Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang


pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah sakit
sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan medik, rehabilitasi medik dan pelayanan
perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit
rawat jalan dan unit rawat inap (Muninjaya, 2004).
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah
sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama
masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah
suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang
cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI,
2009) .
Ketepatan waktu dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi perhatian
penting di negara - negara seluruh dunia. Hasil studi dari National Health
Service di Inggris, Australia, Amerika dan Kanada bahwa pelayanan perawatan
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien (LeadingPractices inEmergency
Departement , 2010). Data kunjungan masuk pasien ke IGD di Indonesia
sebanyak 4.402.205 pasien (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). Pelayanan
gawat darurat di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan pada tahun
2011 - 2012 dari 98,80% menjadi 100% dengan berbagai banyak keluhan
pasien yang beranekaragam (Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun,
2013).
Keanekaragaman pasien di IGD yang datang dari berbagai latar
belakang dari sisi sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman membuat
persepsi pasien atau masyarakat berbeda-beda. Pasien merasa puas dengan
pelayanan perawat di IGD apabila harapan pasien terpenuhi, seperti pelayanan
yang cepat, tanggap, sopan, ramah, pelayanan yang optimal dan interaksi yang
baik. Namun pasien atau masyarakat sering menilai kinerja perawat kurang
mandiri dan kurang cepat dalam penanganan pasien di IGD. Penilaian itu
karena beberapa hal, salah satunya diantaranya adalah ketidaktahuan pasien

1
dan keluarga tentang prosedur penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang
IGD (Igede, 2012).
Ketidaktahuan tentang penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang
IGD berpengaruh terhadap kepuasan dan kecemasan pasien (Qureshi, 2008).
Kecemasan menurut Dongoes (2006) merupakan keadaan individu atau
kelompok mengalami kegelisahan dan meningkatnya aktifitas syaraf otonom
ketika mengalami ancaman yang tidak jelas. Kecemasan dapat memperburuk
kondisi kesehatan fisik dan mental pasien. Respon kecemasan umumnya di
tandai dengan gejala nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, muka
berkerut, terlihat tidak tenang dan juga sukar tidur (Hawari, 2013). Kondisi
lingkungan IGD yang overcrowded menambah ketidaknyamanan dan
menambah tingkat kecemasan pasien. Stuart & laraia (2005) mengatakan
bahwa perubahan status kesehatan individu mengakibatkan terjadinya
kecemasan. Banyaknya pasien yang datang di IGD membuat perawat harus
memilah pasien dengan cepat dan tepat sesuai prioritas bukan berdasarkan
nomor antrian. Tindakan perawat dalam melakukan perawatan pasien harus
bertindak cepat dan memilah pasien sesusai prioritas, sehingga
mengutamakan pasien yang lebih diprioritaskan dan memberikan waktu
tunggu untuk pasien dengan kebutuhan perawatan yang kurang mendesak
(Igede ,2012)

2
1.2 RumusanMasalah
1. Apa itu GawatDarurat?
2. Apa itu Instalasi GawatDarurat?
3. Apa itu Instalasi RawatDarurat?
4. Bagaimana Triase diIRD?
5. Bagaimana Labelisasi Warna di UnitIRD?
6. Bagaimana Klasifikasi Unit GawatDarurat?
7. Bagaimana Sistem Penanggulangan GawatDarurat?
8. Apa Saja Peralatan Standart di UGD Berdasarkan KlasifikasiIRD?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui GawatDarurat
2. Untuk Mengetahui Instalasi GawatDarurat
3. Untuk Mengetahui Instalasi RawatDarurat
4. Untuk Mengetahui Triase di IRD
5. Untuk Mengetahui Labelisasi Warna di Unit IRD
6. Untuk Mengetahui Klasifikasi Unit GawatDarurat
7. Untuk Mengetahui Sistem Penanggulangan GawatDarurat
8. Untuk Mengetahui Peralatan Standart di UGD Berdasarkan Klasifikasi
IRD

