Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat membuat makalah dan
dapat menyelesaikannya dengan baik. Sehingga akhirnya tersusunlah sebuah
Makalah Kimia Lingkungan yang berjudul ”Derajat Keasaman dan Larutan
Penyangga”. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Hal bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan. Dengan selesainya makalah
ini,maka kami tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah Kimia
Lingkungan,khususnya kepada :

1. Kepada Ibu Ir.Asih Wijayanti,M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia


Lingkungan.
2. Kepada para teman-teman yang senantiasa membantu dalam
menyelesaikan makalah ini

Demikian Makalah Kimia Lingkungan “Derajat Keasaman dan Larutan


Penyannga” yang telah kami buat dengan sebaik mungkin. Kami mohon kritik dan
sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah Kimia Lingkungan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bermanfaat
bagi kami selaku penyusun.

Jakarta, 15 Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI...........................................................................................................2
DAFTAR TABEL...................................................................................................3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1 Asam dan Basa .................................................................................................. 5
2.2 Buffer ................................................................................................................ 9
2.3 Kelarutan Garam ............................................................................................. 14
2.4 Reaksi Oksidasi Reduksi ................................................................................. 18
2.5 Ion Kompleks .................................................................................................. 23
BAB III ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

2
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Berbagai Jenis Asam ................................................................................6


Tabel 2.2 Berbagai Jenis Basa .................................................................................6
Tabel 2.3 Konstanta Kesetimbangan Kelarutan .....................................................15
Tabel 2.4 Harga Ksp beberapa senyawa ................................................................16
Tabel 2.5 Ligan yang dapat membentuk ion kompleks .........................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang kimia kesetimbangan telah menjadi semakin penting
untuk menentukan secara kuantitatif hubungan antara berbagai konstituen di
perairan alami dan terkontaminasi, dan untuk memahami efek perubahan dalam air
pada berbagai spesies kimia yang ada. Ini adalah masalah meningkatnya relevansi
karena penggunaan metode fisik-kimia untuk mengolah air limbah dan sanitary-
landfill leachates dan kebutuhan untuk memahami nasib dan transportasi baik
komposisi organik maupun anorganik di lingkungan. Dengan demikian,
pengetahuan yang baik tentang kimia kesetimbangan sangat membantu dalam
memahami efek buangan polutan ke lingkungan serta dalam mengevaluasi cara
terbaik untuk memperlakukan air dan air limbah di onder untuk menyingkirkan
mereka dari zat berbahaya. Oleh sebab itu, penyusun menulis Makalah Kimia
Lingkungan yang berjudul “Derajat Keasaman dan Larutan Penyangga“ untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan dan makalah ini diperuntukan
khususnya untuk pelajar dan juga masyarakat sebagai penambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang “Derajat Keasaman dan Larutan Penyangga“.

1.2Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah untuk mempelajari kimia teknik lingkungan
tentang kimia kesetimbangan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asam dan Basa


Menurut Arrhenius, Larutan asam dan basa merupakan contoh dari larutan
elektrolit. Pada tahun 1884, Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan
Swedia yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi,
memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi
bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam
larutan aqua (air) tergantung pada konsentrai ion-ion hidrogen di dalamnya.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan
basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–. Jadi pembawa sifat asam
adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH–. Asam Arrhenius
dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.
HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx–
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi
asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+
disebut ion sisa asam. Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang
dalam air terurai sebagai berikut.
M(OH)x ⎯⎯→ Mx+ + x OH–
Jumlah ion OH– yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi
basa. Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut.
H2SO4 ⎯⎯→ 2 H+ + SO4 2–
Mg(OH)2 ⎯⎯→ Mg+ + 2 OH–

5
Tabel 2.1 Berbagai Jenis Asam

Tabel 2.2 Berbagai Jenis Basa

1. Tetapan Kesetimbangan Air


Air murni hampir tidak menghantarkan arus listrik. Hanya alat pengukuran yang
sangat peka yang dapat menunjukkan bahwa air murni memiliki daya hantar listrik
yang sangat kecil. Artinya, hanya sebagian kecil molekul-molekul air dapat
terionisasi menjadi ion H+ dan ion OH–. Persamaan ionisasi air dapat ditulis
sebagai:
H2O(l) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + OH–(aq)

