lima kunci disiplin organisasi yang digagas Peter Senge dalam bukunya The fifth discipline
:The art and practice of learning organization, new york, doubleday (1990) berikut ini :
1. Keahlian Individu.
Jago silat itu sebuah predikat yang diberikan pada seseorang yang hali dalam olah gerak
bela diri. Tentu saja sebutan jago silat itu tidak melulu ditentukan kemampuan kakinya
menendang musuh, bergerak menghindar, atau kuda kudanya yang kokoh. Bukan juga
ditentukan oleh kelihaian tanganya untuk memukul atau menangkis serangan lawan, bukan
pula oleh ke handalan dan ketajaman matanya dalam mengawasi gerak gerik lawan, bukan
juga oleh kemampuan refleknya untuk menghidar dan menangkis serangan
semata. Kejagosilatan sesorang tentu saja ditentukan oleh semua unsur tadi. Kejagosilatan
sesorang dihasilakn dari perpaduan dri ketrampilan kaki tangan, keawasan mata dan
kemampuan reflek sesorang, serta stamina tubuhnya. Senada dengan itu sebuah organisasi
akan kokoh solid dan maju bila semua unsur yang ada didalam organisasi itu memiliki
kapasitas dan kualifikasi yang memadahi. Sekolah tidak akan hebat kalau Cuma kepala
sekolahnya saja yang bagus. Sekolah tidak akan maju kalau hanya satu dua gurunya saja
yang mau belajar dan mengembangkan kualifikasinya. Jelas dalam sebuah organisasi,
kualifikasi semua anggotanya akan saling mempengaruhi dan menentukan maju mundurnya
organisasi. Dengan begitu pengembangan diri sendiri sebagai salah satu
anggota organisasi (sekolah) adalah mutlak perlu, karena kepercayaan diri , kapasitas,
integritas, loyalitas, dan kualifikasi individu akan menetukan performa organisasi.
2. Berfikir sistem
Setiap guru atau setiap elemen sekolah haruslah berfikir sistemik di dalam sebuah
organisasi. Maksudnya setiap anggota organisasi sekolah harus berfikir bahwa apa yang
mereka lakukan akan berpengaruh pada seluruh sistem organisasi. Ibaratnya kalau kaki
bergerak tentu saja seluruh anggota tubuh, baik tangan, badan kepala bahkan tahi
lalatnyapun akan berpindah tempat. Kita harus sadar betul bahwa pengaruh dari apa yang
kita lakukan di dalam sebuah organisasi begitu dahsyatnya, oleh karena itu kita tidak boleh
sembarangan bertindak dan berbuat, semua harus melalui koridor organisasi, semua harus
berdasarkan keputusan pimpinan dan tidak boleh berbuat bertindak dan memtuskan apapun
yang terkait dengan organisasi sekolah sendiri sendiri. Sekolah adalh organisasi yang
kompleks setiap unsurnya saling memepengaruhi, kalau setiap unsur bergerak sendiri sendiri
bubarlah sekolahan nantinya.
3. Model mental
Kalau kita sungguh sungguh sudah mengakui bahwa sekolah adalh organisasi yang komplek
dan setiap gerakan dari anggotanya akan saling mempengaruhi maka kitapun harus
menyadari bahwa sikap mental kita, karakter kita pun akan berpengaruh pada oragnaisasi
atau sekolah kita. Baik buruknya sekolah sesungguhnya adalah cerminan dari kumpulan
karakter dan watak orang orang yang terlibat di dalamnya. Kebusukan kebusukan mental
individu akan terkumpul dan menjadi kebusukan sekolah. Kebaikan kebaikan individu akan
terkumpul dan membaw harum nama sekolah. Oleh karena itu adalh sebuah keharusan bagi
kita untuk memperbaiki sikap mental kita sebagi anggota organisasi sekolah.