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GawatDarurat
2.1.1 PengertianGawat
Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila suatu
keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang sifatnya mengancam
nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk
keadaan ini adalah: pasien yang menderita penyakit kanker. Penyakit
kanker adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa seseorang, namun
tidak terlalu memerlukan tindakan sesegera mungkin (immediate
treatment). Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-
penyakit yang sifatnya kronis.
2.1.2 PengertianDarurat
Suatu keadaan disebut darurat apabila suatu keadaan karena
cedera maupun bukan cedera yang sifatnya memerlukan
penanganan/pertolongan yang segera. Keadaan darurat adalah keadaan
yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu / kapan saja, terjadi dimana
saja, dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu
kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan suatu penyakit. Contoh
untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit ular berbisa, sedang
mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah tulang akibat
kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dsb. Meskipun keadaan
darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun penanganan yang lambat
bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa seseorang. Biasanya
keadaan darurat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya
akut.
2.1.3 Pengertian Gawat Darurat
Gawat darurat adalah Suatu keadaan karena cedera maupun
bukan cedera yang dapat mengancam nyawa dan terjadinya mendadak,
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan /
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat
. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka
korban akan

4
mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup. Menurut
Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah
bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam
waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
2.1.4 Istilah Dalam Unit GawatDarurat
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat
berdasarkan Prioritas Perawatannya, antara lain :
a) Gawat Darurat(P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran ,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
b) Gawat Tidak Darurat(P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter
specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell
dan lainya.
c) Darurat Tidak Gawat(P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan
lainya.
d) Tidak Gawat TidakDarurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan
tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer,
2004).
2.1.5 Tingkat Pasien GawatDarurat
Adapun tingkat pasien gawat darurat , meliputi :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak
akan mengancamnyawanya.

5
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan
akan dapat menyelamatkanjiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi
pertolongan tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum
Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo2010).
2.1.6 Tujuan Keperawatan GawatDarurat
Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu :
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb)pada
penderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimanamestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebihmemadai.
3. Menanggulangi korbanbencana.
2.2 Instalasi GawatDarurat
2.2.1 Pengertian Instalasi GawatDarurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi pelayanan rumah
sakit yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan multidisiplin ilmu.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu sumber utama
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal
bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya. Di IGD dapat ditemukan dokter dari berbagai
spesialisasi bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Ada
beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya
adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu
segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuanyang

6
dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim
ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit. Penyebab utama
kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu
dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat
teknologi.
2.2.2 Fungsi Instalasi GawatDarurat
Fungsi IGD adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur
pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga
kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana
penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal
ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan
bencana yang terjadi di tiap daerah (DepKes RI,2004).
2.2.3 Kegiatan Instalasi GawatDarurat
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk
penanganan kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan.
Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum
dapat dibedakan sebagaiberikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawatdarurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis
pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan.
Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering
dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory
care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inapintensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan

7
merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medisdarurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk
menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat
yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency
medicalquestions).
2.2.4 Prosedur Instalasi GawatDarurat
Menurut Apriyani (2008) adapun Prosedur Instalasi Gawat
Darurat adalah:
1. Pasien masuk ruang gawat darurat.
2. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (frontliner).
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam
medic dan map plastikmerah.
4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisipasien.
5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai
SPM emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan
di setujui oleh pasien/keluarga (informedconsent).
6. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik,
penunjang, ranap), pasien/keluarga menandatangani suratpenolakan.
7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau
paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat
kondisi yang mengancam jiwapasien.
8. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke
unit terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel
laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan
rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unitradiologi.
9. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh
pasien/keluarga (informedconsent).

8
2.3 Instalasi RawatDarurat
2.3.1 Pengertian Instalasi RawatDarurat
Instalasi Rawat Darurat (IRD) yaitu suatu tempat / unit
pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan
khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat
yang terorganisir. Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang
ke rumah sakit terutama dalam hal kedaruratan berdasarkan kriteria
standart baku.
Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih
dahulu anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan
penyakitnya. Penderita yang kena penyakit serius biasanya lebih sering
mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang
penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan
awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke
rumah sakit lain karena berbagai alasan atau dikeluarkan. Kebanyakan
IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan
lebih sedikit.
IRD mempunyai mempunyai 2 tipe kriteria yang terdiri dari :
kriteria semu dan kriteria kematian. Kriteria semu yang terdiri dari
label berwarna kuning dan hijau biasanya pada kriteria ini pasien yang
mempunyai penyakit ringan dan biasanya langsung pulang. Sedangkan
kriteria kematian atau kriteria pasien yang menyangkut nyawa yang
terdapat pada label merah dan biru, biasanya pada kriteria ini pasien
bisa pulang dan rawat inap, di khususkan pada pasien yang biru harus
rawat inap.

