Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gipsum
Gipsum adalah batu putih yang terbentuk karena pengendapan air laut.
Gipsum merupakan mineral terbanyak dalam batuan sedimen dan lunak bila
murni. Merupakan bahan baku yang dapat diolah menjadi kapur tulis. Dalam
perdagangan biasanya gipsum mengandung 90% CaSO4. H2O (Habson, 1987).
Kata gipsum itu sendiri berasal dari bahasa Yunani mageirenw,yang
berarti memasak. Disebut demikian karena didaerah Montmartre Paris, pada
beberapa abad yang lalu orang-orangnya membakar gypsum untuk berbagai
keperluan dan material itu kemudian disebut plester. Karena gypsum merupakan
mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama, sehingga gypsum
jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir, kecuali yang ditemukan di

White Sands National Moument di New Mexico AS terdapat 710 km2 pasir
gypsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk industry dry wall selama
1000 tahun. Gypsum banyak ditemukan diberbagai daerah di dunia yaitu,
Jamaika, Iran, Thailand, Spanyol (Penghasil gypsum terbesar di Eropa). Jerman,
Italia, inggris, Irlandia, Ontario, Canada, New York, Michigan, Indiana, Texas,
Lowa, Kamsas, Oklahoma, Arizona, New Mexico, Corolado, Utah, Nevada,
Paris, California, New South Wales Kalimantan dan Jawa Barat.
Gipsum dapat berubah secara perlahan – lahan menjadi hemihidrat (CaSO 4.
0.5H2O) pada suhu 900C. Bila dipanaskan atau dibakar pada suhu 1900C –
2000C akan menghasilkan kapur gipsum atau stucco yang dikenal dalam
perdagangan sebagai plester paris. Pada suhu yang cukup tinggi yaitu lebih
kurang 5340C akan dihasilkan anhydrite (CaSO4) yang tidak dapat larut
dalam air dan dikenal sebagai gipsum mati.

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi dua macam seperti
dipaparkan dibawah ini.
1. Yang belum mengalami kalsinasi
Dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dan sebagai pupuk.
Jenis ini meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
2. Yang mengalami proses kalsinasi.
Sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan, flester paris,
bahan dasar untuk pembuatan kapur, bedak, untuk cetakan alat
keramik, tuangan logam, gigi dan sebagainya. Jumlah tersebut
meliputi 72% dari seluruh volume perdagangan.
Gipsum sebagai perekat mineral mempunyai sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan perekat organic karena tidak menimbulkan pencemaran
udara, murah, tahan api, tahan deteriorasi oleh faktor biologis dan tahat
terhadap zat kimia ( Purwadi, 1993). Gipsum mempunyai sifat yang cepat
mengeras yaitu sekitar 10 menit. Maka dalam pembuatan papan gipsum harus
digunakan bahan kimia untuk memperlambat proses pengerasan tanpa
mengubah sifat gipsum sebagai perekat (Simatupang, 1985). Perlambatan
tersebut dimaksudkan agar tesedia cukup waktu mulai dari tahap
pencampuran bahan sampai tahap pengempaan.
Waktu pengerasan gipsum bervariasi tergantung pada kandungan
bahan dan airnya. Dalam proses pengerasan gipsum setelah dicampur dengan
air maka terjadi hidratasi yang menyebabkan kenaikan suhu. Kenaikan suhu
tersebut tidak boleh melebihi suhu 400 C ( Simatupang, 1985 ). Suhu yang
lebih tinggi lagi akan mengakibatkan pengeringan gipsum dalam bentuk
CaSO4. 2H2O sehingga mengurangi bobot air hidratasi. Pengurangan tersebut
akan menyebabkan berkurangnya keteguhan papan gipsum.
Gypsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga
sekarang. Beberapa kegunaan gypsum yaitu :
- Dry wall

Bahan perekat

Universitas Sumatera Utara


- Penyaring dan sebagai pupuk tanah, diakhir abad 18 dan awal abad 19,
gipsum Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan plaister digunakan
dalam jumlah besar sebagai pupuk diladang-ladang gandum AS.
- Campuran pembuatan lapangn tenis
- Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan ketika kayu
menjadi langka pada zaman perunggu, gypsum ini yang digunakan
sebagai bahan bangunan.
- Sebagai pengental tofu, karena memiliki kadar kalsium yang tinggi
khususnya dibenua Asia diproses secara tradisional.
- Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan
- Untuk bahan baku kapur tulis
- Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen
- Sebagai indicator pada tanah dan air.

