TINJAUAN TEORI
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram (Menurut Dep. Kes. RI, 2005).
Bayi baru lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina, tanpa
memakai alat pada usia kehamilan genap 37 - 42 minggu dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Ahonyin,
2010).
2.1.2. Etiologi
2.1.3 Fisiologi
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kehamilan dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian
fisiologis. 3 fakta yang mempengaruhi perubahan dan proses vital
neonatus yaitu : maturasi, adaptasi, transisi, selain itu pengaruh kehamilan
dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan
mortalitas bayi, 4 aspek transisi pada BBL yang paling cepat berlangsung
adalah system pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber
glukosa (Anonyin, 2010).
2.1.4 Patofisiologi.
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
5
(dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode
Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan
cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa.
6
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora,
sedangkan bayi laki-laki testis sudah turun
11. Reflek isap dan menelan terbentuk dengan baik
12. Reflek :
a. Rooting (mencari arah sentuhan) : baik
b. Tonik neck (mengangkat kepala) : baik
c. Morro ( mengagetkan) : baik
d. Sucking (menghisap) : baik
e. Swallowing (menelan) : baik
f. Graff (mengenggam) : baik
g. Steping (menginjak) : baik
h. Babysky (jari-jari membuka) : baik
13. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas
telapak tangan bayi akan mengenggam
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama mekonium berwarna kecoklatan (Anonym, 2008).
7
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi sudah dalam keadaan bersih, demikian pula dengan
timbangan, pita pengukur, thermometer, dan stetoskop.
2) Melakukan Penilaian
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif
c. Jika bayi bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir
3) Pencegahan Kehilangan Panas
a. Mekanisme Kehilangan Panas
Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan
Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturenya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi, bila bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut
Radiasi
Kehilangan panas tubuh terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih tinggi, ruang yang dingin, adanya aliran udara dari
kipas angin, hembusan udara dari ventilasi, atau pendingin
ruangan
8
b. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuhbayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
melalui pernafasan
Selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat, ganti
handuk atau kainyang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut yang baru
Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang
relative luas dan bayi akan lebih cepat kehilangan panas
jika bagian tersebut tidak tertutup
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya,
pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah kehilangan panas, sebaliknya
pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah
lahir
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
a. Tunggu sedikitnya 6 jam setelah bayi lahir sebelum
memandikan bayi (lebih lama jika bayinya mengalami
asfiksia atau hipotermi)
b. Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil
(suhu aksila antara 36.5-37.5C) jika suhu tubuh bayi masih
dibawah 36.5C selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya, atau
lakukan persentuhan kulit ibu dan bayi serta selimuti
keduanya. Tunda memandikan bayi hingga sehu tubuh bayi
tetap stabil dalan waktu ± 1 jam
9
c. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami
masalah pernafasan
d. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat
dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk kering dan
bersih untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan
e. Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih
dan kering
g. Ganti handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan
kering kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar,
pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
h. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan
anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
4) Membebaskan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi
tidak langsung menangis penolong segera membersihkan jalan nafas
5) Merawat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, klem tali
pusat, potong lalu ikat
6) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. BBL harus dibungkus/dibedong agar hangat, suhu tubuh bayi
merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai
suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu tubuh bayi harus dicatat.
