PENGKAJIAN
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam,
menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang
sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
2. Pola nutrisi
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
3. Respirasi
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4. Rasa nyaman/nyeri
5. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
– edema trakeal/faringeal
– edema bronkial
3) Infeksi
– malnutrisi
– terpajan lingkungan
– kelemahan
– sering batuk/produksi sputum; dispnea
– anoreksia
– keterbatasan kognitif
PERENCANAAN/INTERVENSI
Intervensi mandiri:
a) Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
c) Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
– kortikosteroid (prednisone)
Intervensi mandiri:
a) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan
ekspansi dada dan kelemahan.
b) Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit,
membran mukosa, dan warna kuku.
c) Tunjukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis
atau kerusakan parenkim.
d) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Intervensi kolaborasi:
Intervensi mandiri:
a) Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada
jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin,
meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.
b) Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang
dalam satu perkumpulan.
c) Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup
jika batuk.
e) Monitor temperatur.
f) Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti:
alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid,
adanya diabetes melitus, kanker.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Intervensi kolaborasi:
Intervensi mandiri:
a) Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
d) Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi.
Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
e) Anjurkan bedrest.
g) Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
h) Dorong orang terdekat untk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontra-indikasi.
Intervensi kolaborasi:
b) Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
Intervensi mandiri:
a) Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat
partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.
b) Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada,
demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
c) Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang
adekuat.
d) Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
e) Jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka
waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.
f) Jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit
kepala, peningkatan tekanan darah.
g) Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.