4. Visi bersama
Adlh penting bagi seluruh anggota oraganisasi ataupun anggota arganisasi sekolah untuk
memahami Visi sekolah. Visi adalh cita cita yang ingin digapai sekolah. Pemahaman akan
visi organisasi oleh seluruh anggotanya akan memudahkan anggota tersebut menentukan
tindakn tindakan pribadinya atas nama organisasi. Tanpa visi bersama maka organisasi akan
kehilangan arah. Dan seluruh anggotanya akan ngalor ngidul, ribet dan sibuk sendiri.
Bukannaya berusaha memajukan organisasi malah saling cela dan bermusuhan dengan
teman sendiri.
5. Pembelajaran kelompok.
Sudah belasan tahun sampai hari ini sejak awal awal didiskusikannya ide untuk menciptakan
learning organization, sebuah organisasi yang belajar. Sebuah organisasi tidak akan maju
kalau Cuma satu atu dua anggotanya yang mengembangkan diri dengan rajin belajar.
Organisasi akan menjadi learning organization kalau seluruh anggotanya tergerak untuk
meningkatkan kwalifikasi dirinya. Kalau semua orang dalam sebuah organisasi itu pintar
maka organisasi itu akan kelihatan pintar tapi kalau organisasi atau sekolah itu terdiri dari
orang orang yang bodoh maka sekolah itu akan terlihat sebagi kumpulan orang idiot. Saya
sering membayangkan andai saja sebuah sekolah mulai dari bagian kebersihan sampai
kepala sekolahnya suka belajar, betapa pintarnya mereka dan betapa sukanya masyarakat
pada sekolah tersebut. Dan betapa efektif dan efisennya pekerjaan mereka.
Suatu pandangan cemerlang Peter Senge adalah cara dimana ia menempatkan teori
sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline)
dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan orang lain,
menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara teori dan praktek.
Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan untuk
memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang menyediakan, baik insentif dan
sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu. Peter Senge berpendapat bahwa salah satu
masalah utama yang banyak yang ditulis, dan dilakukan atas nama manajemen, adalah
bahwa kerangka kerja yang agak sederhana diterapkan untuk sebuah sistem yang
kompleks. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada melihat
keseluruhan, dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan
demikian argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak
mengarah pada tindakan yang lebih tepat.
Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran individu
tidak menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran
organisasi. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi
pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas
obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka.
Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani. Penguasaan
dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini bukan tentang dominasi, melainkan
sebuah keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya sekedar ide yang baik.
Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi hidup dalam modus belajar terus
menerus. Kadang-kadang, bahasa seperti penguasaan pribadi ‘istilah menciptakan rasa
menyesatkan terhadap kepastian. Tapi penguasaan pribadi bukanlah sesuatu yang Anda
miliki. Ini adalah sebuah proses. Ini adalah disiplin seumur hidup. Orang dengan
penguasaan pribadi tingkat tinggi sangat sadar akan kebodohan mereka,
ketidakmampuan mereka, daerah pertumbuhan mereka. Namun mereka sangat percaya
diri.
Ini adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar dan gambar yang
mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil
tindakan. Kita sering tidak menyadari dampak dari asumsi dll seperti pada perilaku kita –
dan, dengan demikian, bagian mendasar dari tugas kita adalah untuk mengembangkan
kemampuan untuk mencerminkan tindakan. Disiplin model mental dimulai dengan
memutar cermin diri; belajar untuk menggali gambar internal kita dari dunia, untuk
membawa mereka ke permukaan dan menahan mereka secara ketat untuk
pemeriksaan. Hal ini juga termasuk kemampuan untuk melakukan ‘learningful’, di mana
orang mengungkapkan pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir
terbuka terhadap pengaruh orang lain.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja dengan model
mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar keterampilan baru dan
mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka untuk menjadi perubahan
institusional yang mendorong perubahan tersebut. ‘Mental model yang sudah berdiri kuat
… menggagalkan perubahan yang dapat berasal dari sistem pemikiran.