7) Pencegahan Infeksi
a. Memberikan vit K
Diberikan peroral selama 3 hari untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan parental dengan dosis 0,5 – 1 mg IM
10
b. Memberikan obat tetes atau salap mata
Untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (PMS) perlu
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian
obat mata Eritromisin 0.5%/tetrasilin 1%, sedangkan salep mata
biasaya diberikan 1 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus
segera dikerjakan setelah bayi selesai perawatan tali pusat yang
lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosaprin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
2.1.8. Perubahan – perubahan pada BBL
Perubahan dari kehidupan intra uterin menuju ekstra uterin, memerlukan
perubahan fisiologis dan biokimia, perubahan ini meliputi :
1. Perubahan system pernafasan
Masih berkembang dengan masih tumbuhnya alveoli, alveoli
baru hingga usia 8 bulan
Bayi bernafas dengan hidung dan tidak secara otomatis
bernafas dengan mulut ketika terjadi gangguan pernafasan
Bayi normal memiliki 30-60 tarikan nafas/menit, waktu
bernafas dadadan perut naik dan turun secara teratur
Dalam keadaan normal, tangis bayi terdengar keras dan
bernada sedang, kecuali jika terdapat kerusakan neurologi,
infeksi, hipotermi maka tangisan akan bernada lemah
2. Perubahan system kardiovaskular
Denyut jantung cepat 120-160x/menit
Sirkulasi perifer berjalan lambat, mengakibatkan sianosis
ringan pada tangan dan kaki, perbedaan warna kulit
Hb 15-20 gr/dl, Eritrosit 5-7x/105, Leukosit 18x10 gr/dl
Perubahan darah dapat berlangsung
3. Perubahan system ginjal
Ginjal sangat penting dalam kehidupan bayi namun muatan
kerjanya kecil sehingga setelah kelahiran aie seni encer, warna
kekuning-kuningan, tidak berbau, urin tidak nampak keruh
termasuk merah muda akibat lendir bebas membrane mukosa
11
4. Perubahan Gastroinstinal
a. Usus, lambung BBL secara structural lengkap, tetapi secara
fungsional belum matang
b. Jumlah asam lambung pada beberapa hari sama dengan orang
dewasa. Namun pada hari ke- 10 bayi benar-benar tidak
memiliki HCI yang dapat meningkatkan resiko infeksi
c. Waktu pengosongan lambung adalah 2.5 – 3 jam
d. Perut mempunyai kapasitas rendah (15-30 ml) yang akan
meningkat pesat pada minggu pertama kelahiran
e. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan stabil hanya beberapa
jam
f. Mekonium akan dikeluarkan dalam waktu 24 jam
5. Adaptasi imunologi
BBL memperlihatkan kerentanan terhadap infeksi terutama yang
masuk melalui mukosa pernafasan dan gastrointestinal, salah
satu usaha yang ditetapkan untuk mencegah mikroba yaitu
dengan praktek persalinan yang bersih dan aman, menyusui bayi
dengan ASI sedini mungkin terutama kolostrum.
6. Perubahan masa transisi BBL
a. Periode I : reaktifitas (30 menit pertama setelah lahir) bayi
terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap
stimulasi dan menyerupai kemampuan menghisap yang
tinggi.
b. Periode II: reaktifitas (2-5 jam setelah kelahiran) bayi bangun
dari tidur nyenyak, denyut jantung dan pernafasan
meningkat, pengeluaran mekonium urine dan menghisap
c. Periode III: stabilitas (12-24 jam) kulit kemerahan dan
hangat) bayi lebih mudah tidur dan terbangun (Suherni,
2009).
2.1.8. Apgar Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir dalam hubungannya dengan lima variable kemampuan
12
bernafas, frekuensi jantung, warna, tonus otot dan irrtabilitor
reflek. Penilaian dilakukan pada 1 menit setelah kelahiran untuk
memberi kesempatan memulai perubahan, penilaian berikutnya
pada menit ke-5 dan ke-10, penilaian awal dapat dilakukan lebih
sering bila ada nilai yang lebih rendah dan diperlukan resusitasi,
agar memperoleh indikasi aktivitas resusitasi yang digunakan,
misalnya pada menit ke-3 dan ke-5, penilaian menit ke-10
memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
terendah berhubungan dengan kondisi neurologi.
System apgar score : 5 klasifikasi yang digunakan dan kriteria
penilaian 0-2.
Tanda 0 1 2
Appearance (warna) Biru, pucat Badan pucat, tungkai Semuanya merah muda
biru
Pulse (denyut) Tidak terba < 100 >100
Grimace (rangsangan) Tidak ada Menyeringai Menangis
Aktivity (tonus otot) Lemas Fleksi tungkai Bergerak aktif, FT baik
Respiration Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat
(pernafasan)
13
Normal 1 (sesak) 2 (apnea)
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara Tidak ada udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar dengan Dapat didengar tanpa
stetoskop alat bantu
14
2.2.2. Pembagian Kehamilan Menurut WHO
Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature SMK, matur
normal dan KMK. WHO (1979) membagi umur kahamilan dalam 3
kelompok :
Prematuvitas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan. Sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (NCB-KMK).
15
2.2.5. Etiologi
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah adalah :
Faktor Ibu
Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum,
trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi
akut yang dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
Usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara
kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada
usia ibu antara 26 – 35 tahun.
Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang teratur.
Faktor pekerjaan yang terlalu berat
Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion.
Hamil ganda.
Perdarahan Antepartum (plasenta previa).
Komplikasi hamil (pre-eklamsia/eklamsia dan ketuban pecah.
Dini).
Faktor janin
Cacat bawaan
Infeksi dalam rahim (Toxoplasmosis, Rubella,
Citomegalovirus, Herpes, Sifilis atau disebut dengan TORCH).
