PENDAHULUAN
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan
masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial
bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha
preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “ Occupational
Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah
kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap
pekerjaannya dan sebagainya.
Penelitian Chirdan et al.tahun 2004 di Nigeria, dari 120 pekerja pada saat penelitian
terdapat 75 responden (62,5%) memiliki gejala-gejalagangguan pada pernapasan, banyak yang
memiliki lebih dari satu gejala pada responden. Hidung tersumbat 74 responden (61,75%), flu 50
(41,7%), demam berulang 27 (22,5%), bersin 68 (56,7%), mendengkur 11 (9,2%), sesak napas 8
(6,7%), dada sesak16 (3,3%) dan batuk 63 (52,5%). Penelitianoleh Meo,
persentasepenurunanPeak Expiratory Flow Rate (PEFR)padapekerjakayuterkaitdengan
periodepaparan. Paling menonjol adalah lebihdari 50% penurunan PEFRpada pekerjayang
terpapardebukayu untukjangka waktu lebihdari 8tahun. Paparan debukayutelah lama
dikaitkandenganberbagai efekkesehatan yang merugikan, termasuk batuk
kering,malaise,kronisbronkitis,sesaknapas, nyeri dada, konjungtivitis, rhinitis, dermatitis, asma,
alergi, sakit kepala, sinus hidungkarsinoma,dan defisit fungsi paru.7,
Konjungtivitis adalah Peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh oleh virus, bakteri,
klamidia, alergi atau trauma. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Reaksi inflamasi ini ditandai dengan
dilatasi vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Konjungtivitis dapat dibedakan menjadi dua
bentuk : 1,2
Konjungtivitis akut yaitu reaksi peradangan yang muncul tiba-tiba dan diawali
dengan satu mata (unilateral) serta dengan durasi kurang dari 4 minggu.
Konjungtivitis kronis yaitu reaksi peradangan yang durasinya lebih dari 3 – 4
minggu
Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai mata merah atau
“pink eye” sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996) . Konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai denganpembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak
1
merah, sehinggasering disebut mata merah.
BERKAS PASIEN
Nama fasilitas pelayanan kesehatan : Puskesmas Sukamerindu
No Berkas : 01/KedKomunitas/FKIK/UNIB
No
Rekam Medis :
Data Administrasi
Tanggal 23 Maret 2018 diisi oleh : Bobby Aksanda Putra
Salma Munifah
Pasien Keterangan
Nama Tn. Edi Susanto
Umur / Tgl. Lahir 42 tahun
Jl. Bentiring Blok 6
Alamat Perumahan Pinang Emas
Kota Bengkulu
Jenis kelamin Laki-laki
Kedudukan dalam keluarga KK
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Penjahit
Status perkawinan Menikah
Kedatangan yang ke 1 (pertama) Pasien datang sendiri
Pasien hanya mengobati
Telah diobati sebelumnya Ya sendiri dengan balsem,
koyo cabe dan dipijat.
