Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Berdirinya Kabupaten Sidoarjo

Sejarah Sidoarjo dengan Segala Dinamikanya

SEIRING memasuki usia157 tahun, perjalanan sejarah Sidoarjo, memang begitu panjang dan
penuh dinamika. Bahkan sejarah terbentuknya Kabupaten melewati tiga fase dengan berganti-
ganti penguasa, -- yakni masa kerajaan, masa pemerintahan kolonial (Belanda-Jepang) lalu masa
sekarang Pemerintahan RI.

Fase pertama adalah berawal legenda pada tahun 1019 – 1042,--Kerajaan Jawa Timur
diperintah Airlangga, lalu membagi daerah kekuasaan menjadi dua kerajaan untuk diberikan ke
dua putranya, yakni Kerajaan Daha (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Kerajaan Jenggala yang
berdiri tahun 1024 ini kekuasaanya meliputi daerah Delta Brantas dengan ibukota berada di
daerah,--sekarang sekitar wilayah Kecamatan Gedangan. Lalu karena perebuatan kekuasaan,
Kerajaan Daha dan Kerajaan Jenggala mengobarkan perang saudara yang berakhir dengan
kekalahan Jenggala pada 1045. ,--namun ada sumber lain menyebutkan kerajaan Jenggala pada
1060 masih ada, dan baru hilang kira-kira tahun 1902.

Selanjutnya memasuki fase pemerintahan kolonial Belanda, diawali tahun 1851. Pemerintah
kolonial Belanda telah menandai daerah Sidoarjo bernama Sidokare yang bagian dari kabupaten
Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat
tinggal di kampung Pucang Anom. Lalu tahun 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia
Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi
menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.

Dengan demikian Kabupaten Sidokare telah berpisah dengan Kabupaten Surabaya, lalu diangkat
bupati pertama, yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) yang bertempat tinggal di kampung
Pandean. Seiring perjalanan waktu pada tahun 1859 itu,-- berdasarkan Surat Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten
Sidokare berubah menjadi Kabupaten Sidoarjo. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
secara resmi terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo adalah tangal 28 Mei 1859 dan sebagai
Bupati I adalah R.Notopuro atau bergelar R.T.P Tjokronegoro I.

Selama berkuasa, Bupati mendirikan masjid di Pekauman atau sekarang bernama Masjid Abror
dan Masjid Jamik atau sekarang Masjid Agung sebagai peninggalan bupati yang wafat pada
tahun 1862. Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakak alnarhum sebagai Bupati
Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono). Pada masa
pemerintahan Tjokronegoro II telah memberikan perhatian besar atas pembangunan, di
antaranya meneruskan pembangunan Masjid Jamik perbaikan terhadap Pesarean Pendem.

Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro II telah pensiun dan wafat, lalu digantikan R.P
Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung, namun hanya berjalan 3 bulan karena wafat.
Selanjutnya, digantikan R.A.A.T. Tjondronegoro I hingga berganti-ganti namun tetap seputar
keluarga R.A.A.T Tjondronegoro hingga berakhir seiring perubahan pemerintahan dari
kolonial Belanda ke pemerintahan kolonial Jepang pada 1942 hingga 1945. Nah, masa
pedudukan Jepang, Kabupaten Sidoarjo telah dipimpin Bupati R.A.A. Sujadi. Ketika Jepang
menyerah dari sekutu pada 1945, lalu Indonesia Merdeka, namun Belanda kembali mencoba
mendudukinya. Bahkan mengusai daerah Sidoarjo dibawah pemerintah Recomba,--kepanjangan
tangan atau boneka pemerintah Balanda yang mengangkat K. Ng. Soebekti Poespanoto. R.
Soeharto, sebagai bupatinya. Baru tahun 1949, daerah Sidoarjo dikembalikan ke Pemerintah
Indonesia, telah diangkat R. Soeriadi Kertosoeprojo sebagai Bupati/Kepala Daerah di
Kabupaten Sidoarjo. Di sini, boleh dibilang masa yang penuh dinamika seiring terjadinya
kekecauan keamanan,--bahkan segala macam infiltrasi, terutama dari pihak yang tidak menyukai
adanya Republik Indonesia. Namun semua itu akhirnya bisa teratasi, hingga seiring perjalanan
waktu kepala daerah Kabupaten Sidoarjo terus silih berganti. Dan saat ini Kabupaten Sidoarjo
dipimpin Bupati H. Saiful Ilah SH,MHum dengan didampingi Wakil Bupati H. Nur Ahmad
Syaifuddin SH dengan masa jabatan 2016-2021. Dalam membangun, kepemimpinan Bupati H.
Saiful Ilah dengan H. Nur Ahmad Syaiffudin mempunyai visi dan misi ; “Mewujudkan
Kabupaten Sidoarjo Yang Inovatif, Mandiri, Sejahtera dan Berkelanjutan".