2.3.2 Tujuan Instalasi RawatDarurat


1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawatdarurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirimpasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana
yang terjadi dalam maupun diluar rumahsakit
4. Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas
tinggi pada masyarakat dengan problem medisakut

9
2.3.3 Kriteria Instalasi RawatDarurat
1) IRD harus buka 24jam
2) IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency
(korban yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi
tidak boleh memggangu / mengurangi mutu pelayanan penderita-
penderita gawat darurat.
3) IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive
care dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yangbaik
4) IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat
sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat(PPGD)
5) IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas
pelayanan kesehatan masyarakatsekitarnya.
2.3.4 Sarana dan Prasarana Fisik Ruangan yang Diperlukan diIRD
Ketentuan umum fisik bangunan :
1. Harus mudah dijangkau olehmasyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk
kendaraan /pasien tidak sama dengan alurkeluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang
terletak antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan
ruangtindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depanpintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2brankar
2.4 Prinsip Umum Pelayanan IRD di RumahSakit
2.4.1 Prinsip Umum Pelayanan IGD di RumahSakit
Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit adalah (Depkes RI, 2010)
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan : melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus
gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (lifesaving).
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.

10
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah
sakit diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat(IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani
kasus gawatdarurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit
setelah sampai diIGD.
6. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin,
multiprofesi dan terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur
pimpinan dan unsurpelaksana).
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai denganklasifikasi.
2.4.2 Prinsip Umum Dalam Asuhan Keperawatan yang Diberikan Oleh
Perawat di Ruang GawatDarurat
Prinsip umum dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a) Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat
harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah
penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk
klien
b) Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang
berkelanjutan
c) Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan
untuk mengatasi masalah biologi dan psikologiklien
d) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kerjasama perawat danklien
e) System monitoring kondisi klien harus dapatdijalankan
f) Sistem dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah,
cepat dantepat
g) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal
keperawatan perludijaga.

11
2.4.3 DisiplinPelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan
cara memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu.
Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993):
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertamadilayani)
2. LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertamadilayani)
3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutanacak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yangdidahulukan.
2.5 Triase diIRD
2.5.1 PengertianTriase
Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien
berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan
gawat medik serta prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan
prioritas dan penyebab ancamanhidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke
fasilitas kesehatan. Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera
secara cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang
kelangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang segera.
Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat.
Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis
jangka pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara
dramatis oleh perawatan sederhana yang intensif.
2.5.2 TujuanTriase
1) Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera,
Ini lebih ke perawatan yang dilakukan dilapangan.
2) Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan
3) Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah
tiga alasan dan tujuandilakukannya

12
2.5.3 Prinsip-Prinsip Triase dan Tata Cara Melakukan Triase
 Prinsip dari triage:
a. Triase harus cepat dantepat
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang
menganca nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian
kegawatdaruratan
b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting
pada proses pengkajian
c. Keputusan yang diambil berdasarkanpemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat
direncanakan jika ada informasi yang adekuat dan data yangakurat
d. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan
memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang
sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur
diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untukperawatan
e. Kepuasan pasientercapai
Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai
kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin
akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang
kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga
pasien, atau teman (Department Emergency Hospital Singapore,
2009)
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek
mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time
serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi
korban berdasarkan:
 Ancaman jiwa mematikan dalam hitunganmenit
 Dapat mati dalam hitunganjam

13
 Traumaringan
 Sudahmeninggal
 Dari yang hidup dibuat prioritas
Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :
1. Pernafasan (respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (MentalState)
Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase
(Label Berwarna) yang dipakai oleh petugas triase untuk
mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan medis terhadap
korban.
2.5.4 KlasifikasiTriase
 Triase diTempat
Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat
penampungan, triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama
sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan.
 TriaseMedic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan
medik lanjutan yang bertujuan Untuk menentukan tingkat
perawatan dan tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh korban.
atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat darurat.
 Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan
pada rumah sakit yang telah siap menerima korban. seperti
Bencana massal contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau
bencana besarlain.
2.5.5 Faktor Yang MempengaruhiTriase
Ada dua jenis keadaan yang akan mempengaruhi proses triage :
1) MultipleCasualties
Keadaan ini terjadi bila musibah masal dengan jumlah penderita dan
beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan

14
peralatan. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang
mengancam jiwa dan multiple trauma akan dilayani terlebih dahulu
2) MassCasualties
Keadaan ini dijumpai jika musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas dan peralatan.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah
penderita dengan kemungkinan hidup /survival terbesar, serta
membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
2.5.6 Tipe Triase:
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada
system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah
bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal,
mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan
dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang
tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan
sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualtyincident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di
suatu tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum
mencapai tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang lebih
intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal
bisa di tunda terlebih dahulu.
c. DisasterTriage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan
perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat
membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan
perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan
perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada
identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat.

15
Pada disaster triage dilakukan identifikasi korban yang mengalami
luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan
yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya
ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan
level luka.
d. MilitaryTriage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi
disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap
mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal
untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada
kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
e. Special Conditiontriage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban.
Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah
masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan
kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat
dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)
2.6 Labelisasi Warna di UnitIRD
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem
yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage taggingsystem).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk
memprioritisasikantindakan.
 Prioritas Nol (Hitam):
1. Mati atau jelas cederafatal.
2. Tidak mungkindiresusitasi.
 Prioritas Pertama (Merah):
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagalnafas,
2. cederatorako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasialberat,
4. shok atau perdarahanberat,

16
5. luka bakarberat.
 Prioritas Kedua (Kuning):
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat:
1. cedera abdomen tanpashok,
2. cedera dada tanpa gangguanrespirasi,
3. fraktura mayor tanpashok,
4. cedera kepala / tulang belakangleher,
5. luka bakar ringan.
 Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1. cedera jaringanlunak,
2. fraktura dan dislokasiekstremitas,
3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalannafas,
4. gawat daruratpsikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging
yang sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.

17
2. Sistim Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian
segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60
detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental.
Hal ini untuk memastikan kelompok korban :
a. perlu transport segera /tidak,
b. tidak mungkindiselamatkan,
c. mati.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan
dilayani sesuai urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna
,yaitu :
a. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita
sangat gawat/ ancamannyawa.
b. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat
darurat (kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa)
c. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk
penderita darurat, tetapi tidakgawat
d. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan
yaitu Untuk bukan penderitagawat.
e. Hitam : Meninggal dunia
Prioritas dari warna:
1. Biru
a) Henti jantung yangkritis
b) Henti nafas yang kritis
c) Trauma kepala yang kritis
d) Perdarahan yang kritis
2. Merah
a) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
b) Lukatusuk

18
c) Penurunan tekanandarah
d) Perdarahan pembuluhnadi
e) Problemkejiwaan
f) Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada danmuka
g) Diare dengandehidrasi
h) Patahtulang
3. Kuning
a) Lecetluas
b) Diare nondehidrasi
c) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20%
4. Hijau
a) Gegar otakringan
b) Luka bakar derajat I
2.7 Klasifikasi Unit GawatDarurat
Klasifikasi Pelayanan unit Instalasi Gawat Darurat terdiri dari:
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I di RumahSakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk.
b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II di RumahSakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III di RumahSakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik .

19
d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV di RumahSakit
Merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan
pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum
dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik
ditambah dengan pelayanan keperawatan gawat darurat sub spesialistik.
2.8 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT)
2.8.1 PengertianSPGDT
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat
darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan
di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada
respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem
komunikasi.
2.8.2 JenisSPGDT
1. SPGDT-S(Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang
saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di
Rumah Sakit – antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem.
Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Meliputi berbagai
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
 Pra RumahSakit
a. Diketahui adanya penderita gawat darurat olehmasyarakat
b. Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasipelayanan
c. Penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolonganmedik
d. Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam
atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, danlain-lain)
e. Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan
dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayananambulan)

