Anmal 27A
Anmal 27A
Imam Mulia
04011181320034 / PDU B 2013
Pirogen endogen ini menyebabkan pengeluaran prostaglandin, suatu perantara kimia lokal
yang dapat menaikan termostat hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Setelah terjadi
peningkatan titik patokan hipotalamus, terjadi inisiasi respon dingin, dimana hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh di bawah normal, sehingga memicu mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu. Respon dingin tersebut berupa menggigil dengan tujuan agar produksi
panas meningkat dan vasokonstriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas.
2. Pemeriksaan Penunjang:
Hb 7 gr/dl, RBC 3,5 jt, WBC 11.000/mm3, Trombosit 200.000/mm3
Bagaimana interpretasi dan meknisme abnormal pada pemeriksaan penunjang?
Hb 9 gr/dl anemia
RBC 4,5jt anemia
Price (2009) menyebutkan faktor penyebab anemia diantaranya karena:
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit
terjadi di dalam limpa (faktor autoimun memegang peranan).
b. Reduced survival time, karena eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak
dapat hidup.
c. Diseritropoeiesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis
dalam sumsum tulang) retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran perifer.
Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan pemeriksaan sediaan
darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara berikut.
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku) untuk diagnosis
pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah sakit/Puskesmas/lapangan untuk
menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
b) Spesies dan stadium Plasmodium;
c) Kepadatan parasit:
1) Semi Kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit)
atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL maka
hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL. Jika dijumpai 50 parasit
per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit =
4.500.000/1000 X 50 = 225.000 parasit/uL.
© M. Imam Mulia
04011181320034 / PDU B 2013
Harijanto, Paul N. 2009. Malaria. Dalam Sudoyo, Aru W. dkk. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Price, Syliva, dan Wilson, Lorainne. 2013. Patofisiologi. (VI). EGC, Jakarta.
Repository.usu.ac.id. 2012. Bab 2. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21562/4/
Chapter %20II.pdf, diunduh pada 15 Agustus 2016)