Nama Bupati/Wakil Bupati Sidoarjo dari Masa ke Masa

 Bupati R.A.A Soejadi periode 1933-1949


 Bupati R.Suriadi Kertosuprojo periode 1950-1958
 Bupati H.A. Chudori Amir periode 1958-1959
 Bupati R.H Samadikoen periode 1959-1964
 Bupati Kol.Pol. HR. Soedarsono periode 1965-1975
 Bupati Kol.Pol. H Soewandi periode 1975-1985
 Bupati Kol.Art. Soegondo periode 1985-1990
 Bupati Kol.Inf. Edhi Sanyoto periode 1990-1995
 Bupati Kol.Inf. H. Soedjito periode 1995-2000
 Bupati Drs. Win Hendrarso ,Msi periode 2000-2010

Wakil Bupati H. Saiful Ilah SH,MHum

 Bupati H. Saiful Ilah SH,MHum periode 2010-2015

Wakil Bupati H. MG Hadi Sutjipto SH,MM

 Penjabat Bupati Drs Ec H. Jonathan Judianto MMT periode 2015-2016


 Bupati H. Saiful Ilah SH.MHum periode 2016-2021

Wakil Bupati H. Nur Ahmad Syaifuddin SH


Geografis

Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu penyangga Ibukota Propinsi Jawa Timur merupakan
daerah yang mengalami perkembangan pesat. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi
yang ada di wilayahnya seperti industri dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan
menengah dapat dikemas dengan baik dan terarah.

Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang memadai,
maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis
bagi pengembangan perekonomian regional.

Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112 5’ dan 112 9’ Bujur Timur dan antara 7 3’ dan 7 5’
Lintang Selatan. Batas sebelah utara adalah Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah
selatan adalah Kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah
Kabupaten Mojokerto.

Topografi :

Dataran Delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 m, ketinggian 0-3m dengan luas 19.006 Ha,
meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakkan yang berada di wilayah bagian timur

Wilayah Bagian Tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut
merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %.

Wilayah Bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah
pertanian. Meliputi 29,20%

Hidrogeologi : Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air
tanah rata-rata 0-5 m dari permukaan tanah.

Hidrologi :

Kabupaten Sidoarjo terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang
merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di kabupaten Malang.

Klimatologi :

Beriklim topis dengan dua musim, musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dan
musim hujan pada bulan Nopember sampai bulan Mei.

Struktur Tanah :

Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha


Assosiasi Alluvial kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha

Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha

Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha

Arti Lambang

Lambang Daerah Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 4 bagian :

Sebuah segilima beraturan yang sisi-sisinya berbentuk kurung kurawal melambangkan. Falsafah
Pancasila yang juga mengandung arti bahwa rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo telah
mentrapkan ajaran Pancasila dengan tertib dan pasti

1. Sebuah bintang bersudut lima melambangkan : KeTuahanan Yang Maha Esa yang
menggambarkan kehidupan ber-KeTuhanan / beragama dari rakyat Daerah Kabupaten
Sidoarjo
2. Setangkai padi, depalan belas butir dan sebatang tebu lima ruas dengan bentuk bulat
melambangkan : Hasil bumi yang paling penting dalam daerah Kabupaten Sidoarjo.
Sedangkan bentuk yang membulat dari padi dan tebu tersebut menggambarkan kebulatan
tekad untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. 18 (delapan belas) butir padi
menunjukkan banyaknya Kecamatan dalam daerah Kabupaten Sidoarjo.
3. Ikan bandeng dan ikan udang membentuk hurus " S " melambangkan : Hasil tambak
dalam daerah Kabupaten Sidoarjo. Bentuk hurus " S " dari ikan bandeng dan ikan udang
tersebut menunjukkan huruf pertama dari Sidoarjo