20
 Dalam RumahSakit
a. Pertolongan di unit gawat darurat rumahsakit
b. Pertolongan di kamar bedah (jikadiperlukan)
c. Pertolongan diICU/ICCU
 Antar RumahSakit
a. Rujukan ke rumah sakit lain (jikadiperlukan)
b. Organisasi dankomunikasi
2. SPGDT-B(Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah
Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg
memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
 Tujuan Khusus:
a. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimanamestinya.
b. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebihmemadai.
c. Menanggulangi korbanbencana.
 Prinsip mencegah kematian dan kecacatan:
a. Kecepatan menemukanpenderita.
b. Kecepatan memintapertolongan.
 Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Ditempatkejadian.
b. Dalam perjalanan kepuskesmas ataurumah-sakit.
c. Pertolongan dipuskesmas ataurumah-sakit.
2.9 Peralatan Standar di UGD Berdasarkan klasifikasiIRD
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat. Alat yang harus tersedia
adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung seperti monitor
dandefribrilator

21
Macam-Macam Alat
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction ( 1 set )
Suction Pump adalah sebuah alat kesehatan yang berfungsi
untukmengeluarkan cairan dari dalam tubuh manusia dengan cara di
sedot atau di hisap.Untuk mengontrol daya hisap yang dihasilkan
suction pump dilengkapi dengan regulator. Jadi daya hisap bisa kita
atur sesuai dengan kebutuhan, misal untuk menghisap cairan yang
kental maka kita setting daya hisapnya yang lebih besar sedangkan
untuk cairan encer bisa kita setting sebaliknya.

2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set)


Dalam kondisi tertentu oksigen dibutuhkan untuk orang
yang mengalami gangguan pernapasan akut. Unit oksigenasi
biasanya terdapat di ruang unit gawat darurat dan di beberapa ruang
rawat inap rumah sakit. Alat ini digunakan untuk memberikan
pertolongan kepada seseorang yang mengalami hipoksia atau
kekuranganoksigen.
Oksigen diberikan kepada pasien gangguan pernapasan akut
dengan menggunakan masker oksigen yang dilengkapi dengan
selang yang terhubung dengan tabung oksigen yang telah terpasang
regulator. Oksigenasi diberikan karena memang apabila tidak
dilakukan dapat mengancam keselamatan jiwa karena apabila
kekurangan oksigen dalam darah dapat berakibat fatal.

22
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set)

4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah)


Spuit / syringe adalah alat yang digunakan untuk pemberian secara iv / im /
sub cutan dengan volume tertentu.

5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan)


Oropharyngeal Airway (OPA) adalah suatu alat biasanya
terbuat dari plastik yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
rongga faring posterior di sepanjang lidah. Pemasangan alat ini
bertujuan untuk membebaskan jalan napas, ketika teknik head tilt
chin lift dan jaw thrust belum mampu membuka jalan napas secara
adekuat. Selain itu, alat ini juga dapat mencegah lidah jatuh
kebelakang atau tertelan.

23
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
Fungsi : selang untuk pemberian cairan infus

7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan


infus & penghalang ( 1 buah)

8. Gunting besar (1 buah)


9. Defribrilator ( 1 buah )
Alat ini termasuk dalam jenis alat kesehatan elektromedik.
Defibrillator digunakan untuk menolong pasien serangan
jantung.Sistem kerja alat ini adalah dengan cara memberikan kejut
energi listrik melalui elektora dengan daya tertentu untuk memacu
jantung untuk kembali berdetak normal. Alat ini digunakan untuk
pertolongan gawat darurat dimana kondisi dapat mengancam
keselamatan jiwa seseorang. Defibrillator memiliki beberapa jenis
diantaranya dapat digunakan untuk pertolongan di lapangan yaitu
jenis AED (Automated Eksternal Defibrilator).

24
10. Monitor EKG ( 1 buah)
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi
( 1 buah)
12. Papan resusitasi ( 1 buah)
13. Ambu bag ( 1 buah)
Ambu Bag adalah alat yang digunakan untuk memberikan
pertolongan untuk orang yang mengalami gangguan napas (Sesak
napas) di lokasi kejadian kecelakaan. Misalnya disebuah tempat yang
terpencil dan jauh dari pusat layanan kesehatan terjadi kecelakaan
pesawat yang menimbulkan banyak korban. Ada salah satu korban
terindikasi mengalami gangguan pernapasan dan harus mendapatkan
pertolongan berupa napas buatan. Dalamkondisiseperti ini, ambu bag
dapat digunakan untuk melakukan tindakanpertolongan berupa napas
buatan.