Saat ini gipsum sebagai bahan bangunan digunakan untuk membuat papan
gypsum dan propil pengganti triplek dari kayu. Papan gypsum propil adalah salah
satu produk jadi setelah material gypsum diolah melalui proses pabrikasi menjadi
tepung. Papan gypsum propil digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding
partisi dan plafon.

2.2 Standar Papan Gipsum


Standar merupakan sesuatu yang ditetapkan untuk digunakan sebagai dasar
pembanding dalam pengukuran atau penilaian terhadap kapasitas, kuantitas, isi,
luas, nilai dan kualitas (Guralnik, 1979). Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pada penelitian ini digunakan standar papan gipsum dari Bison (Hubner, 1985)
sebagai pembanding terhadap mutu papan gipsum yang dihasilkan, selain itu
digunakan juga standar ISO ( International Standard Organization) 8335 (cement
bonded particleboards - boards of Portland or equivalent cement reinforced with
fibrous wood particles) (ISO, 1987) dan SNI 03-2105 (papan partikel) (DSN, 1996).
Dengan demikian standar tersebut dapat memberikan gambaran apakah

Universitas Sumatera Utara


papan gipsum yang- dihasilkan telah memiliki mutu sesuai standar atau
tidak. Tabel dibawah ini nilai spesifik karakteristik papan tiruan dari tiga buah
standar.

Tabel 1. Standar Papan Tiruan Gipsum


Sifat papan Standar
ISO 1 2 SNI 03 - Gipsum Jaya
BISON BISON
2105 1996 Board/ ASTM
C36/C36M-01

gr/cm3 1.15 1.2 Maks 1 0,55 gr/cm3


ir (%) 6 – 12 - - Maks 10
apan air (%) - - - Mkas 50 37,4 %
gan tebal(%) 3 2.5 -
gan panjang (%) - 0.03 – 0.05 0.05 -
gan lebar (%) - 0.03 – 0.05 0.05 -
astisitas (kg/cm2) 29411.76 28.4-29.4 44.1-49.0 - 1578,29
tah (kg/cm2) 88.235 53.9 83.3-88.2 100-140 156,122
rekat internal(kg/cm2) - 1.98 3.9 -
50 39.2 68.6 -
- 19.6 29.4 -

(*) Setelah direndam air selama 24 jam pada suhu kamar


Keterangan : ISO 8335 (1987) (Cement bonded particleboards)
SNI 03 – 2105 (1996) (papan partikel)
(1) Gypsum fibre board – Bison (Hubner, 1985)
(2) Gypsum board flake reinforced – Bison (Hubner,1985)
KCTP = Keteguhan cabut sekrup tegak lurus permukaan

Universitas Sumatera Utara


2.3 Kelapa
Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi
agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang
utama di dunia. Pada tahun 2000,luas areal tanaman kelapa di Indonesia
mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar
butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat.
Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi
maupun sosial budaya.
Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga palmae. Kelapa dikenal
sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanamn ini bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Berikut adalah bagian-bagian dari tanaman kelapa.
1. Batang
2. Daun
3. Akar
4. Bunga
5. Buah
Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit luar, sabut,
tempurung, kulit daging buah, daging buah, air kelapa dan lembaga. Sabut kelapa
merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa,
yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa yang merupakan sisa buah kelapa
yang banyak terdapat di indonesia. Bagian yang berserabut merupakan kulit dari
buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per
tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut
kelapa yang dihasilkan (Palungkun, 1992) .
Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai
tambahnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendayagunakan limbah
sabut kelapa yaitu sebagai alternative dalam pembuatan papan partikel. Sabut
kelapa terdiri-dari dua bagian yaitu sel - sel serat dan serbuk sabut kelapa.
Serat sabut kelapa ini mengandung komposisi kimia yaitu serat sellulosa.