Jika ada satu ide tentang kepemimpinan telah mengilhami organisasi selama ribuan
tahun, tentunya itu adalah tentang gambaran masa depan yang dapat kita buat. Visi itu
memiliki kekuatan untuk meningkatkan iman – dan untuk mendorong eksperimentasi dan
inovasi. Senge berpendapat bahwa itu juga dapat menumbuhkan kukuatan jangka
panjang, yang merupakan dasar dari ‘disiplin kelima dalam bukunya. Praktek visi
bersama melibatkan keterampilan menggali bersama ‘gambar masa depan’ bahwa
komitmen adalah motiv dasar manusia bukan hanya karena kepatuhan seseorang.
Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada peningkatan kejelasan, antusiasme
dan komitmen yang menular pada orang lain dalam organisasi. ‘Sebagaimana orang
berbicara, visi tumbuh lebih jelas. Karena mendapat lebih jelas, antusiasme untuk
manfaatnya tumbuh. Ada ‘batas-batas pertumbuhan’ dalam hal ini, tetapi
mengembangkan jenis-jenis model mental yang diuraikan di atas dapat secara signifikan
memperbaiki masalah. Dimana organisasi dapat melampaui cara pikir linier dan
memahami sistem pemikiran yang luas maka ada kemungkinan membawa visi ke
sebuah hasil.
Disiplin belajar tim dimulai dengan ‘dialog’, kapasitas anggota tim untuk menangguhkan
asumsi dan masuk ke dalam suatu kesatuan berpikir bersama. Bagi orang Yunani dialog
artinya logos yang berarti bebas-mengalir jika makna melalui kelompok, yang
memungkinkan kelompok untuk menemukan wawasan dan tidak dicapai secara
individual. Itu juga mencakup belajar bagaimana mengenali pola-pola interaksi dalam tim
yang melemahkan belajar. Senge berpendapat, ada kemungkinan untuk menciptakan
bahasa yang lebih cocok untuk menangani kompleksitas, dan berfokus mendalam pada
masalah struktural bukannya dialihkan oleh pertanyaan dari gaya kepribadian dan
kepemimpinan. Memang sepertinya ada penekanan pada dialog dalam karyanya
sehingga hampir bisa diletakkan di samping sistem berpikir sebagai fitur sentral dari
pendekatannya.
Kesimpulan
Argumen Senge dalam The Fifth Discipline sangat berwawasan dan revolusioner. Hal ini
memungkinkan organisasi untuk selalu tanggap terhadap dinamika lingkungan dan
mencegah penggunaan metode manajemen trial and error dalam organisasi, serta
memungkinkan adanya penjabaran visi-misi yang lebih luas terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Namun, kita dapat membuat beberapa penilaian tentang kemungkinan teori
dan praktek yang diusulkan dalam The Fifth Discipline. Seperti yang muncul dalam kritik
beberapa pakar teori organisasi terhadapnya, antara lain; Ghoshal (1983), melihat
organisasi pembelajar dengan tawarannya yang menggiurkan terhadap manajemen
perusahaan multinasional secara umum belum tuntas dan mendarat pada situasi yang
tepat.
Drucker (1995), juga melihat tidak ada pengetahuan yang lebih tinggi atau rendah yang
harus dijadikan ujung tombak organisasi. Drucker memisalkan ketika seorang pasien
mengeluh tentang kuku jari kakinya yang tumbuh dobel, yang berperan adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang podiatrist (ahli penyakit kaki), bukan dokter ahli
bedah otak yang menghabiskan waktu jauh lebih lama untuk pelatihan dan mendapat
bayaran yang jauh lebih besar. Juga apabila sesorang eksekutif ditempatkan di sebuah
negara asing pengetahuan yang ia perlukan adalah ketrampilan bahasa asing yang
memadai, yaitu bahasa yang dikuasai setiap penduduk asli negara tersebut sejak
berumur dua tahun dan tanpa mengeluarkan investasi.