6
Harga tetapan air adalah:

Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil


dibandingkan dengan konsentrasi H2O mula-mula, sehingga konsentrasi H2O dapat
dianggap tetap, maka harga K[H2O] juga tetap, yang disebut tetapan kesetimbangan
air atau ditulis Kw.
Kw = [H+][OH–]
Pada suhu 25 °C, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 × 10–14. Harga
Kw ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu
menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu dapat dianggap tetap. Oleh karena
[H+][OH–] = 10–14, maka [H+]= 10–7 dan [OH–] = 10–7. Artinya, dalam 1 liter air
murni terkandung ion H+ dan ion OH– masing-masing sebanyak 10–7 mol. Jika ke
dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan bertambah tetapi hasil perkalian
[H+][OH–] tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat terjadi karena kesetimbangan
bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan [OH–]. Kesetimbangan juga akan
bergeser jika ke dalam air ditambahkan suatu basa.

2. Kekuatan Asam dan Basa


a. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)
[H+] = x · [HA]
atau
[H+] = valensi asam · M
dengan: x = valensi asam
M = konsentrasi asam

7
b. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)
[H+ ][A– ] = [HA] Ka
Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke kanan,
akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan ukuran
kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam. Berdasarkan persamaan di atas,
karena pada asam lemah [H+] = [A–], maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:
[H+]2 = Ka · [HA]
dengan Ka = tetapan ionisasi asam
Konsentrasi ion H+ asam lemah juga dapat dihitung jika derajat ionisasinya (α)
diketahui.
[H+] = [HA] · α

c. Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq)
[OH–] = x · [M(OH)x]
atau
[OH–] = valensi basa · M
dengan: x = valensi basa
M = konsentrasi basa

d. Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi

8
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.
M(OH)(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ M+(aq) + OH–(aq)
Kb = [M+ ][OH ]
[M(OH)]
Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan,
akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran
kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa. Konsentrasi ion OH– basa lemah
juga dapat dihitung jika derajat ionisasinya (α) diketahui.
[OH–] = [M(OH)] · α

2.2 Buffer
a. Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai
pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena
penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan
larutan buffer atau dapar. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi
kimia yang merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim
pencernaan dalam sistem biologis.
Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat
bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain,
jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut,
maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu
sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini
terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan”
yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan
kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.

9
b. Fungsi Larutan Penyangga
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses
seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit,
sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat
berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah
tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal
bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-
bikarbonat (H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] :
[HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan
penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−). Larutan penyangga
H2PO4− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut
sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.

c. Komponen Larutan Penyangga


i) Larutan Penyangga Asam
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan
buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−).
Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
a. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
b. Mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

10
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam
yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan
konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan
bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan
akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat
kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan


larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch
sebagaimana persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,

11
ii) Larutan Penyangga Basa
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7).
Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya
(BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
a. Mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
b. Mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan
konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan
bereaksi dengan OH−membentuk H2O. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan
akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa
yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).
pH Larutan Penyangga
Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat
kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

12
Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,

Contoh Soal Larutan Penyangga


Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan:
a. 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan CH3COONa 1 M
b. 20 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan KOH 0,1 M
c. 40 mL larutan NH3 0,1 M dengan 4 mL larutan NH4Cl 0,1 M
Ka CH3COOH = 1 × 10−5; Kb NH3 = 1 × 10−5
Jawab:
a. Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan CH3COONa
sebagai garam basa konjugasi
a = mol CH3COOH = 10 mL × 0,1 mmol/mL = 1 mmol
g = mol CH3COO− = mol CH3COONa = 10 mL × 1 mmol/mL = 10 mmol

13
b. 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan bereaksi dengan 20
mL larutan asam lemah CH3COOH 0,1 M (2 mmol CH3COOH) menghasilkan air
dan garam basa konjugasi CH3COOK.
CH3COOH(aq) + OH−(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H2O(l)

c. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam
asam konjugasi
b = mol NH3 = 40 mL × 0,1 mmol/mL = 4 mmol
g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL × 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol

2.3 Kelarutan Garam


Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam
yang sukar larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan
dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Garam-garam yang sukar larut
seperti , AgCl , HgF2. Jika dimasukkan dalam air murni lalu diaduk, akan terlarut
juga walaupun hanya sedikit sekali. Karena garam-garam ini adalah elektrolit, maka
garam yang terlarut akan terionisasi, sehingga dalam larutan akan terbentuk suatu
kesetimbangan.

1) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


1. Jenis Pelarut
Diketahui bahwa minyak dan air tidak dapat bercampur. Sebab, minyak merupakan
senyawa non-polar, sedangkan air merupakan senyawa polar. Senyawa non-polar
tidak dapat larut dalam senyawa polar, begitu juga sebaliknya. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa kedua zat bisa bercampur, asalkan keduanya memiliki jenis
yang sama.

14
2. Suhu
Kelarutan suatu zat berwujud padat semakin tinggi, jika suhunya dinaikkan.
Dengan naiknya suhu larutan, jarak antarmolekul zat padat menjadi renggang. Hal
ini menyebabkan ikatan antarzat padat mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-
molekul air, sehingga zat tersebut mudah larut.
3. Pengadukan
Dari pengalaman sehari-hari, kita tahu bahwa gula lebih cepat larut dalam air jika
diaduk. Dengan diaduk, tumbukan antarpartikel gula dengan pelarut akan semakin
cepat, sehingga gula mudah larut dalam air.

2. Kesetimbangan Kelarutan
Tabel 2.3 Konstanta Kesetimbangan Kelarutan

3. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Hasil Kali Kelarutan adalah nilai tetapan kesetimbangan garam atau basa
yang sukar larut dalam larutan jenuh. Dapat dikaitkan dengan kelarutan sesuai
dengan stokiometri reaksi. Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara ion-ion
dengan zat yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga
terjadi reaksi kesetimbangan. Contohnya reaksi kesetimbangan pada larutan jenuh
CaC2O4 dalam air adalah:
CaC2O4(s) ↔ Ca2+ (aq) + C2O4(aq)
Konstanta kesetimbangan:

15
Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi CaC2O4
dianggap tetap. Sesuai dengan harga K untuk kesetimbangan heterogen, konstanta
reaksi ini dapat ditulis:
Ksp = [Ca2+] [C2O42-]
Ksp atau konstanta hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion
dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Rumus dan
harga Ksp dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Harga Ksp beberapa senyawa

4. Pengaruh Ion Senama


Ion senama memperkecil kelarutan. Ion senama dari elektrolit yang sukar
larut dapat diabaikan. Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara
Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan ion CrO42–.

Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan
AgNO3 atau larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan
memperbesar konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– dalam larutan.

16
Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan
konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– akan menggeser kesetimbangan ke kiri.
Akibatnya jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ion senama memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).

5. Reaksi Pengendapan
· Qc < Ksp : larutan belum jenuh
· Qc = Ksp : larutan tepat jenuh
· Qc > Ksp : terjadi pengendapan

6. Hubungan Ksp dengan pH


Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut.
Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan
(James E. Brady, 1990).

Contoh Soal
1. Diketahui Ksp Ag2CrO4 pada suhu 25C adalah 2,4 x 10–12. Tentukan
kelarutan Ag2CrO4 dalam air pada suhu 25C dan konsentrasi Ag+ dalam keadaan
jenuh.
Jawab:
Ag2(CO3)2 —> 2Ag+ + CO3-
s 2s s
Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2 [CO3-]
2,4 x 10–12 = (2s)2 (s)
2,4 x 10–12 = 4s3
S3 = 0,6 x 10–12
s = 8,4 x 10–5
Konsentrasi [Ag+] = 2s = 2 (8,4 x 10–5) = 1,68 x 10–4 mol/L

17
2. Ke dalam 5000 ml air dilarutkan glukosa sampai jenuh. Ternyata massa glukosa
yang terlarut adalah 9 gram glukosa (Mr=180), tentukan kelarutan glukosa tersebut!
Jawab:
n = gr/Mr
n = 9/180
n = 0.05 mol
V = 5000 ml / 5 L
s = n/v
s = 0.05/5
s = 0.01 mol/liter

