aspirasi substansia asing, berupa radang paru – paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasidan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya


disebabkan oleh agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia
adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun
jamur (Medicastore).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai pada jaringan
parenkim paru yang biasanya disebabkan karena infeksi bakteri dengan tanda
dan gejala seperti batuk, sesak napas, demam tinggi, disertai dengan
penggunaan otot bantu napas dan adanya bercak infiltrate pada jaringan paru
(Depkes RI 2002). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2002).
B. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan epidemiologis
Berdasarkan epidemiologi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), adalah
pneumonia yang berkembang di luar rumah sakit serta pneumonia
infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah
sakit
b. Pneumonia nasokomial (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi 72 jam atau lebih setelah
perawatan di rumah sakit karena penyakit lain atau prosedur
c. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan yang teraspirasi mungkin mengandung bakteri anaerobtik atau
penyebab lain dari pneumonia.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
2. Berdasarkan kuman penyebab
Menurut mikroorganisme penyebab, pneumonia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Pneumonia bakteri
1. Bakterial/tipikal
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-
paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut misalnya klebsiela pada penderita
alkoholik dan Staphylococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
2. Tidak khas/atipikal
Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik
diagnostik standar pneumonia pada umumnya dan tidak
menunjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam. Mikroorganisme
patogen penyebab pneumonia atipikal pada umumnya adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan Legionella
pneumophila.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal
dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga
36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit,
terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental
dan berwarna hijau atau merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
Menurut predileksi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri
yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru
penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi
paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan
udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.
3) Pneumonia interstialis (bronkhiolitis)
Radang pada dinding alveoli , peribronkhial dan interlobular
4. Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2
ISPA antara lain :
1) Pneumonia sangat berat : Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak
dapat minum.
2) Pneumonia berat: Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa
sianosis dan dapat minum.
3) Pneumonia sedang: Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada
dan pernafasan cepat.

C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui
droplet dan sering disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus
pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering
menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa. Pada bayi
dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan,
adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu (Menurut
Misnadiarly. (2008) :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri yang biasa didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa. serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma
(Said, 2010).
Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda
dengan anak yang lebih besar (Said, 2010). Etiologi pneumonia pada
neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri Gram
negatif seperti E. coli, Pseudomonas sp., atau Klebsiella sp. Pada bayi yang
lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja,
selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma
pneumoniae (Barson, 2011).
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus. Virus yang terbanyak ditemukan di negara maju penyebab pneumonia
pada anak adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan
Parainfluenza Virus
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos. Jamur yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda
Albicans, Mycoplasma Pneumonia
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi
yang premature. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.
Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carini pada jaringan paru atau
specimen yang berasal dari paru.
5. Faktor lain yang memengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP),
penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
• Umur dibawah 2 bulan
• Tingkat sosio ekonomi rendah
• Gizi kurang
• Berat badan lahir rendah
• Tingkat pendidikan rendah
• Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
• Kepadatan tempat tinggal
• Imunisasi yang tidak memadai
• Menderita penyakit kronis

D. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA


1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah

E. PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan
penyeraban kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan
kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan
stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke
permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses
fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel
makrofag dialveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya
kuman dan debris (Mansjoer, 2000).
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi
inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan
eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel
darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi
parsial bronkhi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang
terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi
dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer,
2002).
Etiologi (virus, bakteri, mokoplasma, protozoa)

Ketidakefektifan
Defisiensi Pengetahuan
Droplet terhirup Bersihan Jalan Nafas

Ketidaktahuan
pengetahuan, informasi Masuk pada alveoli Sesak, ronkhi

Nyeri Akut Reaksi peradangan Obstuksi saluran nafas

Merangsang IL-1 PMN (leukosit & Konsolidasi-


makrofag penumpukkan
meningkat) eksudat di alveoli
Zat endogen pyrogen

Mengaktifasi Gangguan difusi O2


Prostaglandin cytokine

Berdistribusi ke Ekstravasasi cairan BGA abnormal


hipotalamus ke alveoli
Konfusi, iritabilitas,
Respondispneu,
sianosis, batuk
Transportasi O2 pernafasan cuping
Hipertermi Suhu tubuh
terganggu hidung
meningkat
Gangguan
Pertukaran Gas
HR meningkat, Respon batuk
kelelahan, kelemahan

Intoleransi Aktivitas

Demam, berkeringat
Peningkatan Penggunaan otot
pemecahan cadangan bantu abdomen
Cairan tubuh <<
makanan