MAKNA WARNA-WARNA YANG DI PAKAI DALAM LAMBANG KABUPATEN


SIDOARJO

1. Warna Biru Laut pada lambang berarti air yang menggambarkan bahwa Daerah
Kabupaten Sidoarjo yang terkenal dengan nama : "DELTA BRANTAS" dikelilingi air
yaitu sungai dan laut. Warna biru laut yang terlepas dalam lingkaran padi dan tebu berarti
air yang menggambarkan bahwa daerah Kabupaten Sidoarjo adalah daerah tambak yang
banyak menghasilkan ikan bandeng dan ikan udang.
2. Warna dasar Hijau menggambarkan kesuburan daerah Kabupaten Sidoarjo (Delta
Brantas)
3. Warna Kuning pada bintang, padi, tebu dan pita menggambarkan kesejahteraan rakyat
Kabupaten Sidoarjo
4. Warna Hitam pada tebu, ikan bandeng, ikan udang dan tulisa Kabupaten Sidoarjo
menggambarkan keteguhan Iman rakyat daerah Kabupaten Sidoarjo.
5. Warna Abu-abu ikan bandeng dan ikan udang adalah warna pelengkap.

SLOGAN / MOTTO

SIDOARJO PERMAI BERSIH HATINYA

(Pertanian Maju, Andalan Industri, Bersih, Rapi, Serasi, Hijau, Sehat, Indah dan Nyaman)

Artinya Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pertanian yang subur sebagai lumbung pangan,
mempertahankan pertanian yang maju agar bisa swasembada pangan dengan cara identifikasi
pertanian dan menggunakan mekanisasi teknologi tepat guna, di samping itu mendorong
perkembangan industri yang semakin meningkat, maka kedua hal ini harus berkembang secara
serasi. Selain itu masyarakat Kabupaten Sidoarjo berbudaya hidup dengan lingkungan yang
bersih, rapi, serasi, hijau, sehat, indah dan nyaman.

Peta Administrasi
Batas Wilayah & Peta
Utara Kota Surabaya, Kabupaten Gresik
Selatan Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto
Barat Kabupaten Mojokerto
Timur Selat Madura

Telepon Penting

Nomor dibawah ini dapat dihubungi dengan PSTN.


Untuk nomor telepon darurat secara umum tarif gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Polisi 110
Darurat 112
Pemadam Kebakaran 113
Ambulance 118
SAR 122
PLN 123
Hidup Ini Indah

Jumat, 15 Mei 2009


"JUmLAh PeNDUduK KAbupAtEn SiDOARJO"

"Masalah "penduduk" adalah sesuatu yang harus ditangani dengan serius karena banyak
keterkaitan satu sama lain dan selalu berkembang seiring dengan dinamika perkembangan
"penduduk" itu sendiri."

Di sisi lain jumlah (angka) yang pasti, agaknya sulit dipastikan, mengapa? Karena "penduduk"
selalu bergerak, bergeser dan berkembang terus, sehingga setiap saat dapat berubah. Hal ini
disebabkan adanya beberapa faktor:

1. Adanya peristiwa ke"penduduk"an yang terjadi banyak yang tidak melaporkan diri dan
pencatatan registrasi yang lemah.
Misalnya "penduduk" yang pindah tidak mengurus Surat Keterangan Pindah. Di tempat lama
tidak dicoret datanya, sedang di tempat baru minta dicatat karena merasa sudah lama berdomisili
di tempat tersebut. Petugas register kurang teliti sehingga terjadi data ganda, padahal Surat
Keterangan Pindah Datang (SKPD) sangat diperlukan untuk memberikan kepastian kepemilikan
dokumen berupa Kartu Tanda "Penduduk" (KTP)/Kartu Keluarga (KK) sesuai dengan domisili
atau tempat tinggal "penduduk".