Universitas Sumatera Utara


Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai
Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil
pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya
dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah
tangga lain. Tetapi berdasarkan sifat kimianya serat sabut kelapa dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam membuat papan partikel karena dalam
serat sabut kelapa terkandung lignoselulosa (Palungkun, 1992).
Sabut kelapa tersusun atas unsur organik dan mineral yaitu; pectin dan
hemisellulose (merupakan komponen yang larut dalam air), lignin dan
sellulose (komponen yang tidal larut dalam air), kalium, kalsium, magnesium,
nitrogen serta protein. Perbandingan komponen diatas tergantung dari umur
sabut kelapanya. Lignin pada serat sabut kelapa berkisar antara 40 % sampai
50%. Serat sabut tergolong relatif pendek, sel seratnya sepanjang kira–kira 1
mm dengan diameter 15 micron dan sehelai serat terdiri dari 30 sampai 300
sel atau lebih, dilihat dari penampang lintangnya. Panjang serat sabut berkisar
15 sampai 35 cm dengan diameter 0,1 sampai 1,5 mm. Serat sabut
mempunyai daya apung yang tinggi, tahan terhadap bakteri, air garam dan
murah, sedang kelemahannya ialah, tidak dapat digintir dengan baik dan
tergolong serat yang kaku (The Encyclopedia of wood, 1980). Mutu serat
sabut kelapa atau coconut fibre, ditentukan oleh warna, persentase kotoran,
kadar air, dan proporsi antara bobot serat panjang dan serat pendek.
Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat
sabut kelapa diproses untuk dijadikan coir fiber sheet yang digunakan untuk
lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain. Serat sabut kelapa bagi Negara-
Negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi ekspor yang
memasok
kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990 . Indonesia walaupun
merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia,- pangsa pasar serat sabut
kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa
yang meningkat dan perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia
yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut kelapa sebagai

Universitas Sumatera Utara


bahan baku / bahan pembantu, merupakan potensi yang besar
bagi
pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa. Dari aspek teknologi,
pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat dilaksanakan oleh
usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam pengembangan usaha
kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan
modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat
yang masih belum memenuhi persyaratan (BI, 2004). Dalam rangka menunjang
pengembangan industry serat sabut kelapa yang potensial ini,
maka perlu
dilakukan pengujian yang memanfaatkan sabut kelapa ini sebagai papan serat
yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan teknik. Dari hasil penelitian
nantinya dapat dihasilkan data-data teknik yang berkenaan dengan pemanfaatan
tersebut, sehingga apakah dapat dipertanggung jawabkan keamanannya atau
tidak. Disamping hal itu juga memanfaatkan serat sabut kelapa sebagai hasil
samping, agar memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Serbuk sabut kelapa (cocopeat) adalah hasil sampingan dari proses
pengambilan serat sabut kelapa. Cocopeat merupakan pengikat antar serat kelapa
di dalam sabut kelapa. Cocopeat mempunyai kandungan lignin dan selulosa yang
tinggi. Bahan-bahan yang terkandung di dalam cocopeat menyebabkan cocopeat
tahan terhadap bakteri dan jamur. Cocopeat memiliki pH sebasar 5,2-6,8 dann
sangat sulit untuk diuraikan. Cocopeat akan mulai terurai dalam jangka waktu 10
tahun pemakaian, sehingga manfaat-manfaat dari cocopeat ini dapat berlangsung
lama. Cocopeat sangat cocok digunakan untuk campuran tanah dalam pot, media
pembenihan, media hydroponik, dan material lapangan golf (Anonim 2007).
Cresswell (2009) mengatakan, cocopeat terdiri dari 2% - 13% serat pendek yang
panjangnya kurang dari 2 cm. Cocopeat bersifat hydrophilik dimana kelembaban
akan tersebar merata pada permukaan serbuk. Kondisi seperti ini menyebabkan -
cocopeat mudah untuk menyerap air meskipun berada di udara kering. Cocopeat
tidak cocok digunakan sebagai bahan bakar karena menghasilkan banyak asap dan
panas yang dihasilkan sedikit. Cocopeat memiliki daya serap air yang cukup tinggi
yaitu sekitar 8 – 9 kali dari beratnya. Dalam coco peat mengandung
Universitas Sumatera Utara
mineral-mineral seperti N, P, K, Ca,Cl, Mg, Na yang baik untuk
media
pembibitan tanaman . (DAPCA 2008).