Risiko Kekurangan Ketidakseimbangan Refluk fagal


Volume Cairan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Mual, muntah

Gambar 1. “Pohon Masalah Pneumonia”


Sumber : Misnadiarly (2008)., NANDA (2015-2017)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Chest x-ray
teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multipel abses/ infiltrat, empiema (staphylococcus);
penyebaran atau lokasi ilfiltrasi (bakterial); atau penyebaran/ ekstensif
nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray
mungkin bersih
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :
a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
c. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada
pneumonia stafilokok
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
4. Pemeriksaan darah.perifer lengkap
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umunnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000- 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Dan pergeseran LED
meninggi.
5. Biopsi paru (LED meningkat)
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat
dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin
meningkat, aspirasi biopsi jaringan paru

6. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah


Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil
dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti
bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru
untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus. Secara umum,
uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri
tipik. Akan tetapi, untuk deteksi infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma
dan Klamidia, serta beberapa virus seperti RSV, Sitomegalo, campak,
Influenza A dan B, peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengonfirmasi
diagnosis
8. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru – paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan. Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain
menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia).
9. Spirometrik static
Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
10. Bronkostopsi
Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
11. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
12. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
13. Pemeriksaan mikrobiologi
Dilakukan untuk penderita pneumonia berat yang dirawat di RS. Diagnosa
dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, dan
aspirasi paru.
14. C- Reactive Protein (CRP)
C-Reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh
hepatosit. Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri,
atau infeksi bakteri superfisialis dari profunda. Kadar CRP biasanya lebih
rendah pada infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda.
15. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2 > 35
% untuk mempertahankan saturasi O2 > 90 %
16. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan
atau disfungsi organ yaitu :
a) Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
b) Memerlukan vasopresor > 4 jam
c) Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
d) Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapi
secepatnya maka biasanya diberikan :
a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 – 70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5
hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab
infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari
resistensi antibiotic.
b. Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9%
dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada penderita
yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernapasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena
adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar
klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan
untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2
l/menit secara rumat.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien harus
ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, usahakan
keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NACL
0,9% dalm perbandingan 3:1 ditambahkan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek
selain memperoleh infuse. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi
menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan
kesempatan bayi bernafas.
G. KOMPLIKASI
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2003, komplikasi pneumonia
yaitu :
1. Efusi Pleura
2. Empiema
3. Abses Paru
4. Pneumothoraks
5. Gagal nafas
6. Sepsis

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitas klien
tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.
b) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa : - Batuk
- Sesak nafas - Takipnea - Merintih – Sianosis
-Keluhan Tambahan : Manifestasi nonspesifik berupa: - Demam -
Gelisah - Nafsu makan berkurang - Malaise - Keluhan gastrointestinal
b. Keluhan saat pengkajian
Hal yang dikeluhkan pasien saat pasien dikaji
c. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri
tersebut.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada
pasien dengan riwayat alkoholik, post operasi, infeksi pernapasan, dan
klien dengan imonosupresi. Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat
menderita pneumonia dan 50% akan meninggal.
e. Riwayat keluarga
a) Social ekonomi
b) Lingkungan rumah
c) Penyakit keluarga
d) Genogram
c) Pengkajian pola kesehatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola
fungsi kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pada pasien pneumonia
pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang dikaji
mengenai :
a. Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit
pneumonia ?
b. Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?
c. Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
2. Pola Nutrisi : Pada pola ini, untuk pasien pneumonia, fokus yang
dapat dikaji mengenai:
a. Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan
(anoreksia) ?
b. Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan
berat badan ?
c. Apakah pasien mangalami mual muntah ?
d. Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
3. Pola Eliminasi: Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus yang
dikaji mengenai:
a. Apakah urine pasien berwarna bening kekuningan ?
b. Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
c. Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
d. Apakah feses pasien berwarna seperti kuning kecoklatan ?
4. Aktivitas dan Latihan: Pada pola ini pasien pneumonia, fokus yang
dikaji mengenai :

Kemampuan perawatan diri

Tabel 1. Skor

SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Skor: 0 = man0 = mandiri 3 = dibantu orang lain
&alat
0 = mandiri 3 = dibantu orang lain dan alat

1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Aktivitas sehari-hari
a. Apakah tanda gejala dari penyakit pneumonia
mengganggu aktifitasnya ?
b. Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan
malaise umum selama beraktifitas ?
Olah raga
a. Apakah pasien suka melakukan kegiatan olah raga? Jika
iya, jenis olah raga apa yang dilakukan pasien?