2. Adanya peristiwa penting ke"penduduk"an yang tidak dilaporkan.


Peristiwa penting itu maksudnya peristiwa keperdataan yang dialami seseorang, misalnya:
kelahiran, perkawinan, kematian, perceraian, pengakuan dan pengesahan anak, perubahan nama
maupun perubahan kewarganegaraan.
Peristiwa penting tersebut banyak yang tidak melaporkan diri, sehingga tidak ada perubahan data
padahal menurut Undang-Undang yang ada sekarang wajib dilaporkan dalam rangka tertib
administrasi ke"penduduk"an.

3. Pelaporan yang terlambat.


Peristiwa tersebut seharusnya dicatat dalam buku register "penduduk" dan dilaporkan secara
berjenjang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai "kebupaten", selanjutnya direkap di
"kabupaten" (Dinas Ke"penduduk"an dan Pencatatan Sipil "Kabupaten Sidoarjo"), maka
jadilah data ke"penduduk"an. Apabila hal itu dicatat dengan rapih dan tertib serta disimpan
yang baik, maka disebut data base ke"penduduk"an.
Kenyataannya laporan sering terlambat, pencatatan tidak tertib, penyimpanan yang kurang baik,
"penduduk" yang tidak melapor.

Penjaringan data "penduduk" melalui pelaporan dibutuhkan dan penting perannya, karena itu
ketelatenan, letelitian, ketertiban dalam pelaporan dan kesadaran "penduduk" yang mau
melapor dalam setiap perubahan yang terjadi atas dirinya sendiri merupakan salah satu solusi
untuk pemecahan masalah data base ke"penduduk"an.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 memberikan salah satu bentuk solusi dengan
mengarahkan penggunaan Information Technology (IT) komputerisasi yang on line. Sistem ini
disebut Sistem Informasi Administrasi Ke"penduduk"an (SIAK), yang saat ini sedang kita
bangun. Penggunaan Sistem SIAK ini pada saat pelayanan masyarakat dalam pembuatan
KK/KTP baru, begitu data dientry (diproses) otomatis data base yang ada akan berubah.
Alternatif lain yang sedang dirintis adalah:

1. Pembangunan Sistem Informasi yang berbasis IT (Information Technology) atau tekno;ogi


informasi. Melalui komputerisasi di tingkat desa/kelurahan yang sedang berjalan (sudah
mencapai 80 % dari 353 Desa/Kelurahan di "Kabupaten Sidoarjo"), melalui kerjasama
Desa/Kelurahan dengan Dinas Ke"penduduk"an dan Pencatatan Sipil "Kabupaten Sidoarjo",
yaitu:

a. Sarana/peralatan disediakan dengan biaya swadaya desa/kelurahan.

b. Program (sistem) dibantu Dinas Ke"penduduk"an dan Pencatatan Sipil "Kabupaten


Sidoarjo" termasuk melatih tenaga operator di desa/kelurahan.
Kerjasama tersebut berkat keinginan yang kuat dari desa setempat, dengan harapan
desa/kelurahan dapat membangun data base ke"penduduk"an tingkat desa/kelurahan yang valid
guna meminimalisir konflik yang terjadi antar warga masyarakat bila dilaksanakan Pilkades.

Sementara ini anggaran pelaksanaan masih bersifat swadaya desa/kelurahan, karena APBD
"Kabupaten" sangat terbatas. Harapan ke depan, tingkat kecamatan juga memiliki keinginan
seperti desa/kelurahan, sehingga kecamatanpun dapat memiliki data base ke"penduduk"an yang
valid .
2. Memantau/mengingatkan para operator yang ditugaskan untuk secara tertib meregiatrasi dan
melaporkannya.

3. Menghimbau warga masyarakat supaya senantiasa melaporkan setiap terjadinya peristiwa


ke"penduduk"an dan peristiwa penting ke"penduduk"an secara berjenjang (desa, kecamatan
dan seterusnya), supaya setiap terjadi perubahan akan selalu terekam dengan baik dalam data
base ke"penduduk"an yan valid dan sewaktu-waktu dibutuhkan data siap pakai.