2.4 Poliuretan
Poliuretan merupakan bahan polimer yang mengandung gugus fungsi uretan
(-NHCOO-) dalam rantai utamanya. Gugus uretan terbentuk dari reaksi antara
gugus isosianat dengan gugus hidroksil, seperti nampak dalam persamaan reaksi
berikut :

Gambar 2.1 Reaksi antara gugus isosianat dengan gugus hidroksil

Pada awalnya banyak poliuretan yang dipatenkan adalah dari hasil reaksi diamin
dan biskloroformat pada temperatur rendah. Setelah itu berkembang metode
polimerisasi lelehan (melt polymerization method) dan metode larutan temperatur
tinggi (hightemperaturesolution method) yang meliputi reaksi diisosianat dengan
diol. Metode yang meliputi reaksi diisosianat dengan diol berkembang lebih
pesat melebihi metode biskloroformat-diamin karena lebih sederhana dan tidak
menghasilkan produk samping. Henrie Ulrich (1982) dalam studinya mengenai
poliol, melaporkan bahwa poliol polieter dan poliester biasa digunakan untuk
sintesis poliuretan. Poliol polieter merupakan polimer berat molekul rendah yang
diperoleh dari reaksi pembukaan cincin pada polimerisasi alkilen oksida. Poliol
poliester diperoleh dari reaksi polimerisasi glikol dengan asam dikarboksilat.
Jadi- pada dasarnya, poliuretan dibuat dari reaksi polimerisasi antara monomer-
monomer diisosianat dengan poliol polieter atau poliester. Elastomer poliuretan
memiliki formasi kopolimer blok (A-B)n yang terdiri atas segmen keras dan
segmen lunak. Elastomer umumnya terbentuk dengan cara mereaksikan

Universitas Sumatera Utara


diisosianat aromatik berlebih dengan polieter atau poliester yang memiliki gugus
ujung hidroksi untuk menghasilkan prepolimer dengan gugus ujung isosianat.
Prepolimer yang terbentuk direaksikan dengan senyawa dihidroksi, diamin, atau
senyawa dengan gugus
asam dikarboksilat

Gambar 2.2 Sintesis Elastomer Poliuretan

Konsumsi bahan polimer poliuretan khususnya di Indonesia setiap tahunnya


mengalami peningkatan, terutama digunakan pada berbagai komponen kendaraan
yang meliputi bagian eksterior dan interior misalnya bumper,panel-panel, tempat
duduk, dan lain-lain. Dibidang kedokteran, poliuretan digunakan sebagai bahan
pelindung muka, kantung darah, dan lain-lain. Selain itu poliuretan telah digunakan
pula untuk perabot rumah tangga (furniture), bangunan dan konstruksi, insulasi tanki
dan pipa, pabrik pelapis, alat-alat olahraga, serta sebagai bahan pembungkus. H.
Hatakeyama (1995) dalam penelitiannya mengenai poliuretan yang biodegradable
berasal dari tumbuhan, menunjukkan bahwa poliuretan dapat- disintesis
menggunakan komonomer berupa polimer alam yang dikenal sebagai lignoselulosa.
Berbagai sumber tumbuhan seperti lignin kraft, lignin solvolisis, kopi, sakarida
seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, dan molasse dapat dibuat poliuretan lewat
pencampuran dengan polietilen glikol (PEG) atau polipropilen glikol (PPG) dan
direaksikan dengan difenilmetan diisosianat (MDI). S. Owen (1995) telah dapat
mensintesis poliuretan yang

Universitas Sumatera Utara


biodegradable dengan menggunakan poliol berupa poli-D,L-asam laktat dan
direaksikan dengan pMDI (polimetilen polifenil poliisosianat). (Eli R dkk 2000).