2.4 Reaksi Oksidasi Reduksi


Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi
penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron atau reaksi terjadinya
kenaikan bilangan oksidasi. Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari
adalah reaksi perkaratan besi dan pengisian aki pada kendaraan bermotor.
4 Fe + 3 O2 ⎯⎯→ 2 Fe2O3
Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan dan pelepasan elektron (adanya
transfer elektron), atau reaksi redoks adalah reaksi terjadinya penurunan dan
kenaikan bilangan oksidasi (adanya perubahan biloks).
Pada reaksi oksidasi terjadi pelepasan elektron, peningkatan muatan positif
dan peningkatan bilok (bilangan oksidasi). Sedangkan pada reaksi reduksi terjadi
penangkapan elektron, penambahan muatan negatif, dan penurunan bilangan
oksidasi. Oksidator adalah zat yan mengoksidasi zat lain, tetapi zat tersebut
mengalami reaksi reduksi. Ciri-ciri oksidator adalah memiliki bilok yang tinggi,
dalam bentuk molekul maupun ion mudah mengikat elektron, dan dalam sistem
periodik unsur berada di sebelah kanan. Sedangkan reduktor adalah zat yang mudah
mereduksi zat lain, tetapi zat itu sendiri mengalami oksidasi. Ciri-ciri reduktor
adalah memiliki bilok rendah, dalam bentuk molekul maupun ion mudah

18
melepaskan elektron, dalam sistem periodik unsur terletak di golongan I, II, III, VI,
dan VII.
Contoh:
1) Reduksi Fe2O3 oleh CO
Fe2O3 + 3 CO ⎯⎯→ 2 Fe + 3 CO2
2) Reduksi Cr2O3 oleh Al
Cr2O3 + 2 Al ⎯⎯→ 2 Cr + Al2O3
3) Oksidasi Fe oleh O2
4 Fe + 3 O2 ⎯⎯→ 2 Fe2O3
4) Pemangggangan ZnS
2 ZnS + 3 O2 ⎯⎯→ 2 ZnO + 2 SO2

Syarat terjadinya reaksi redoks adalah harusnya ada perubahan bilangan


oksidasi. Bilangan oksidasi adalah banyaknya muatan listrik dari unsur-unsur
dalam suatu persenyawaan. Peraturan-peraturan bilok antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Unsur bebas (misalnya H2, O2, N2, Fe, dan Cu) mempunyai bilangan oksidasi=0.
b. Umumnya unsur H mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam senyawa
hidrida, bilangan oksidasi H = –1. Contoh:
 Bilangan oksidasi H dalam H2O, HCl, dan NH3 adalah +1
 Bilangan oksidasi H dalam LiH, NaH, dan CaH2 adalah –1
c. Umumnya unsur O mempunyai bilangan oksidasi = –2, kecuali dalam senyawa
peroksida, bilangan oksidasi O = –1 Contoh:
 Bilangan oksidasi O dalam H2O, CaO, dan Na2O adalah –2
 Bilangan oksidasi O dalam H2O2, Na2O2 adalah –1
d. Unsur F selalu mempunyai bilangan oksidasi = –1.
e. Unsur logam mempunyai bilangan oksidasi selalu bertanda positif. Contoh:
 Golongan IA (logam Contoh: Li, Na, K, Rb, dan Cs) bilangan oksidasinya
= +1
 Golongan IIA (alkali tanah: Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) bilangan oksidasinya
= +2

19
f. Bilangan oksidasi ion tunggal = muatannya. Contoh: Bilangan oksidasi Fe dalam
ion Fe2+ adalah +2
g. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa = 0. Contoh:
 Dalam senyawa H2CO3 berlaku: 2 biloks H + 1 biloks C + 3 biloks O = 0
h. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatom = muatan ion. Contoh:
 Dalam ion NH4+ berlaku 1 biloks N + 4 biloks H = + 1