14. Stetoskop ( 1 buah )


Jenisnya:
Obstetrical Stethoscope/Stethoscope monoaural (Ing.)
Stethoscopebidan
Fungsi : untuk mendengar bunyi jantung bayi dalam kandungan ibu
hamil

25
Stethoscope binaural (bagian yang ditempelkan di telinga)
Fungsi : untuk mendengar bunyi organ tubuh mis. jantung, paru-
paru/ dll

15. Tensi meter ( 1 buah)


Fungsi : untuk mengukur tekanan darah
Jenisnya :

Mercurial Sphygmomanometer/ Tensi meter air raksa

Anaeroid Sphygmomanometer/ Tensi meter tanpa air (memakai jarum)

26
Electical Sphygmomanometer

Automatic Sphygmomanometer/ /Tensi meter tanpa dipompa


i. Speculum
Speculum atau specula (= bentuk jamak) adalah alat yang
dimasukkan ke dalam liang rongga tubuh yang kegunaannya
adalah untuk memeriksa/ melihat bagian yang berada di dalam
liang ronggatsb.
a. NasalSpeculum
Fungsi : untuk memeriksa rongga hidung

b. EarSpeculum
Fungsi : untuk memeriksa rongga telinga

c. RectumSpeculum
Fungsi : untuk memeriksa lubang anus/ rektal

27
d. VaginalSpeculum
Fungsi : untuk memeriksa lubang vagina

16. Thermometer ( 1 buah)


Thermometer klinik non elektronik (air raksa)
Thermometer klinik elektronik
Fungsi : mengukur susu tubuh/ badan

17. Tiang Infus ( 1 buah)

28
b. Alat – alat untuk ruang tindakanbedah
1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang
punggung (1 set)

2. Verban segala ukuran:


- 4 x 5 em ( 5 buah)
- 4 x10 em

3. Vena seksi set ( 1 set)


Prosuder alternativ yang dilakukan untuk mendapatkan akses darah
pembuluh darah

4. Extraksi kuku set ( 2 set)

29
5. Hecting set ( 5 set)

6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:


- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah)
- Jarum ( 1 set)
7. Lampu sorot ( 1 buah)
8. Kassa ( 1 tromel)
9. Cirkumsisi set ( 1 set)
10. Ganti verban set ( 3 set)
11. Stomach tube /NGT

- Nomer 12 ( 3 buah)
- Nomer 16 ( 3 buah)
- Nomer 18 ( 2 buah)
12. Spekulum hidung ( 2 buah)

30
13. Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah)
- 2.5 cc ( 5 buah)

14. Infus set ( 1 buah)


15. Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah)
- Nomer 18 ( 2 buah)

16. Emergency lamp ( 1 buah)


17. Stetoskop ( 1 buah)
18. Tensimeter ( 1 buah)

31
19. Thermometer ( 1 buah)
20. Elastis verban sesuaikebutuhan
- 6 inchi ( 1 buah)
- 4 inchi ( 2 buah)
- 3 inchi ( 1 buah)

21. Tiang infus ( 2 buah)


c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah:
1. Stomach tube /NGT
- Nomer 16 ( 2 buah)
- Nomer 18 ( 2 buah)
- Nomer 12 ( 3 buah )
Fungsi:
untuk mengumpulkan cairan/ getah lambung,
untuk membilas/ mencucui isi perut,
untuk pemberian obat-obatan.

32
2. Urine bag ( 3 buah)

Fungsi : untuk menampung urine yang dihubungkan dengan Balloon


Cathether/ Foley Cathether untuk mengeluarkan/ pengambilan urine
pada sistem tertutup

3. Otoscope ( 1 buah )

4. Nebulizer ( 1 buah)
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat
cair menjadi uap. Alat ini digunakan untuk pertolongan gangguan
pernapasan akut yang disebabkan karena produksi lendir terlalu
banyak di saluran pernapasan. Obat yang diuapkan dengan nebulizer
di berikan kepada pasien dengan cara inhalasi. Obat yang diserap
pasien langsung masuk ke dalam paru – paru, sehingga gangguan
pernapasan dapat dengan cepat diatasi. Alat ini biasanya digunakan
untuk penderita asma akut dan gangguan pernapasan lainya yang
berat.

