Pasien Gangguan Hati
Pasien Gangguan Hati
Pasien dengan gejala klinik terjadi kegagalan fungsi hati (secara signifikan terjadi
perubahan enzim hati, ascites, ataupun jaundience) biasanya penanganan pengobatannya harus
diubah. Obat yang memperparah kondisi pasien harus dihindari.
Gangguan fungsi hati akut merupakan efek samping yang sering terjadi pada proses terapi
obat-obatan dan sekarang lebih dari 900 jenis pengobatan, bahan kimia beracun dan juga bahan
herbal mengakibatkan kerusakan fungsi hati. Sangat sulit untuk mengetahui obat yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati secara klinis dan tes laboratorium juga tidak spesifik. Dalam
rangka meningkatkan diagnosa awal dan pengobatan pada gangguan hati, dapat digunakan data
retrospective untuk menganalisis obat-obat yang menjadi penyebab gangguan kerusakan fungsi
hati, manifestasi gejala klinis, dan karakteristik patologi pasien dengan DILD (Drugs-Induced
Liver Disease) akut (Li, Jiang, & Wang, 2007).
Jika dibandingkan antara pasien dengan fungsi hati normal menerima dosis dan interval
dosis yang umum, sedangkan pasien dengan gangguan fungsi hati menerima dosis normal tetapi
interval dosis diperpanjang maka akan menunjukan maksimum dan minimum konsentrasi
steady-state serum yang sama.
1. Bilirubin
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.
Bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk dengan
persamaan; bilirubin indirek = total bilirubin - bilirubin direk.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium diantaranya seperti: makan
yang mengandung tinggi lemak. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin,
hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sampel darah yang
terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan menurun, dan
obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin. Bilirubin dibentuk
oleh aktivitas biliverdin reductase pada biliverdin. Bilirubin ketika dioksidasi, maka akan
kembali menjadi biliverdin lagi. Siklus ini menunjukkan kemampuan aktivitas antioksidan dari
bilirubin.
Di dalam darah, bilirubin memiliki dua bentuk yaitu bilirubin direk yang larut dalam air
dan bilirubin indirek tidak larut dalam air tapi larut lemak. Nilai normal bilirubin berbeda pada
setiap literatur.
Nilai normal bilirubin.
Nilai Normal
μmol/L mg/dL
Total bilirubin
5.1–17.0 0.3–1.0
3. Serum albumin
Serum albumin, sering disebut sebagai albumin. Albumin banyak terdapat pada protein
plasma manusia. Albumin penting untuk mengatur tekanan osmotik yang mana berperan dalam
distribusi cairan tubuh antara bagian intravascular dengan jaringan tubuh. Albumin juga berperan
dalam membawa protein dan asam lemak. Albumin merupakan penanda spesifik terhadap fungsi
hati, tetapi tidak terlalu berguna dalam kondisi akut (Limdi & Hyde, 2003).
Nilai rujukan untuk albumin.
Nilai normal
Dewasa Anak-anak
Albumin (Alb)
3.8-5.0 g/dL 3.0-5.0 g/dL
4. Asites
Asites merupakan akumulasi cairan lymph pada ruang peritoneal. Asites merupakan salah
satu gejala yang tampak pada umumnya dari sirosis. Lebih dari 1,5% pasien sirosis
menyebabkan terjadinya asites dalam setiap diagnosa sirosis. Mekanisme perkembangan asites
secara pasti belum diketahui (Dipiro, 2005).
Asites memiliki tiga tingkatan:
Tingkat 1: ringan, asites hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan ultrasound.
Tingkat 2: sedang, terlihat sedikit pembengkakkan abdomen yang simetris.