Contoh:
1) 2 SO3 ⎯⎯→ 2 SO2 + O2
Bilangan oksidasi S dalam SO3 adalah +6 sedangkan pada SO2 adalah +4. Karena
unsur S mengalami penurunan bilangan oksidasi, yaitu dari +6 menjadi +4, maka
SO3 mengalami reaksi reduksi. Oksidatornya adalah SO3 dan zat hasil reduksi
adalah SO2.
2) 4 FeO + O2 ⎯⎯→ 2 Fe2O3
Bilangan oksidasi Fe dalam FeO adalah +2, sedangkan dalam Fe2O3 adalah +3.
Karena unsur Fe mengalami kenaikan bilangan oksidasi, yaitu dari +2 menjadi +3,
maka FeO mengalami reaksi oksidasi. Reduktornya adalah FeO dan zat hasil
oksidasi adalah Fe2O3.
Reaksi redoks dapat digunakan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu
penerapan konsep reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bidang
pengolahan limbah. Prinsip dasar yang dipergunakan adalah teroksidasinya bahan-
bahan organik maupun anorganik, sehingga lebih mudah diolah lebih lanjut.
Limbah merupakan salah satu pencemar lingkungan yang perlu dipikirkan cara-cara
mengatasinya. Untuk menjaga dan mencegah lingkungan tercemar akibat
akumulasi limbah yang semakin banyak, berbagai upaya telah banyak dilakukan
untuk memperoleh teknik yang tepat dan efisien sesuai kondisi lokal. Berbagai tipe
penanganan limbah cair dengan melibatkan mikroorganisme telah dikerjakan di
Indonesia, yaitu sedimentasi, kolam oksidasi, trickling filter, lumpur aktif
(activated sludge), dan septic tank. Pada uraian ini akan kita pelajari salah satu
teknik saja, yaitu teknik lumpur aktif (activated sludge).

20
Proses lumpur aktif (activated sludge) merupakan sistem yang banyak dipakai
untuk penanganan limbah cair secara aerobik. Lumpur aktif merupakan metode
yang paling efektif untuk menyingkirkan bahan-bahan tersuspensi maupun terlarut
dari air limbah. Lumpur aktif mengandung mikroorganisme aerobik yang dapat
mencerna limbah mentah. Setelah limbah cair didiamkan di dalam tangki
sedimentasi, limbah dialirkan ke tangki aerasi. Di dalam tangki aerasi, bakteri
heterotrofik berkembang dengan pesatnya. Bakteri tersebut diaktifkan dengan
adanya aliran udara (oksigen) untuk melakukan oksidasi bahan-bahan organik.
Bakteri yang aktif dalam tangki aerasi adalah Escherichia coli, Enterobacter,
Sphaerotilus natans, Beggatoa, Achromobacter, Flavobacterium, dan
Pseudomonas. Bakter-bakteri tersebut membentuk gumpalan-gumpalan atau flocs.
Gumpalan tersebut melayang yang kemudian mengapung di permukaaan limbah.

Contoh soal dan penyelesaian dari redoks

21
Metode setengah reaksi
𝑀𝑛𝑂 + 𝑃𝑏𝑂2 → 𝑀𝑛𝑂4− + 𝑃𝑏 2+
+2 -2 +4 -2 +7 -2 +2
Tentukan perubahan biloks
Mn: +2 menjadi +7 terjadi oksidasi sebesar 5
Pb :+4 menjadi +2 terjadi reduksi sebesar 2
Pisah reaksi sesuai dengan unsur yang ada
𝑀𝑛𝑂 → 𝑃𝑏𝑂4− dan 𝑃𝑏𝑂2 → 𝑃𝑏 2+
Selesaikan dari Mn
Tambahkan H2O ke bagian yang kekurangan O sebanyak kekurangan O
𝑀𝑛𝑂 + 3𝐻2 𝑂 → 𝑀𝑛𝑂4−
Tambahkan H2 dibagian lainnya sebanyak kekurangan H+
𝑀𝑛𝑂 + 3𝐻2 𝑂 → 𝑀𝑛𝑂4− + 6𝐻 +
Berikan electron ke bagian yang kekurangan electron sebanyak kekurangan
elektron
𝑀𝑛𝑂 + 3𝐻2 𝑂 + 5𝑒 − → 𝑀𝑛𝑂4− + 6𝐻 +

Selesaikan Pb
Tambahkan H2O ke bagian yang kekurangan O sebanyak kekurangan O
𝑃𝑏𝑂2 → 𝑃𝑏 2+ + 2𝐻2 𝑂
Tambahkan H2 dibagian lainnya sebanyak kekurangan H+
𝑃𝑏𝑂2 + 4𝐻 + → 𝑃𝑏 2+ + 2𝐻2 𝑂
Berikan electron ke bagian yang kekurangan electron sebanyak kekurangan
elektron
𝑃𝑏𝑂2 + 4𝐻 + → 𝑃𝑏 2+ + 2𝐻2 𝑂 + 2𝑒 −