2.5 Uji Fisik.


2.5.1 Densitas
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua macam
densitas yaitu : Bulk Density dan true density. Bulk density adalah densitas dari
suatu sampel yang berdasarkan volume bulk atu volume sampel yang termasuk
dengan pori – pori atau rongga yang ada pada sampel tersebut. Pengukuran bulk
density untuk bentuk yang tidak beraturan dapat ditentukan dengan Metode
Archimedes yaitu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (SNI 03-2105
(1996) (Faisal, 2008):
ñ = x ñH2O ……………. (2.1)
benda

Dengan :

ñbenda = Densitas benda (gr/cm3)


Mk = massa kering benda
Msg = Massa sampel gantung
Mkp = Massa kawat penggantung
ñH2O = Densitas air ( 1 gr/cm3)

2.5.2 Pengujian daya serap air


Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya.
Menurut Siagian (1983), semakin besar tekanan kempa, suhu kempa dan
kombinasi keduanya maka makin kecil daya serap air papan serat. Perbedaan
daya serap papan serat terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan
yang berbanding terbalik dengan daya serap terhadap air. Semakin besar
kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air.
Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur massa awal
(Mk), kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah dilakukan
perendaman selama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (Mb).

Universitas Sumatera Utara


Nilai daya serap air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( SNI
03-2105, 1996) :
Daya Serap Air (%) = ……………… (2.2)

Dengan :
Mb = Massa basah (gr)
Mk = Massa kering (gr)

2. 6 Uji mekanik
2.6.1 Kekuatan Impak
Kekuatan material terhadap beban kejut dapat diketahui dengan cara
melakukan uji impak. Dari hasil pengujian akan dapat diperoleh tingkat
kegetasan material tersebut. Kekuatan impak komposit rata-rata masih dibawah
kekuatan impak logam. Kekuatan impak komposit sangat tergantung pada ikatan
antar molekulnya semakin kuat ikatan antar molekulnya maka akan semakin
tinggi pula kekuatan impaknya.
Pengujian impak komposit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu flat
impact method (impak depan) dan edge impact method (impact samping).
Pengujian impak dari samping akan menghasilkan kekuatan impak yang lebih
rendah dibandingkan dengan pengujian dari depan. Pada penelitian ini
menggunakan metode flat impact method, hal ini dilakukan karena
pertimbangan aplikasinya sebagai dinding panel interior.
Untuk pengujian impak core kayu Sengon Laut mengacu pada standar
ASTM uji impak material plastik. Hal ini dikarenakan belum ditemukannya
standar uji impak izod untuk material kayu.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji saat diberi beban
kejut oleh pendulum dapat diketahui dengan persamaan 2.3 (Instruction Manual
Toyo Seiki Izod impact tester ).
'
é æa+böù
E=serapWR0,098067 (cosb-cosa)-(cosa-cosa)ç ê '
÷……….(2.3)
ú

èa+aø
ë û
Eserap = energi serap (J)

Universitas Sumatera Utara


W = berat pendulum, (N)
R = jarak pendulum terhadap titik poros, (cm)
á= sudut pendulum pada posisi pengujian,( º)
â= sudut ayun pendulum pada sisi sebelah setelah menghantam
spesimen, (º)
Ü= sudut ayun pendulum dari posisi sudut á, tanpa spesimen, (º)

Dengan mengetahui besarnya energi yang diserap oleh material maka


kekuatan impak benda uji dapat dihitung sesuai persamaan 2.4 (Instruction
Manual Toyo Seiki Izod impact tester).
E
Kekuatan Impak (ó) =serap ………………(2.4)
A
(ó) = Kekuatan Impak( J/cm2)

A = luas, (cm2)

2.6.2 Uji Tarik


Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada
uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara
kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang
dialami benda uji dengan extensometer, seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Skema model pengujian tarik dengan UTM

Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
s=F/Ao ............... 2.5

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh


dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (datauDL),dengan
panjang awal.
e = d/Lo= DL/Lo= ( L - Lo ) / Lo ............. 2.6
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan
mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua kurva sering
dipergunakan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4 Kurva Tegangan Regangan teknik (s-e)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung
pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami,
laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva
tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.