Alergi obat Tidak
Sistem pembayaran BPJS
1) Keluhan utama
Mata Merah dan berair
2) Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Mata merah dialami sejak ± 4 hari yang lalu, setelah membersihkan bagian
dalam mobil. Pasien adalah seorang pekerja di Master wash Tamalanrea di bagian
vacuum cleaner. Mata merah dirasakan terus-menerus selama seminggu terkhir
tetapi sudah membaik ketika diberi tetesan mata. Mata merah berair tanpa disertai
secret, rasa gatal ataupun nyeri. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya. Riwayat
mata merah sebelumnya ada tetapi sudah sangat lama dan mata desertai secret
berwarna putih,. Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan goggle selama
bekerja. Riwayat demam seminggu terakhir ini disangkal
3) Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat DM (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat Hipertensi (-)
6) Anamnesis Okupasi
Uraian tugas
Pasien adalah pekerja di Pencuci mobil bagian pembersihan bagian dalam mobil. Bekerja 8
hari dalam seminggu dari senin-minggu, bekerja dari jam 07.00-18.00 atau sekitar 12 jam dalam
sehari tanpa waktu istirahat
3
Bahaya Potensial
Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko
kegiatan kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko yang mungkin kerja
Menyiapkan Listrik Debu Mobil - Posisi kerja yang monotoni, Pterigium, tersengat listrik
perlengkapan membungkuk Low back pain
kerja Tangan bagian ulna dermatitis,konjungtiv
dan radial deviasi, itis stress kerja,
pergelangan memutar,
lengan terangkat >45o
, leher fleksi>30o
,membungkuk >20o,
lutut menyentuh lantai
Membersihkan Listrik Debu mobil, - Posisi berdiri lama, monotoni Konjungtivitis, tersengat listrik
bagian dalam Suhu pergelangan tangan Dermatitis, LBP, luka bakar
mobil extreme fleksi, bagian ulna HNP, stress kerja.
panas dan radial deviasi,
pergelangan memutar,
dan ful extended,
lengan terangkat >45o
, pinggang twisted,
side bending, leher
fleksi>30o , bahu
terangkat,kepala
ekstensi >20o,
7) Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada
Pasien mengeluh mata merah dan berair setelah membersihkan bagian dalam mobil
1) Body Discomfort Map
KETERANGAN
- Lokasi: -
- Effloresensi: -
5
8) RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT:
Seorang laki-laki umur 28 tahun Mata merah dialami sejak ± 4 hari yang
lalu, setelah membersihkan bagian dalam mobil. Pasien adalah seorang pekerja di
Master wash Tamalanrea di bagian vacuum cleaner. Mata merah dirasakan terus-
menerus selama seminggu terkhir tetapi sudah membaik ketika diberi tetesan mata.
Mata merah berair tanpa disertai secret, rasa gatal ataupun nyeri. Pasien tidak
pernah berobat sebelumnya. Riwayat mata merah sebelumnya ada tetapi sudah
sangat lama dan mata desertai secret berwarna putih,. Pasien mengatakan tidak
pernah menggunakan goggle selama bekerja. Riwayat demam seminggu terakhir ini
disangkal Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 N: 88, RR 18 x/menit, S:
36,6 C. Pada status lokalisasi kedua mata hiperemis disertai berair.
9) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada
o Untuk tangan dan pergelangan tangan kanan dan kiri resiko tinggi (brief
survey 2)
o Untuk lengan kanan dan kiri, bahu resiko tinggi (brief survey 3)
o Untuk leher resiko sedang (brief survey 2)
o Untuk punggung kanan dan kiri resiko sedang (brief survey 2)
o Untuk kaki kanan dan kiri resiko sedang (brief survey 2)
Konjungtivitis iritatif (non infeksi) et causa zat kimia padat berupa debu
ditempat pencucian mobil pada proses pembersihan dalam mobil
16) PROGNOSIS
klinik : ad vitam : bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
Okupasi (bila ada d/ okupasi): bonam
17) PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis permasalahan Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana
No Medis & non medis medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi, olahraga, konseling Target Hasil yang
dll) dan OKUPASI) waktu diharapkan
1. Dermatitis Kontak Okupasi: Segera Keluhan
Iritan - Eliminasi : sulit dilakukan berkurang
- Subsitusi : sulit dilakukan
- Isolasi : sulit dilakukan
- Engineering Control : sulit dilakukan
- Administrative control : sulit dilakukan
- APD : Goggle
Terapi Medikamentosa:
- Antibiotik topikal
Terapi nonmedikamentosa
- Irigasi mata, pembersihan kelopak mata
- Kompres air hangat
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS,Sp.OK
Tanda Tangan :
Nama Jelas : Ika Hardiyanti B
Tanggal :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata. Reaksi inflamasi ini ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi
seluler dan eksudasi. Konjungtivitis dapat dibedakan menjadi dua bentuk :
Konjungtivitis akut yaitu reaksi peradangan yang muncul tiba-tiba dan diawali dengan satu
mata (unilateral) serta dengan durasi kurang dari 4 minggu.