5. Tidur dan Istirahat : Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus


yang dikaji mengenai:
a. Bagaimanakah pola tidur pasien selama sakit? Yang
digambarkan dengan pukul berapa pasien mulai tidur dan
sampai pukul berapa pasien tidur saat malam hari?
b. Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang
digambarkan dengan berapa lama pasien tidur malam?
c. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid
Eye Movement)? Ataukah pasien mengalami pola tidur
REM (Rapid Eye Movement)?

6. Sensori, Presepsi dan Kognitif : Pada pola ini pneumonia, fokus yang
dikaji mengenai :
a. Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah
normal, gagap, atau berbicara tak jelas?
b. Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
c. Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
P (provoking atau pemacu) : hal factor yang
memperparah atau
meringankan nyeri
Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya,
tumpul, tajam, merobek)
R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
S (severity atau keganasan) : identitas (intensitas) dari
keluhan utama apakah
sampai mengganggu
aktivitas atau tidak
T (time atau waktu) : serangan, lamanya,
frekuensi, dan sebab

7. Konsep diri : Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji
mengenai:
Body image/gambaran diri
e. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat
tubuh?
f. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
g. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
h. Apakah pernah operasi?
i. Bagaimana proses patologi penyakit?
j. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
k. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
l. Apakah pasien mengalami overload peran?
m. Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
n. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
Self esteem/harga diri
o. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
Self ideals/ideal diri
p. Apakah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
8. Seksual dan Repruduksi : Pada pola ini pasien pneumonia pada
umumnya dikaji mengenai :
a. Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya ?
b. Apakah orang tau rajin membersihkan alat genetalia
anak ?
9. Pola Peran Hubungan : Pada pola ini pasien pneumonia pada
umumnya dikaji mengenai :
a) Apakah pasien sudah sekolah?
b) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
10. Manajemen Koping Stress : Pada pola ini pasien pneumonia
pada umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien
menangani masalah yang dimiliki anaknya dan bagaimana
cara orang tua pasien menggunakan system pendukung dalam
menghadapi masalah.
11. Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pada pola ini pasien pneumonia
pada umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien
memandang secara spiritual serta keyakinannya masing-
masing.
e) Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak, adanya
PCH, Adanya takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit), pernafasan cuping
hidung, penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen, sputum purulen, berbusa, bersemu darah,
batuk : Non produktif – produktif, demam menggigil, faringitis.
 Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya
meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat
celcius, turgor kulit menurun, peningkatan taktil fremitus di sisi yang
sakit, hati mungkin membesar.
 Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
 Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni
(bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi
bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada), ronchii pada lapang
paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik
melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) daripada melalui jaringan
normal.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA (2015-2017), diagnosa keperawatan pada pasien
dengan pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus berlebihan
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan
4. Nyeri akut b.d agens cedera biologis : infeksi
5. Hipertermia b.d penyakit
6. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar-kapiler
7. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
8. Risiko kekurangan volume cairan dibuktikan dengan kehilangan cairan
melalui rute normal.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Ketidakefektifa Setelah dilakukan Airway Airway Management
n bersihan jalan asuhan keperawatan Management 1. Agar mengetahui

nafas b.d mucus selama 3x 24 jam, 1. Monitor vital sign perubahan tanda vital dan

berlebihan diharapkan masalah 2. Posisikan pasien merencanakan tindakan


jalan nafas kembali untuk yang akan diberikan
efektif dengan px memaksimalkan 2. Agar jalan napas terbuka
mampu memenuhi ventilasi dengan baik
KH sebagai berikut: 3. Kolaborasi
NOC : pemberian 3. Agar membantu
 Status nebulizer mengencerkan secret
Pernapasan :
Kepatenan Jalan 4. Lakukan 4. Agar merelaksasi napas
Napas fisioterpai dada pasien, clapping dan
Kriteria Hasil : bila perlu vibrasi membantu
1. Menunjukkan 5. Ajarkan batuk merontokkan secret yang
kemampuan efektif menempel
untuk 5. Agar jalan napas pasien
mengeluarkan 6. Monitor respirasi tidak terhalang oleh sekret
sekret dan status O2 6. Agar mengetahui
2. Menunjukkan 7. Kolaborasi kebutuhan O2 pasien
frekuensi, irama dengan Dokter terpenuhi atau tidaknya
pernapasan dalam pemberian 7. Agar menghambat infeksi
normal obat yang terjadi
3. Tidak
menunjukkan Oxygen Therapy :
suara napas 1. Kolaborasi dalam 1. memenuhi asupan
tambahan dan pemberian oksigen oksigen yang adekuat
penggunaan otot
bantu napas.

2 Defisiensi Setelah dilakukan Pengajaran: Proses Pengajaran: Proses


pengetahuan b.d asuhan keperawatan Penyakit Penyakit
selama 3 x 24 jam,
kurang sumber diharapkan orang 1. Jelaskan 1. Agar orang tua
pengetahuan tua px mampu patofisiologi mengetahui patofisiologi
memenuhi KH penyakit penyebab pneumonia
sebagai berikut : 2. Jelaskan tanda 2. Agar orang tua
NOC : dan gejala umum mengetahui tanda dan
 Pengetahuan : dari penyakit gejala penyakit
Manajemen 3. Edukasi pasien pneumonia
Pneumonia mengenai 3. Agar orang tua
Kriteria Hasil : tindakan untuk mengurangi factor
1. Mengetahui mengontrol/memi penyebab timbulnya
proses terjadinya nimalkan gejala gejala
penyakit 4. Edukasi pasien 4. Agar orang tua mampu
pneumonia mengenai tanda mengenal dan
2. Mengetahui tanda dan gejala yang melaporkan tanda dan
dan gejala harus dilaporkan gejala yang serius
kekambuhan kepada petugas
penyakit kesehatan
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan Nutrition Nutrition Management
gan nutrisi asuhan keperawatan Management 1. Agar mengetahui

kurang dari selama 3 x 24 jam, 1. Monitor vital sign perubahan tanda vital dan
diharapkan px merencanakan tindakan
kebutuhan tubuh
mampu memenuhi 2. Kaji adanya alergi yang akan diberikan
b.d kurang
KH sebagai berikut : makanan 2. Agar dapat mengurangi
asupan makanan
NOC : resiko terjadinya
 Status Nutrisi 3. Anjurkan komplikasi
Kriteria Hasil : keluarga pasien 3. Agar dapat membantu
1. Menunjukkan untuk meningkatkan nutrisi
asupan makanan meningkatkan yang hilang
dan cairan yang asupan makanan
normal
2. Tidak Nutrition Nutrition Monitoring
menunjukkan Monitoring 1. Agar mengetahui ada atau
hidrasi 1. Monitor interaksi tidaknya masalah pada
anak atau orang interaksi terkait
tua selama makan pemenuhan nutrisi pasien
2. Monitor turgor 2. Elastisitas kulit kembali
kulit <2 detik berarti
3. Monitor mual dan kebutuhan cairan baik
muntah 3. Agar mengetahui output
pasien (oral)

4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management Pain Management


agens cedera asuhan keperawatan 1. Tentukan 1. Nyeri dada biasanya ada

biologis : selama 3 x 24 jam, karakteristik dalam beberapa derajat


diharapkan px nyeri, misal : dalam pneumonia, juga
infeksi
mampu memenuhi tajam, ditusuk, dapat timbul komplikasi
KH sebagai berikut : konstan. pneumonia seperti
NOC : perikarditis dan
 Pain Level 2. Pantau Tanda- endokarditis.
Kriteria Hasil : tanda Vital 2. Perubahan frekuensi
1. Nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik jantung atau TD
atau hilang relaksasi menunjukkan bahwa
2. Menunjukkan 4. Anjurkan dan pasien mengalami nyeri.
rileks, istirahat / bantu pasien 3. Tindakan non
tidur dan dalam teknik analgesikdiberikan
peningkatan menekan dada dengan sentuhan lembut
aktivitas dengan selama episode dapat menghilangkan
cepat batuk. ketidaknyamanan dan
5. Kolaborasi dalam memperbesar efek terapi
pemberian analgesic.
analgesik 4. Untuk mengurangi efek
ketidaknyamanan karena
rasa nyeri

5. Diharapkan dapat
membantu mengurangi
nyeri.

5 Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment Fever Treatment


b.d penyakit asuhan keperawatan 1. Monitor vital 1. Agar mengetahui
selama 3x 24 jam, sign perubahan tanda vital
pasien
diharapkan px 2. Monitor warna 2. Agar mengetahui
memenuhi KH : dan suhu kulit perubahan warna dan
NOC suhu tubuh pasien
 Thermoregulasi 3. Selimuti pasien 3. Menjaga suhu tubuh
Kriteria Hasil : 4. Berikan anti agar tetap hangat
1. Suhu tubuh piretik 4. Pemberian obat
dalam rentang 5. Kolaborasi penurun panas untuk

normal (36oC- pemberian mengurangi demam


cairan IV 5. Agar cairan dan nutrisi
37,5oC)
tetap terpenuhi
2. Nadi dan RR
dalam rentang
normal (nadi
100-
110x/menit,
Respirasi 20-
30x/menit)
3. Tidak ada
perubahan
warna kulit
dan tidak ada
pusing