Setarakan electron antara Mn dengan Pb dengan mengkalikan kedua reaksi


𝑀𝑛𝑂 + 3𝐻2 𝑂 + 5𝑒 − → 𝑀𝑛𝑂4− + 6𝐻 + | × 2
𝑃𝑏𝑂2 + 4𝐻 + → 𝑃𝑏 2+ + 2𝐻2 𝑂 + 2𝑒 − |×5

22
Coret elektron dan kurangi hidrogen dan H2O pada masing-masing sisi agar hanya
satu sisi yang mempunyai hidrogen
2𝑀𝑛𝑂 + 6𝐻2 𝑂 + 10𝑒 − → 2𝑀𝑛𝑂4− + 12𝐻 +
5𝑃𝑏𝑂2 + 20𝐻 + → 5𝑃𝑏 2+ + 10𝐻2 𝑂 + 10𝑒 − +
2𝑀𝑛𝑂 + 8𝐻 + + 5𝑃𝑏𝑂2 → 2𝑀𝑛𝑂4− + 5𝑃𝑏 2+ + 10𝐻2 𝑂

2.5 Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang terbentuk dari kation atau atom pusat (umumnya
berupa logam transisi) yang dikelilingi oleh anion/molekul netral yang
membentuk ikatan koordinasi dengan kation tersebut.

ION KOMPLEKS = ATOM PUSAT + LIGAN – LIGAN

Jenis ikatan yang terjadi pada ion kompleks adalah ikatan kovalen koordinasi
- Ligan : donor pasangan electron
- Ion pusat : aseptor pasangan electron

a. Ligan
Ligan adalah anion (-) atau molekul netral yang terikat langsung pada ion atau
atom pusat. Ligan memiliki beberapa jenis, yaitu :
- Unidentate : ligan yang menyumbang satu pasang electron bebas.
- Bidentat : ligan yang menyumbang dua pasang electron bebas,
- Polidentat : ligan yang menyumbang lebih dari dua pasang electron bebas.
Cara melihat ligan pada senyawa kompleks adalah sebagai berikut :

23
1. [Cu(NH3)4]2+ = ligannya NH3
2. K[Ag(CN)2] = ligannya CN-
3. K[Al(H2O)2(OH)4] = ligannya H2O dan OH-
4. [Zn(NH3)4]SO4 = ligannya NH3
Jadi kesimpulannya: Ligan selalu berada di dalam tanda kurung biasa ini –> ( )
Berikut adalah daftar ligan yang biasa ada dan bisa membentuk ion kompleks.
Tabel 2.5 Ligan yang dapat membentuk ion kompleks

Urutan kekuatan beberapa ligan dari yang paling lemah:


CN- > NO2- > NH3 > H2O > F- > Cl- > Br- > I-

b. Atom pusat
Atom pusat adalah tempat di mana ligan-ligan dari ion kompleks berikatan
kimia. Jadi, atom pusat ini menjadi pusat ligan mendonorkan elektronnya
supaya stabil. Berikut cara melihat atom pusat pada ion kompleks :
1. [Cu(NH3)4]2+ = atom pusatnya Cu2+
2. K[Ag(CN)2] = atom pusatnya Ag+
3. K[Al(H2O)2(OH)4] = atom pusatnya Al3+
4. [Zn(NH3)4]SO4 = atom pusatnya Zn2+
Jadi: Atom pusat selalu berada di sebelah kiri tanda kurung siku —> [ ]

c. Bilangan koordinasi
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan atau jumlah ikatan koordinasi yang
dibentuk oleh atom pusat terhadap ligan-ligannya. Bilangan koordinasi adalah

24
milik ligan, bukan atom pusat. Berikut cara mengetahui bilangan koordinasi
pada ion kompleks :
1. [Cu(NH3)4]2+ = bilangan koordinasinya adalah 4
2. K[Ag(CN)2] = bk-nya adalah 2
3. K[Al(H2O)2(OH)4] = bk-nya adalah 6 (karena ada 2 ligan air dan 4 ligan
OH-)
4. [Zn(NH3)4]SO4 = bk-nya adalah 4
Kesimpulannya: Bilangan koordinasi adalah angka kecil di sebalah kanan tanda
kurung —> ( ) ligan-ligan.