Konjungtivitis kronis yaitu reaksi peradangan yang durasinya lebih dari 3 – 4 minggu.
2. Epidemiologi
Konjungtivitis merupakan kelainan pada mata dengan frekuensi terbanyak.
3. Etiologi
Banyak hal yang dapat menyebabkan konjungtivitis. Bisa disebabkan oleh infeksi seperti
bakteri, virus, parasit dan jamur, bisa juga disebabkan oleh non infeksi seperti alergi, iritasi
yang lama pada mata,zat-zat yang bersifat toksik atau karena ada kelainan sistemik lain seperti
Sindroma Steven Johnson.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi terjadi akibat kontaminasi langsung dengan
mikroorganisme patogen (seperti kontak dengan tangan, handuk, berenang), ditambah lagi
dengan adanya faktor pendukung seperti menurunnya system kekebalan tubuh sebagai
mekanisme pertahanan terhadap reaksi infeksi inflamasi akan memperberat munculan klinis
konjungtivitis.
4. Gejala Klinis
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa mata merah dengan
kelopak mata lengket akibat produksi sekret yang meningkat terutama pada pagi hari. Selain
itu juga ditemukan photofobia, lakrimasi, pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak,
kemosis, hipertropi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa
seperti adanya benda asing, sensasi seperti ada tekanan dan rasa panas serta kadang didapatkan
adanya adenopati preaurikular. Pada konjungtivitis alergi ditemukan rasa gatal pada mata yang
lebih dominan.
Mata merah terjadi akibat adanya vasodilatasi dari pleksus subepitelial pembuluh darah
konjungtiva. Folikel adalah nodul limfoid dengan vaskularisasi yang merupakan tanda dari
infeksi virus ataupun reaksi autoimun di konjungtiva. Papil adalah dilatasi, telengiektasi
pembuluh darah dengan sel-sel inflamasi di sekelilingnya, jika papil ditemukan unilateral, ini
9
adalah tanda dari infeksi virus, sedangkan jika papil ditemukan bilateral merupakan tanda dari
infeksi bakteri. Pseudomembran ditemukan pada infeksi staphylococcus, membrane
ditemukan pada infeksi difteri, sedangkan plikten yang merupakan nodul dari sel-sel inflamasi
kronis ditemukan pada infeksi TBC ataupun karena reaksi alergi.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 :
bakteri Jamur dan
virus iritatif
purulen nonpurulen parasit
Sekret Sedikit mengucur sedikit sedikit sedikit
Air mata mengucur sedang sedang sedikit sedang
Gatal Sedikit sedikit - - +/-
Mata merah Umum umum lokal lokal umum
Nodul preaurikuler Lazim jarang lazim lazim -
Pewarnaan usapan Monosit, Bakteri, Bakteri, negatif negatif
limfosit PMN PMN
Sakit tenggorok dan Sewaktu- jarang - - -
panas yang menyertai waktu
Tabel 1 : Gambaran klinis konjungtivitis
(sumber : Sidarta I. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 121)
5. Patogenesis
Konjungtivitis Akut
Konjungtivitis bakteri merupakan hasil dari pertumbuhan bakteri secara berlebihan dan
menginfiltrasi lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang substansia propia. Sumber infeksi
adalah kontak langsung dengan sekret individu terinfeksi atau (biasanya melalui kontak tangan-
mata) atau penyebaran infeksi dari organisme yang berkolonisasi di mukosa nasal dan sinus pasien
tersebut. Obstruksi duktus nasolakrimal, dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat menyebabkan
konjungtivitis bakteri unilateral.