2.6.3 Pengujian keteguhan patah (Modulus Of Rupture/MOR).


Pengujian Modulus Of Rupture (MOR) dilakukan dengan menggunakan
Universal Testing Mechine. Nilai MOR dapat dihitung dengan rumus ( JIS A
5908-2003) :
MOR ………………2.7
Dengan :

MOR = Modulus of Rupture (Modulus patah) (kg/cm2)

Universitas Sumatera Utara


B = Beban maksimum (kg)
S= Jarak sangga (cm)
l = Lebar spesimen (cm)
t= Tebal spesimen (cm)
Contoh uji yang digunakan berukuran (12 x 2 x 0.6) cm pada kondisi
kering udara dengan pola pembentukan seperti gambar berikut :
B

Gambar 2.5 Cara Pembebanan Pengujian kuat lentur dan kuat patah

2.6.4 Pengujian kuat lentur (Modulus of Elasticity/MOE)


Pengujian Modulus of Elasticity (MOE) dilakukan bersama-sama
dengan pengujian keteguhan patah dengan memakaicontoh uji yang sama.
Besarnya defleksi yang terjadi pada saat pengujian dicatat pada setiap selang
beban tertentu.
Hasil pengujian kuat lentur pada papan partikel dapat diperoleh sesuai
dengan persamaan ( JIS A 5908-2003) :

MOE …………… 2.8


Dengan :
MOE = Modulus of Elasticity(Modulus Lentur) (kg/cm 2)
B = Beban sebelum batas proporsi (kg)
S= Jarak sangga (cm)
D= Lenturan pada beban (cm)
l = Lebar spesimen (cm)
t= Tebal spesimen (cm) .

Universitas Sumatera Utara


2.7 Thermal Analyzer (DTA)
Menurut International Conferenderation for Thermal Analisys, bahwa
analisis termal adalah metode untuk menganalisa suatu material apabila diberikan
perlakuan temperatur. Differential Thermal Analyzer (DTA) mengukur perbedaan
temperatur (T) antara sampel dan material pembanding (inert) sebagai fungsi
temperatur, oleh karena itu DTA mendeteksi perubahan panas yang terjadi. Pada
DTA panas yang diabsorbsi dan dipancarkan oleh sistem dapat diselidiki dengan
mengukur perbedaan temperatur antara keduanya. Prinsip dasar dari thermal
analyzer atau DTA adalah apabila dua buah krusibel dimasukkan kedalam
tungku DTA secara bersamaan, krusibel yang berisi sampel ditempatkan
disebelah kiri dan krusibel kosong (pembanding) disebelah kanan, kemudian
kedua krusibel tersebut dipanaskan dengan aliran panas yang sama besar
seperti yang terlihat pada Gambar2.6, akan terjadi penyerapanpanas yang
berbeda oleh kedua krusibel tersebut. Besarnya perbedaan penyerapan panas
yang terjadi disebabkan oleh perbedaan temperature yang menyebabkan
terjadinyasuatu reaksi endotermik. Apabila temperatur sampel (Ts) lebih besar
dari temperatur pembanding (Tr) maka yang terjadi adalah reaksi
eksotermik tetapi apabila temperatur sample (Ts) lebih kecil dari pada
temperatur pembanding (Tr) maka reaksi perubahan yang terjadi adalah
reaksiendotermik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya reaksi
eksotermik disebabkan oleh suatu bahan mengalami perubahan fisika atau
kimia dengan mengeluarkan sejumlah panas yang mengakibatkan kenaikan Ts
lebih besar dari Tr. Sedangkan terjadinya reaksi endotermik disebabkan oleh
terjadinya perubahan fisika atau kimia yang dialami oleh suatu bahan
dengan menyerap sejumlah panas yang mengakibatkan Ts lebih kecil dari
Tr seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Universitas Sumatera Utara


Ts Tr

Gambar 2.6 Sistem Pemanasan Dalam Tungku DTA

Gambar . 2.7 Kurva Ideal Differential Thermal Analysis (DTA)

Tetapi apabila terjadi hanya perubahan base line atau membentuk tinggi
puncak endotermik maupun eksotermik yang kecil maka hal itu kemungkinan
hanya terjadi transisi glass dan penyerapan panas. Dari beberapa hasil
penelitian telah diperoleh bahwa adanya fenomena yang disebabkan oleh
perubahan sifat fisika atau kimia yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


reaksi eksotermik maupun reaksi endotermik ditunjukkan pada tabel 2
dibawah ini.(Aslina, 2005

Tabel 2. Reaksi endotermik dan eksotermik bahan

Fenomena Kondisi

Eksotermis Endotermis
Peristiwa Fisika
Adsorbsi x -
Desorpsi - x
Transisi x x
Kristal x -
Kristalisas - x
Pelelehan - x
Penguapan - x
Penyublim

an

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai