PENDAHULUAN
Latar Belakang
Skizofrenia menyerang kurang lebih 1% populasi, biasanya bermula di
bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua
kelas sosial. Meski didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal,
skizofrenia mungkin terdiri dari sekumpulan gangguan dengan etiologi yang
heterogen dan mencakup pasien dengan presentasi klinis, respon terhadap terapi,
dan perjalanan penyakit yang bervariasi.
Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth
Edition Text Revised (DSM-IV-TR) tipe skizofrenia dibagi menjadi lima yaitu :
tipe paranoid, tipe katatonik, tipe hebefrenik (disorganized), tipe tidak terinci
(undifferentiated), tipe residual. Dari kelima tipe tersebut yang paling sering
terjadi adalah tipe paranoid.2
Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif
tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun bagaimanapun
juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami gangguan jiwa berat,
dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan dirinya atau orang lain.2
Berdasarkan Riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2007 disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti
cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%,
dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang
mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan
depresi berat sebesar 0,46%.3
Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia
menderita penyakit fisik dan 50%-nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah
penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita
skizofrenia pernah mencoba bunuh diri satu kali seumur hidupnya, dan 10% dari
populasi tersebut berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya
gejala depresi dan usia muda.5, 6
1
IDENTITAS PASIEN
Nama : Riza Firda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 21 Desember 1995
Umur : 22 tahun
Alamat : Tualang Teungoh, Langsa
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMK
Agama : Islam
Suku : Aceh
TMRS : 31 Agustus 2018
Tanggal Pemeriksaan : 6 September 2018, 11 September 2018
II RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari:
1. Rekam medis : 1702014529
2. Autoanamnesis : 6 September 2018, 11 September 2018
3. Alloanamnesis : 11 September 2018
A. Keluhan Utama
Mengamuk
Alloanamnesis:
Pasien datang diantar oleh keluarganya karena mengamuk sejak ± 1 bulan
terakhir dan memberat sejak ± 2 minggu SMRS. Pasien sering memukuli ibunya
dengan alasan ibunya selalu memarahi pasien. Pasien juga sering merusak barang-
barang di rumah. Pasien suka keluyuran dan mengganggu orang-orang di
lingkungan masjid. Pasien minum obat tidak teratur. Pasien banyak bicara sendiri
dan tidak tidur di malam hari. Pasien sering mengancam orang termasuk
mengancam ingin membakar taxi ayahnya.
E. Riwayat Pengobatan
Tidak Diketahui
F. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama ibu, kakak, dan adiknya di rumah. Pasien belum
menikah. Pasien mengaku tidak memiliki hubungan baik dengan ibu, kakak, dan
adiknya. Hanya berhubungan baik dengan ayahnya karena takut tidak diberi uang
jajan.
3
G. Riwayat Pendidikan
Pendidikan pasien terakhir Sekolah Menengah Kejuruan.
B. Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali (+)
2. Leher : Distensi vena jugular (-), pembesaran KGB (-)
3. Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
4. Jantung : BJ I >BJII , bising (-), iktus cordis di ICSV Linea
midclavicular sinistra
5. Abdomen : Asites (-), hepatomegali (-), nyeri tekan (-)
6. Ekstremitas
Superior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
Inferior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
7. Genetalia : Tidak diperiksa
C. Status Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Tanda rangsangan meningeal : (-)
3. Peningatan TIK : (-)
4. Mata : Pupil isokor (+/+), Ø3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
5. Motorik : Dalam batas normal
6. Sensibilitas : Dalam batas normal
7. Fungsi luhur : Dalam batas normal
8. Gangguan khusus : Tidak ditemukan
C. Pembicaraan
Spontan
D. Pikiran
1. Arus pikir
Koheren : (+)
Inkoheren : (-)
Neologisme : (-)
Sirkumstansial 5 : (-)
Tangensial : (-)
Asosiasi longgar : (-)
Flight of idea : (+)
Blocking : (-)
2. Isi pikir
Waham, preokupasi
Waham
1. Waham Bizzare :(-)
2. Waham Somatik :(-)
3. Waham Erotomania :(-)
4. Waham Paranoid
Waham Persekutor : (-)
Waham Kebesaran : (+)
Waham Referensi : (-)
Waham Dikendalikan : (-)
Thought
1. Thought Echo : (-)
2. Thought Withdrawal : (-)
3. Thought Insertion : (-)
4. Thought Broadcasting : (-)
Delusion
1. Delusion of Control : (-)
2. Delusion of Influence : (-)
3. Delusion of Passivity : (-)
4. Delusional Perception : (-)
E. Persepsi
1. Halusinasi
Auditorik : (-)
Visual : (+)
Olfaktorius : (-)
Taktil : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Intelektual
1. Intelektual : Baik
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Waktu : Baik
4 Daya ingat
Seketika : Baik
Jangka Pendek : Baik
Jangka Panjang : Baik
5 Pikiran Abstrak : Baik
H. Daya nilai
Normo sosial : Baik
Uji Daya Nilai : Baik
V. RESUME
Pasien datang diantar oleh keluarganya karena mengamuk sejak ± 1 bulan
terakhir dan memberat sejak ± 2 minggu SMRS. Pasien sering memukuli ibunya
dengan alasan ibunya selalu memarahi pasien. Pasien juga sering merusak barang-
barang di rumah. Pasien suka keluyuran dan mengganggu orang-orang di
lingkungan masjid. Pasien minum obat tidak teratur. Pasien banyak bicara sendiri
dan tidak tidur di malam hari. Pasien sering mengancam orang termasuk
mengancam ingin membakar taxi ayahnya.