d. Muatan ion kompleks


Muatan ion kompleks sama dengan jumlah muatan ion pusat dan muatan ligan-
ligannya. Dengan contoh:
1. [Cu(NH3)4]2+ = muatannya +2
2. [Ag(NH3)2]+ = muatannya +1
3. [Fe(CN)6]3- = muatannya -3

e. Reaksi ionisasi ion kompleks


Reaksi ionisasi adalah reaksi kimia yang memecahkan senyawa tersebut dalam
bentuk ion-ionnya berdasarkan kation dan anion. Contoh dalam ion kompleks:
1. K[Ag(CN)2] ⇄ K+ + [Ag(CN)2]-
2. K[Al(H2O)2(OH)4] ⇄ K+ + [Al(H2O)2(OH)4]-
3. [Zn(NH3)4]SO4 ⇄ [Zn(NH3)4]2+ + SO4 2-
4. K2[Zn(CN)4] ⇄ 2K+ + [Zn(CN)4]2-
5. K3[Fe(CN)6] ⇄ 3K+ + [Fe(CN)6]3-

CONTOH SOAL:
1. Ion kompleks terdiri atas atom pusat kromium (III), dua ligan Cl- dan
empat ligan air. Muatan ion kompleksnya adalah …
A. 0 D. +3
B. +1 E. +4

25
C. +2
–> Penyelesaian:
Dari soal, didapatkan bahwa ion kompleksnya [Cr(H2O)4Cl2]^x. Nilai x
adalah muatan yang dicari (tanda ^ adalah pangkat). Jadi, mencari
muatannya dengan metode biloks dalam reaksi redoks:
Cr + 4 (H2O) + 2 (Cl) = x ——-> Muatan air = 0 ; muatan Cl = -1 (lihat
lagi daftar ligan di atas!)
3 + 0 – 2 = x ———–> Cr = 3 karena kromium (III) atau Cr3+
x = +1
2. Di antara senyawa berikut yang tidak dapat menjadi ligan dalam
pembentukan senyawa kompleks adalah …
A. NH3 D. Cl-
B. NH4+ E. H2O
C. CO
3. Ion kompleks berikut yang dapat mengalami oksidasi adalah …
A. [Fe(CN)6]4- D. [Ni(CO)]Cl3
B. [Fe(CN)6]3- E. [Zn(H2O)4]2+
C. [Co(NH3)6]3+
–> Penyelesaian:
Soal ini menghubungkan ion kompleks ke deret volta. Acuannya adalah
atom pusat. Dari obsein A sampai E berturut-turut atom pusatnya:
Fe,Fe,Co,Ni, dan Zn. Dalam deret volta sebelah (H) dapat mengalami
oksidasi, namun Zn terletak paling kiri daripada Fe, Co, dan Ni. Jadi, Zn
mudah mengalami oksidasi

26
BAB III
PENUTUP

Simpulan yang dapat diambil dari Makalah Kimia Lingkungan “Derajat Keasaman
dan Larutan Penyangga” adalah sebagai berikut :
1. Asam basa terdiri dari asam kuat dan basa lemah,menurut Arrhenius, asam
adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa adalah zat
yang dalam air melepaskan ion OH–. Jadi pembawa sifat asam adalah ion
H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH–.
2. Larutan buffer merupakan larutan penyangga atau larutan penahan sering
digunakan dalam pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan),
pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan,
maupun penanganan limbah.
3. Semakin besar harga Ksp suatu zat, maka zat tersebut akan semakin mudah
larut.Harga Ksp suatu zat juga dapat digunakan untuk meramalkan terjadi
tidaknya endapan suatu zat tersebut jika 2 larutan yang mengandung ion-ion
dari senyawa yang sukar larut, dicampurkan.
4. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau
ion.
5. Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau
ion.
6. Ion kompleks adalah ion yang terbentuk dari kation atau atom pusat
(umumnya berupa logam transisi) yang dikelilingi oleh anion/molekul
netral yang membentuk ikatan koordinasi dengan kation tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Silberberg, Martin S. 2000. Chemistry, The Molecular Nature of Matter and


Change,. Sawyer
James E. Brady, 1999
Utami, Budi., dkk. 2009. Kimia Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Utami, Budi., dkk. 2009. Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Firjara, Amaldo. 2015. Ion Kompleks – Kimia Unsur.
https://amaldoft.wordpress.com/2015/10/18/ion-kompleks-kimia-unsur/

28

Anda mungkin juga menyukai