33
5. Mesin EKG ( 1 buah)

6. Infus set ( 1 buah)

7. IV catheter semua nomer ( 1 set)


Fungsi : untuk mengeluarkan/ pengambilan urine
Jenisnya :
Nelaton Cathether : terbuat dari latex/ karet
Metal Cathether : terbuat dari stainlesstil
Balloon Cathether/ Foley Cathether : terbuat dari latex/ karet
dilengkapi dengan balon dengan cara menyutikan aqua pada
ventilnya bila telah masuk agar Cathether tidak copot.

34
8. Spuit sesuai kebutuhan:
- 1cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah)
- 5cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah)
- 20 cc ( 3 buah)
- 50 cc ( 3 buah)

9. Tensimeter ( 1 buah)
10. Stetoskop ( 1 buah)
11. Thermometer ( 1 buah)
12. Tiang infus
d. Alat – alat untuk ruang observasi
1. Tensi meter ( 1 buah)
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah)
3. Termometer ( 1 buah)
4. Stetoskop ( 1 buah)
5. Standar infus ( 1 buah)
6. Infus set ( 1 set)
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set)
8. Spuit sesuaikebutuhan
- 1cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah)
- 5 cc ( 5 buah)
- 10 cc ( 5 buah)
- 20 cc ( 3 buah)
- 50 cc ( 3 buah)

35
I. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGDRs
II. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGDRS
III. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah)

2. Oropharingealairway
- Nomer 3 ( 2 buah)
- Nomer 4 ( 2 buah)

3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set)

4. Magylforcep

5. Face mask ( 1 buah)

36
6. Urine bag non steril ( 5 buah)

7. Spuit semuaukuran
8. Infus set ( 1set)

9. Endotracheal tube ( dewasa & anak)


- Nomer 2.5 ( 1 buah)
- Nomer 3 ( 1 buah)
- Nomer 4 ( 1 buah)
- Nomer 7 ( 1 buah)
- Nomer 7.5 ( 1 buah)
- Nomer 8 ( 1 buah)

37
10. Slang oksigen sesuaikebutuhan

11. Stomach tube /NGT


- Nomer 16 ( 2 buah)
- Nomer 18 ( 2 buah)
- Nomer 12 ( 3 buah)
12. IV catheter sesuaikebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah)
- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah)
- Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah)
13. Suction catheter segalaukuran
- Nomer 10 ( 3 buah)

- Nomer 12 ( 2 buah)
14. Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1)

38
e. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini
memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam
koordinasi IGD dan bagian umum.
f. Ambulance stretcher
Ambulan stretcher adalah alat yang digunakan untuk membawa
pasien dari ambulan masuk ke dalam ruang atau unit gawat darurat untuk
mendapatkan perawatan secepatnya. Terbuat dari bahan aluminium yang
kuat dan ringan sehingga tidak terlalu berat apabila difungsikan sebagai
tandu. Bisa ditransformasi menjadi dua bentuk. Posisi tinggi dan posisi
rendah. Alat seperti ini digunakan untuk penanganan gawat darurat untuk
membawa pasien dari lokasi kecelakaan sampai ke unit pertolongan.

g. Scoop Stretcher
Alat ini dapat dikatakan sebagai tandu, digunakan untuk
memindahkan pasien di lokasi kecelakaan yang diduga mengalami patah
tulang. Alat ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir
gerakan. Scoop Stretcher digunakan untuk pertolongan dimana seseorang
tidak dapat bergerak dan harus segera mendapatkan pertolongan.

39
BAB III
KESIMPULAN

Gawat darurat adalah Suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera
yang dapat mengancam nyawa dan terjadinya mendadak, mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam
arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan
pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota
tubuhnya seumur hidup.
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care)
adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam
waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Dalam pelayanan kesehatan tersebut juga harus dilengkapi dengan
peralatan-peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan
keselamatan serta mempunya izin edar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan

40
41

Anda mungkin juga menyukai