7
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
temperatur afebris. Hasil pemeriksaan umum didapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status mental, tampak lak-laki, berpenampilan rapi,
sesuai usia, aktivitas psikomotor: hiperaktif, sikap terhadap pemeriksa: kooperatif,
mood: euphoria, afek: luas, keserasian afek: appropriate, pembicaraan: spontan,
arus pikir :koheren, isi pikir : waham, perokupasi, halusinasi auditorik (-) dan
halusinasi visual (+). Pasien mengalami tilikan T1 karena merasa dirinya tidak
sakit dengan taraf kepercayaan dapat dipercaya.
IX. TATALAKSANA
A. Farmakoterapi
Haloperidol 5 mg (2x1)
Trihexyphenydil 2 mg (2x1)
Clozapin 200 mg (1x1)
B. Terapi Psikososial
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan
menjelaskan mengenai penggunaan obat yang tidak boleh putus.
2. Meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
3. Menjelaskan kepada keluarga & orang disekitar pasien mengenai
kondisi pasien dan meyakinkan mereka untuk selalu memberi
dukungan kepada pasien agar proses penyembuhannya lebih baik.
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
9
11 Sept 2018 S/ Pasien tenang & kooperatif. Tidur Haloperidol 5 mg (2x1)
malam (+), minum obat (+) Trihexyphenydil 2 mg (2x1)
O/Penampilan: Laki-laki, sesuai usia, Clozapin 100 mg (1x1)
rapi dan lumayan bersih
Kesadaran : compos mentis
Sikap : kooperatif
Psikomotor : hiperaktif
Mood : Euphoria
Afek: Luas
Keserasian: appropiate Affect
Pembicaraan : spontan
Arus pikir : koheren
Isi pikir : Waham kebesaran,
preokupasi
Persepsi :Halusinasi auditorik (-)
Halusinasi visual (-)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia Paranoid
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma
klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta
melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku.1
11
2.3 Etiologi Skizofrenia
Dari sudut pandanga agama islam teori Freud tersebut sebenarnya sudah
ada hanya peristilahannya yang berbeda. Dalam islam Id dikenal denga istilah
nafsu yang berfungsi sebagai dorongan atau daya tarik. Untuk melaksanakan
kebutuhan nafsu manusia dibekali dengan iman yang berfungsi sebagai self
control. Dengan adanya iman ini manusia dapat menbedakan mana yang baik
mana yang buruk dan mana yang halal mana yang haram. Dalam teori freud
istilah iman sama dengan Super-Ego.
Manusia melaksanakan kebutuhan-kebutuhan nafsu tadi dalam bentuk
perbuatan, perilaku atau amal yang kesemuanya itu disebut sebagai akhlak.
Akhlak sesorang akan menjadi baik atau buruk tergantung dari hasil tarik menarik
antara nafsu dan iman. Dalam konsep freud akhlak ini disebut Ego.3
2.3.4 Psikososial
Situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang dapat
merupakan stresor psikososial.stressor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi stresor
(tekanan mental) yang timbul. Kegagalan dari adaptasi ini yang menyebabkan
timbulnya berbagai jenis gangguan jiwa yang salah satunya adalah skizofrenia.3
Pada umumnya jenis stresor psikososial yang dimaksud meliputi
permasalahan rumah tangga, problem orang tua, hubungan interpersonal,
pekerjaan, kondisi lingkungan, masalah ekonomi, keterlibatan masalah hukum,
adanya penyakit fisik yang kronis.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat mengalami
konflik kejiwaan yang bersumber dari konflik internal dan konflik eksternal.
Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga
orang tersebut jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam. Sebagai
kelanjutannya yang bersangkutan menarik diri (withdrawn), melamun (day
dreaming), hidup dalam dunianya sendiri yang lama-kelamaan timbullah gejala-
gejala berupa kelainan jiwa misalnya halusinasi, waham dan lain sebagainya.
Yang bersangkutan tidak lagi mampu menilai realitas (reality testing ability-RTA,
terganggu) dan pemahaman diri (insight) buruk, yang merupakan perjalanan awal
skizofrenia.1
2.4 Klasifikasi Skizofrenia
1. Inkoherensi, yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada
hubunganya satu dengan yang lain.
2. Alam perasaan (mood, affect) yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi.
Adanya gambaran simtom fase aktif, tetapi tidak sesuai dengan kriteria
untuk skizofreniaia katatonik, disorganized, atau paranoid. Atau semua kriteria
untuk skizofreniaia katatonik, disorganized, dan paranoid terpenuhi.
2.4.5 Tipe residual
Merupakan kelanjutan dari skizofrenia, akan tetapi gejala fase aktif tidak
lagi dijumpai.
2.4 Gejala skizofrenia
3. Kekecauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya
bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
2.4.2 Gejala negatif2
2. Fase prodromal
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase
stabilisasi dan kemudian fase stabil.
a. Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai
adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau.
Gejala negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak mampu
untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.
b. Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan acute
treatment.
c. Pada fase stabil terlihat gejala negatif dan residual dari gejala positif. Di mana
gejala positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah dibandingkan
pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai asimtomatis, sedangkan
individu lain mengalami gejala nonpsikotik misalnya, merasa tegang
(tension), ansietas, depresi, atau insomnia.
2.6 Diagnosis Skizofrenia
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau,
“thought insertion or withdrawal” : isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan,
“thought broadcasting” : isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau,
“delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus).
(a) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu
minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
19
relevan, atau neologisme.
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
(d) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
21
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity),dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
Psikoterapi
Terapi psikososial
1
DAFTAR PUSTAKA