Tingkat 3: berat, tampak pembengkakkan abdomen yang besar (Moore, Wong, Gines,
Bernardi, Ochs, Salerno, Angeli, Porayko, Moreau, Garcia-Tsao, Jimenez, Planas, & Arroyo,
2003)
5. Ensefalopati Hepatik
Ensefalopati hepatik dikarenakan akumulasi zat-zat beracun pada aliran darah yang
normalnya dikeluarkan melalui hati. Ensefalopati sering timbul sebagai gejala dan tanda
gangguan hati jaundice (timbulya warna kuning pada kulit dan mata), asites (terakumulasinya
cairan pada bagian abdominal), dan peripheral edema (bengkak pada kaki dikarenakan
penumpukan cairan pada kulit).
Tingkat keparahan ensefalopati hepatik menurut kriteria West Haven:
Tingkat 1 (Ringan): terlalu senang ataupun gelisah; kurangnya konsentrasi
Tingkat 2 (Lesu): minimal disorientasi terhadap waktu dan tempat.
Tingkat 3 (Pingsan): tapi tetap responsif dengan stimulasi verbal, kebingungan.
Tingkat 4 (Koma): tidak responsive
6. Enzim-enzim Transferase
Perbandingan antara AST dan ALT dapat menjadi tambahan petunjuk pada beberapa gejala
penyakit: ALT>AST terjadi pada gangguan fungsi hati kronis, AST>ALT terjadi pada sirosis
hati. Perbandingan AST:ALT yang besar juga sangat berguna, jika >2 mengindikasikan
gangguan fungsi hati dikarenakan alkohol, dan bila perbandingannya <1.0 mengisyaratkan
gangguan fungsi hati non-alkohol (Limdi & Hyde, 2003).
Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
cerebrovascular accident (CVA).
Nilai rujukan untuk SGPT/ALT
Nilai normal
ALT (Alanin Laki-laki Wanita
aminotransferase) 7-46 U/mL 5-35 U/mL
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/SGOT adalah:
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat
atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu
ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris
(Thapa & Walia, 2007).
Point Kelas Kemampuan bertahan satu tahun Kemampuan bertahan dua tahun
C. CONTOH KASUS
Pasien perempuan (AL) berumur 61 tahun dirawat di Klass Interne Penyakit Dalam
RSAM Bukittinggi dari tanggal 21 Oktober s.d 5 November 2011, dengan gejala: perut
membesar, muntah, letih, lesu, nafsu makan menurun, mata kuning, kesadaran menurun dan
merasa kebingungan. Pasien didiagnosa mengalami sirosis hepatik.
Selama terapi diberikan obat-obatan berupa:
Ciprofloxacin 2x500 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sistenol (PCT 500 mg dan asetilsistein 200 mg) 3x1 tab
Propanolol 3x40 mg
Curcuma 3x1 tab
Medopar (a-metildopa 250 mg) 3x1 tab
Lactulac 3x 30 cc
Penjelasan kasus:
Gejala 1 poin 2 poin 3 poin Satuan Hasil poin
3
Bilirubin (total) <2.0 2.0-3.0 >3.0 mg/dl
Total 15
Nilai Child-Pugh dengan poin 8 – 9 menggambarkan penurunan yang sedang pada dosis obat
awal (~25%) untuk bahan yang dimetabolisme pada hati (≥60%), dan pada poin 10 atau lebih
mengindikasikan penurunan yang signifikan pada pemberian dosis awal (~50%)
dibutuhkan untuk obat yang metabolisme utamanya pada hati.
Dalam hal ini obat yang dimetabolisme di hati terutama propanolol dan paracetamol. Oleh sebab
itu dosisnya diturunkan hingga 50% dari dosis normal. Paracetamol (sistenol) menjadi 3x1/2tab
(250 mg bila demam), dan propanolol menjadi 3x20 mg.
OBAT BERIKUT INI MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS PADA PENDERITA GANGGUAN HATI:
Obat-obat lainnya :
o Propanolol o Digitoksin
o Furosemid o Teofilin
o Lansoprazol o Tolbutamida
o Warfarin o Klindamisin
o Fenitoin o Morfina
o Diazepam o Heksobarbiton
o Klorpromasina o Tiopenton
o Kloramfenikol o Antipirin