Data "penduduk" yang valid yang terekam dalam data base ke"penduduk"an sangat
dibutuhkan oleh pemerintah, karena data tersebut sangat bermanfaat untuk perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan, pelayanan publik dalam berbagai sektor dan keperluan lain-lain.

PERKEMBANGAN JUMLAH "PENDUDUK KABUPATEN SIDOARJO" PER TAHUN:

2005 : 1.448.393
2006 : 1.480.578
2007 : 1.586.296
2008 : 1.801.157
2009 : 1.964.759
2010 :2.031.362

(Keadaan s/d Deswember 2010), dengan perkembangan setiap bulan sebagai berikut:

Januari :
Pebruari : 1.817.427
Maret : 1.965.373
April : 1.997.528
Mei : 2.003.244
Juni : 2.003.928
Juli : 2.008.914
Agustus : 2.013.646
September :2.018.239
Oktober : 2.022.696
Nopember : 2.027.000
Desember : 2.031.362

Jumlah "Penduduk" WAJIB KTP sampai dengan Tahun:

2005 : 1.089.730
2006 : 1.094.744
2007 : 1.184.775
2008 : 1.375.900
2009 : 1.479.563
2010 ; 1.435.951 ( Data s/d. bulan September 2010).

Jumlah "Penduduk" ber-KTP sampai dengan Tahun :


2005 : 1.036.661
2006 : 1.047.084
2007 : 1.087.786
2008 : 1.348.384
2009 : 1.253.067
2010 : 1.283.308 (data s/d bulan September 2010).
(Laki-laki sebesar 988.164 jiwa dan perempuan sebesar 976.595 jiwa)

Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) pada kondisi bulan Oktober 2010 sejumlah
549.031KK.

(Sumber: Dinas Ke"penduduk"an dan Pencatatan


Sipil Kabupaten Sidoarjo).

Sebagai perbandingan, jumlah "penduduk" di Jawa Timur keadaan sampai dengan bulan Juni
2009 sebanyak 38.866.423 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sejumlah 19.348.406 jiwa dan
perempuan sejumlah 19.518.017 jiwa. (Sumber : Warta Warga Edisi XXV Tahun 2009).

Jumlah "penduduk" yang sudah memiliki Akta Kelahiran per tahun:

2005 : 243.539
2006 : 282.642
2007 : 322.989
2008 : 376.469
2009 : 418.711

Sedangkan jumlah anak di "Kabupaten Sidoarjo" (keadaan sampai dengan Juni 2009) sejumlah
686.027 jiwa. Anak yang sudah memiliki Akta Kelahiran sejumlah 123.953 jiwa, berarti sisanya
belum memiliki Akta Kelahiran yaitu sejumlah 562.074 jiwa.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi dokumen Akta
Kelahiran terhadap kehidupan sehari-hari. Padahal untuk pengurusan Akta Kelahiran di
"Kabupaten Sidoarjo" gratis (tidak dikenakan biaya retribusi) sejak akhir Januari Tahun 2008.

Jumlah Pelayanan Akta Ke"penduduk"an di Dinas Ke"penduduk"an dan Pencatatan Sipil


"Kabupaten Sidoarjo" per tahun:

AKTA KELAHIRAN:
2005 : 37.596
2006 : 39.089
2007 : 40.347
2008 : 53.113
2009 : 42.242
AKTA KEMATIAN:
2005 : 106
2006 : 73
2007 : 98
2008 : 102
2009 : 147

AKTA PERKAWINAN:

2005 : 407
2006 : 314
2007 : 139
2008 : 388
2009 : 324

AKTA PERCERAIAN:

2005 : 59
2006 : 49
2007 : 53
2008 : 46
2009 : 77

Laely Widjajati
Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia
Wanita paling bahagia..... Wanita yang ingin selalu melakukan perbuatan baik kepada
siapapun, dimanapun dan kapanpun.
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai