Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang


pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah sakit
sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan medik, rehabilitasi medik dan pelayanan
perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat
jalan dan unit rawat inap (Muninjaya, 2004).
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah
sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya
pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan
klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk
menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009) .
Ketepatan waktu dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi perhatian
penting di negara - negara seluruh dunia. Hasil studi dari National Health Service
di Inggris, Australia, Amerika dan Kanada bahwa pelayanan perawatan
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien (LeadingPractices inEmergency
Departement , 2010). Data kunjungan masuk pasien ke IGD di Indonesia
sebanyak 4.402.205 pasien (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). Pelayanan
gawat darurat di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan pada tahun 2011 -
2012 dari 98,80% menjadi 100% dengan berbagai banyak keluhan pasien yang
beranekaragam (Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun, 2013).
Keanekaragaman pasien di IGD yang datang dari berbagai latar belakang
dari sisi sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman membuat persepsi
pasien atau masyarakat berbeda-beda. Pasien merasa puas dengan pelayanan
perawat di IGD apabila harapan pasien terpenuhi, seperti pelayanan yang cepat,
tanggap, sopan, ramah, pelayanan yang optimal dan interaksi yang baik. Namun
pasien atau masyarakat sering menilai kinerja perawat kurang mandiri dan kurang
cepat dalam penanganan pasien di IGD. Penilaian itu karena beberapa hal, salah
satunya diantaranya adalah ketidaktahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang IGD (Igede, 2012).
Ketidaktahuan tentang penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang IGD
berpengaruh terhadap kepuasan dan kecemasan pasien (Qureshi, 2008).
Kecemasan menurut Dongoes (2006) merupakan keadaan individu atau kelompok
mengalami kegelisahan dan meningkatnya aktifitas syaraf otonom ketika
mengalami ancaman yang tidak jelas. Kecemasan dapat memperburuk kondisi
kesehatan fisik dan mental pasien. Respon kecemasan umumnya di tandai dengan
gejala nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, muka berkerut, terlihat
tidak tenang dan juga sukar tidur (Hawari, 2013). Kondisi lingkungan IGD yang
overcrowded menambah ketidaknyamanan dan menambah tingkat kecemasan
pasien. Stuart &laraia (2005) mengatakan bahwa perubahan status kesehatan
individu mengakibatkan terjadinya kecemasan. Banyaknya pasien yang datang di
IGD membuat perawat harus memilah pasien dengan cepat dan tepat sesuai
prioritas bukan berdasarkan nomor antrian. Tindakan perawat dalam melakukan
perawatan pasien harus bertindak cepat dan memilah pasien sesusai prioritas,
sehingga mengutamakan pasien yang lebih diprioritaskan dan memberikan waktu
tunggu untuk pasien dengan kebutuhan perawatan yang kurang mendesak (Igede,
2012).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Instalasi Gawat Darurat


A.1.Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi pelayanan rumah sakit
yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multi
disiplin ilmu.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di
IGD dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat
dan juga asisten dokter. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi
khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka
macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah
sakit. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD
merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya,
serta padat teknologi.

A.2. Fungsi Instalasi Gawat Darurat


Fungsi IGD adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien
yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi
yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk
penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, halini merupakan bagian dari
perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah
(DepKes RI,2004).

A.3. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962)
dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawatdarurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggungjawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan
kedokteran yang bersifat khas sering disalah gunakan. Pelayanan gawatdarurat
yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (live
saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh
pelayananpertolonganpertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan
(ambulatory care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan
pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan lanjutan dari
pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang
dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta
menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan
keadaan medis darurat (emergency medical questions).

A.4. Prosedur Instalasi Gawat Darurat


Menurut Apriyani (2008) adapun Prosedur Instalasi Gawat Daruratadalah:
1. Pasien masuk ruang gawat darurat.
2. Pengantar mendaftar kebagian administrasi (frontliner).
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam medic
dan map plastic merah.
4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.
5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai SPM
emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan di setujui
oleh pasien/keluarga (informed consent).
6. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik, penunjang,
ranap), pasien/keluarga menandatangani surat penolakan.
7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau
paramedic berhak melakukan tindakan penyelamatan bilater dapat kondisi
yang mengancam jiwa pasien.
8. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke unit
terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel laboratorium
dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan rontgen, paramedic
mengantarkan pasien ke unitradiologi.
9. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh
pasien/keluarga(informedconsent).
BAB III
PENUTUP

Gawat darurat adalah Suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
dapat mengancam nyawa dan terjadinya mendadak, mengakibatkan seseorang atau
banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan
secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu
maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah
bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Dalam pelayanan kesehatan tersebut juga harus dilengkapi dengan peralatan-
peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang
diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan serta
mempunyai zinedar sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Anda mungkin juga menyukai