6 Gangguan Setelah dilakukan Management Management Airway


pertukaran gas asuhan keperawatan Airway 1. Mengetahui status

b.d perubahan selama 3x 24 jam, 1. Monitor status respirasi klien lancar


diharapkan px respiratory dan ataukah ada gangguan
membrane
memenuhi KH : oksigenasi 2. Agar memudahkan jalan
alveolar-kapiler
NOC : 2. Posisikan pasien napas px
Respiratory untuk
Patency memaksimalkan 3. Melakukan clapping dan
ventilasi vibrasi untuk
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu 3. Lakukan merontokkan secret yang
mengeluarkan fisioterapi dada menempel
secret 4. Kolaborasi dalam 4. Membantu
2. Frekuensi pemberian mengencerkan secret
pernapasan nebulizer
normal (16-20
x/menit) 5. Kelola pemberian
3. Irama bronkodilator, 5. Bantu dengan alat napas
pernapasan sebagaimana jika sulit bernapas
normal mestinya
4. Oksigenasi
pasien adekuat
Oxygen therapy
. untuk memenuhi asupan
Kolaborasi dalam
oksigen yang adekuat
pemberian
oksigen

Manajemen asam- 1. untuk membuat klien agar

basa bernapas dengan baik tanpa

1. Pertahankan adanya gangguan

kepatenan jalan
napas
2. sebagai indikator adanya
2 Pantau pola
gangguan napas dan
pernapasan
indikator dalam tindakan
selanjutnya.

7 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Energi


aktivitas b.d asuhan keperawatan Energi 1. Agar mengetahui

tirah baring selama 3x 24 jam, 1. Kaji status kemampuan beraktivitas


diharapkan px fisiologis px yang sesuai dengan fungsi
memenuhi KH : menyebabkan tubuh px
NOC: kelelahan sesuai
 Daya Tahan dengan konteks 2. Pastikan px makan dan
Kriteria Hasil : usia dan minum cukup untuk
1. Menunjukkan perkembangan memenuhi nutrisi dalam
aktivitas fisik tubuh
2. Tidak 2. Monitor intake 3. Memantau napas px,
menunjukkan nutrisi untuk apakah frekuensi normal
kelelahan mengetahui atau tidak
sumber energi 4. Agar mengurangi
yang adekuat kelelahan akibat
3. Monitor system kegiatan berlebih
kardiorespirasi px
selama kegiatan
4. Anjurkan periode
istirahat dan
kegiatan secara
bergantian
8 Risiko Setelah dilakukan Fluid Management Fluid Management
kekurangan asuhan keperawatan 1. Monitor status 1. Agar mengetahui tanda
volume cairan selama 3x 24 jam, hidrasi hidrasi pasien dan
dibuktikan diharapkan px (kelembaban pemberian tindakan
dengan memenuhi KH : membrane lanjutan

kehilangan NOC mukosa, nadi 2. Agar mengetahui


 Fluid Balance adekuat, TD) perubahan tanda vital
cairan melalui
 Hydration jika diperlukan pada pasien
rute normal
 Nutritional 2. Monitor vital 3. Agar tetap menjaga
Status : food and sign keseimbangan cairan
fluid intake 3. Monitor intake dalam tubuh pasien
Kriteria Hasil : dan output 4. Agar nutrisi dan cairan
1. Vital sign dalam cairan dalam tubuh pasien
batas normal 4. Kolaborasi terpenuhi
(suhu 36- pemberian
37,5oC, nadi cairan IV 5. Membantu menambah
100-150 5. Tawarkan snack asupan nutrisi dalam
x/menit, (jus buah, buah tubuh pasien
respirasi 25-35 segar)
x/menit, TD
120/80 mmHg)
2. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang
berlebihan

NANDA International. (2015). Nursing Outcomes Classification.(2015). Nursing Interventions


Classification. (2016)

4. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan intervensi
5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapore: Elsevier Global Rights
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoniapada Balita, OrangDewasa,
Usia Lanjut. Pustaka. Jakarta: Obor Populer
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa:
Peter anugerah. Jakarta: EGC
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton
Wijawa.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Potter, P.A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta:EGC
…………….; …………2018

Nama Pembimbing / CI: Nama Mahasiswa

……………………….. …………………………...
NIP NIM

Nama Pembimbing / CT

………………………….
NIP

Anda mungkin juga menyukai