16
2.2.6. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberiakn efek pada
masalah gizinya.
a) Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak glikogen dan
mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan
anemia.
b) Meningkatnya kkal untuk pertumbuhan BBLR memerlukan sekitar
120 kkal/kg/hari dibandingkan neonates aterm sekitar 108
kkal/kg/hari
c) Belum matangnya funsi mekanis dari saluran pencernaan koordinasi
antara reflex isap dan menelan. Dengan penutupan epiglottis untuk
mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung
dan buruknya motalitis usus sering terjadi pada bayi preterm.
d) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorsi lemak dibandingkan bayi aterm. Produksi
amylase pancreas lipase yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar lactase juga rendah
sampai sekitar kehamilan 34 minggu,
e) Paru-paru yang belum matang dngan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
f) Potensi untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh
dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada
jaringan bawah kulit memberikan insulusi. Kehilangan panas ini
meningkatkan keperluan kalori.(More,2004).
17
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir
rendah antara lain :
a) Hipotermi
b) Hipoglikemia
c) Gangguan cairan dan elektrolit
d) Hiperbilirubinemia
e) Syndrome gawat nafas
f) Infeksi
g) Apnea of prematurity
h) Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
a) Gangguan perkembangan
b) Gangguan pertumbuhan
c) Gangguan penglihatan (retinopati)
d) Gangguan pendengaran
e) Penyakit paru kronis
f) Kenikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g) Kenaikan frekuensi yang sering masuk rumah sakit
h) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
(Cunningham, 2006).
18
Perubahan karakter atau jumlah rabas vagina (lebih kental, lebih
encer, berair, berdarah, berwarna coklat, tidak berwarna)
Diare
Kontraksi uterus tidak dapat dipalpasi yang dirasakan lebih sering
dari setiap 10 menit selama 1 jam atau lebih dan tidak mereda
dengan tidur berbaring.
Ketuban pecah dini
19
2. Etiologi
a. Faktor Ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, penderita penyakit
DM yang berat, toksemia, hipoksia Ibu (tinggal di daerah
pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk,
drug abbuse, peminum alkohol.
b. Faktor Uterus dan Plasenta
Kelainan pembuluh darah (hemangioma, inersia tali pusat yang tidak
normal, uterus bikornis, infark plasenta, tranfusi dari kembar yang
satu ke kembar yang lain (gemelli), sebagian plasenta lepas.
c. Faktor Janin
Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan missal TORCH.
d. Penyebab lain seperti social ekonomi yang rendah (Mochtar, 2005)
3. Gejala dan Tanda
Berbeda dengan bayi premature bayi KMK yang cukup umur telah
memiliki organ dalam yang sempurna. Jika selama di dalam rahim
pertumbuhannya menjadi lambat akibat asupan gizi yang kurang, maka
segera setelah dilahirkan, ketika mulai diberikan zat gizi yang adekuat
pertumbuhannya akan menjadi pesat.
Janinyang tumbuh secara lambat karena fungsi plasenta yang buruk
bisa mengalami kekurangan oksigen saat persalinan. Hal ini dikarenakan
setiap kontraksi arteri ibu yang menuju ke plasenta pada saat melewati
rahim akan mengalami tekanan sehingga aliran darah ke plasenta
berkurang.(Cunningham, 2007)
4. Klasifikasi IUGR
a. Proportinate IUGR
Janin yang menderita disters yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Sebelum bayi lahir sehingga berat badan, panjang dada, lingkar
kepala, dalam porsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan
20
adanya wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit,kulit kering kriput dan mudah di angkat,bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang.
c. Berdasarkan Umur kehamilan:
Kurang bulan atau preterem atau premature:usia kehamilan kurang
dari 37 minggu .
Cukup bulan atau aterm atau fullterm :usia kehamilan 37-42
minggu.
Lebih bulan atau postterm atau serutinus:usia kehamilan lebih dari
42 minggu.(Mochtar, 2005).
21
b. Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5gram perkilogram berat
badan dan kalori 110 kal/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Reflek masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASIlah yang paling
dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-60cc/kgBB/hari
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200cc/kgBB/hari.
c. Ikterus
Semua bayi premature menjadi ikterus karena system enzim hatinya belum
mature dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 3-5hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisisas dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan
kern ikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa,
bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
d. Pernafasan
Bayi premature mungkin menderita penyakit membrane hialin, pada
penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4jam bayi
harus dirawat telentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobservasi pernafasan.
e. Hipoglikemia
Mungkin paling timbul pada bayi premature yang sakit bayi berat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
f. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leokosit masih kurang dan pembentukan
antibody belum sempurna. Oleh karena itu, tindakan preventive sudah
22
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
premature.(BBLR).(Prawirohardjo, 2008).
23
c. TBC : Tidak ada
d. HIV : Tidak ada
4. Riwayat kehamilan dan persalinan.
B. Data Obyektif
1. Pemeiksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
AS :
Suhu :
Pernapasan :
Nadi :
Gerakan :
2. Pemeriksaan Khusus
Terdiri dari apgar score dan fisik.
Tanda 0 1 2
Appearance (warna) Biru, pucat Badan pucat, Semuanya
tungkai biru merah muda
Pulse (denyut) Tidak terba < 100 >100
Grimace (rangsangan) Tidak ada Menyeringai Menangis
Aktivity (tonus otot) Lemas Fleksit ungkai Bergerak aktif,
FT baik
Respiration (pernafasan) Tidakada Lambat, tidak Baik, menangis
teratur kuat
24
Kotoran : ada/tidak
Perdarahan : ada/tidak
Sklera : putih/tidak
Konjungtivitis : Anemis /tidak
c. Mulut
Bentuk : normal/tidak
Palatum mola : ada/tidak, terbelah/tidak
Palatum durum : ada/tidak, terbelah/tidak
Saliva : hipersaliva/tidak
Gusi : berdarah/tidak
Bibir : sianosis/tidak
Lidah : ada bercak darah/tidak
d. Hidung
Benuk : normal/tidak
Mukosa : ada/tidak
Cuping Hidung : ada/tidak
Sekret : ada/tidak
e. Muka
Bentuk : normal/tidak
Paralis saraf fasial : ada/tidak
Down sindrom : ada/tidak
f. Telinga
Bentuk : simetris/tidak
Daun telinga : Lunak/tidak
Sekret : ada/tidak
g. Leher
Ukuran : normal/tidak
Gerakan : baik/tidak
Pembesaran kelenjar thiroid : ada/tidak
h. Dada
Bentuk : normal/tidak
Pernapasan : baik/tidak
25
Denyut jantung : teratur/tidak
i. Perut
Kelainan : ada/tidak
Kembung dan muntah : ada/tidak
j. Tali pusat
Kelainan : ada/tidak
Perdarahan : ada/tidak
k. Kulit
Warna : kemerahan/pucat
Lanugo : tebal/tidak
Turgor : baik/tidak
Verniks kaseosa : ada/tidak
Dedena : ada/tidak
Kelainan : ada/tidak
l. Punggung : ada kelainan/tidak
m. Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Bentuk : simetris/tidak
Gerakan : aktif/tidak
Kelainan : ada/tidak
Jumlah jari : lengkap/tidak
- Ekstremitas Bawah
Bentuk : simetris/tidak
Gerakan : aktif/tidak
Kelainan : ada/tidak
Jumlah jari : lengkap/tidak
n. Genitalia
- Laki-Laki
Skrotum : ada/tidak
Testis : sudah turun/belum
Penis : Ada/tidak
- Perempuan
26
Labia mayora : ada/tidak
Labia minora : ada/tidak
Lubang uretra : ada/tidak
Lubang vagina : ada/tidak
Sekret : ada/tidak
o. Anus : berlubang/tidak
Antropometri
(Depkes RI, 2011;249)
Berat badan : gram
Panjan Badan : cm
Lingkar Kepala : cm
Lingkar dada : cm
(Mayes mery, 1988, 129)
Refleks
Morro reflex : ada/tidak
Tonik neck reflek : ada/tidak
Rooting reflek : ada/tidak
Sucking refleck : ada/tidak
Swallowing reflek : ada/tidak
Palmos gape reflek : ada/tdak
(Depkes RI, 2001;228)
Do :
27
e. RR : 30-60 x/menit
f. HR : 120-160x/menit
g. UK : <37 minggu
h. Anus: menonjol/tidak, Chepal hematoma : ada/tidak, caput :
ada/tidak
i. Bayi menangis kuat/tidak
j. Hipersaliva ; ada/tidak
k. Refleks Rooting : ada/tidak, lemah/kuat
l. Refleks Sucking : ada/tidak, lemah/kuat
Pemeriksaan penunjang : -
.
2.5.3 ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial : Hipotermi, hipoglikemi, dan kematian.
Antisipasi masalah : Rawat inkubator dan nutrisi adekuat.
2.5.5. PERENCANAAN
28
R/: memantau BB bayi mengalami penurunan/kenaikan.
7. Timbang pampers.
R/: mengetahui output bayi
8. Kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk memberikan terapi.
R/: dokter berwenang memberikan terapi lanjutan.
9. Hangatkan bayi dalam inkubator.
R/: mencegah terjadinya hipotermi.
2.5.6. IMPLEMENTASI
Sesuai perencanaan.
2.5.7. EVALUASI
Mengacu pada Kriteria Hasil dengan menggunakan SOAP.
29