Walaupun dapat sembuh sendiri, konjungtivitis bakteri bisa bermanifestasi hebat dan
mengancam penglihatan apabila disebabkan oleh spesis bakteri virulen seperti N.gonorrhoeae atau
S.pyogenes. Pada kasus yang jarang, ini dapat memberikan tanda penyakit sistemik yang
mengancam nyawa, seperti konjungtivitis yang disebabkan oleh N.meningitides.3
Konjungtivitis Purulen Akut
Konjungtivitis purulen akut, suatu bentuk konjungtivitis bakteri, dikarakteristikkan sebagai
akut (< 3 minggu), infeksi pada permukaan konjungtiva yang sembuh sendiri yang menimbulkan
respon inflamasi akut dengan sekret purulen. Kasus dapat terjadi secara spontan atau secara
epidemik. Patogen penyebab yang paling utama adalah S pneumonia, S aureus , dan Haemophilus
influenza.
Konjungtivitis Gonokokal
Organisme yang umum menyebabkan konjungtivitis hiperpurulen adalah N gonorrhoeae.
Konjungtivitis gonokokal adalah penyakit menular seksual hasil dari perpindahan genital-mata,
kontak genital-tangan-okular, transmisi maternal-neonatus sewaktu melahirkan per vaginam.
Konjungtivitis Klamidia
Trakoma adalah penyakit infeksi yang terjadi pada komuniti dengan hiegine yang buruk dan
sanitasi yang inadekuat. Kebanyakan infeksi ditularkan melalui mata ke mata. Penularan juga
dapat terjadi melaui lalat dan serangga rumah tangga yang lain. Serangga ini juga menyebarkan
bakteri lain yang menyebabkan infeksi bakteri sekunder pada pasien trakoma.
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis viral dapat berasal dari droplet saluran nafas atau perpindahan langsung dari
tangan ke mata. Kebanyakan infeksi virus mengenai bagian epitel, baik konjungtiva maupun
kornea, sehingga lesi pada infeksi virus khas berupa keratokonjungtivitis. Pada sebagian infeksi
virus, kerusakan konjungtiva lebih menonjol, seperti pada pharyngo-conjunctival fever, dan
sebagian lainnya lesi pada kornea lebih jelas, seperti pada herpes simpleks. Setelah masa inkubasi
kira-kira 5 – 12 hari, akan terjadi fase akut yang menimbulkan gejala hiperlakrimasi, hyperemia
konjungtiva dan pembentukan folikel.
Konjungtivitis Alergi
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai IgE. Allergen biasanya bersifat
airborne, masuk ke tear film dan berkontak dengan sel mast konjungtiva yang menyebabkan
pecahnya sel mast dan melepaskan histamine dan mediator inflamasi lain.
- Vernal keratoconjunctivitis : berulang pada musim tertentu dan pada daerah tropis (panas) bisa
menetap. Reaksi imunologi diperantarai oleh reaksi hipersensivitas tipe I dan IV.
- Atopic Keratoconjunctivitis : pada pasien dengan riwayat dermatitis atopi. AKC merupakan
reaksi hiprsensitivitas tipe IV.
- Giant Papillary Conjunctivitis : kontak lama dengan antigen tertentu seperti lensa kontak, benang,
dan prostese.
Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur merupakan jenis konjungtivitis yang jarang terjadi. Konjungtivitis Jamur
biasannya ditemukan bersamaan dengan keratomicosis, namun dapat saja tidak muncul
bersamaan. Penyebab tersering dari konjungtivitis jamur adalah Candida albicans. Penyakit ini
ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Sporothrix scehnckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis.
11
Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis Parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia calliforniensis, Loa loa,
Ascarislumbricoides, Trichinellaspiralis ,Schistosomahaematobium, Taeniasolium, dan Pthirus
pubis.
BAB IV
13
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan oleh Ronsumbre (2010) baik dari segi lokasi, variabel
pengukuran dan waktu. 7 Pada penelitian oleh Ronsumbre, lokasi penelitian hanya dilakukan
pada usaha mebel yang berada di Kelurahan Waena yaitu pada 4 (empat) usaha mebel dengan
mengukur debu lingkungan kerja dan kemudian dihubungkan dengan kesehatan pada pekerjanya.
Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan lokasi yang lebih luas di Kota Jayapura dengan
melakukan pengukuran debu kayu terhirup (respirable) secara perseorangan. Variabel pengukuran
lainnya dilihat dari faktor umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok, kebiasaan
berolahraga, lama paparan dan penggunaan APD.
Berdasarkan hasil observasi lapangan, bahan kimia yang dapat terpapar ke pekerja pada
proses pengeringan dan pembersihan dalam mobil di pencucian mobil adalah debu atau benda
asing serta larutan pembersih kaca mobil. Bahan dasar dari bahan-bahan tersebut adalah resin
nitrosellulosa (diasamkan dengan asam nitrat & asam sulfat), melamine (formaldehid dan fenol),
alkyd (glyserol dan asam phtalat), shellac (kelenjar insekta) dan pigmen. Kemudian spiritusdan
thinner yang digunakn sebagai bahan campuran mengandung methanol, xylen, toluene, butyl
alcohol, butyl cellosove, isopropyl alcohol. Bahan-bahan tersebut seperti formaldehid, asam nitrat,
asam sulfat, xylen, dan toluen merupakan bahan yang berbahaya pada kulit karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.Menurut ILO
(International Labour Organization) setiap 15 detik, 160 pekerja mengalami kecelakaan akibat
kerja.Setiap hari, 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerjaatau penyakit akibat hubungan
pekerjaandan diperkirakan lebih dari2,3 jutakematian per tahun. Lebih dari337 juta per
tahunkecelakaanterjadi pada seorang pekerja pada saat bekerja sehingga mengakibatkan banyak
pekerja yang absen/tidak bekerja.Salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian
adalah penyakit akibat kerja pada pekerja mebel kayu.5,6,7
Kejadian tersebut juga didukung oleh perilaku pekerja yang tidak menggunakan APD
berupa goggle pada saat melakukan pekerjaan sebagai pembatas kontak langsung pada mata dan
personal hygiene pekerja yang buruk. Faktor personal hygiene juga mendukung seperti setelah
bekerja tidak mencuci tangan dan membersihkan mata dengan tangan yang kotor serta kurang
berhati-hati saat membersihkan alas kaki pada bagian dalam mobil. Karena menurut Penelitian
Chirdan etal.tahun 2004 di Nigeria, dari 120 pekerja pada saat penelitian Paparan debu telah lama
dikaitkan dengan berbagai efek kesehatan yang merugikan, termasuk batuk kering, malaise,
kronisbronkitis,s esaknapas, nyeri dada, konjungtivitis, rhinitis, dermatitis, asma, alergi, sakit
kepala, sinus hidungkarsinoma,dan defisit fungsi p
15
yang terus menerus sehingga menyebabkan kelembapan. Dari hasil survey didapatkan
bahwa pekerja masih rentan untuk terkena infeksi bakteri, jamur, cacing dan jentik
nyamuk karena kurangnya kesadaran pekerja dalam menjaga kebersihan.
d) Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Para pekerja
melakukan pencucian secara manual dan terus menerus dalam posisi yang
membungkuk, tidak nyaman, statis dan berulang.
. Dari cara bekerja pula, hasil survey menunjukkaan bahwa pekerja juga seringkali
mengangkat ember air untuk penyambunan. Sedangkan pada proses pembersihan
bagian dalam mobil, vacuum cleaner merupakan alat yang digunakan sehingga pekerja
di tuntut untuk lebih sering membungkuk.
e) Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 12
jam dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam tanpa ada jam khusus untuk istirahat
sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari
tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun
saat istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrianto. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Zat Kimia (Buku Ajar Kesehatan
Kerja).Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta. 2008.
2. Azari A., Barney N. (2013). “Conjunctivitis: A Systematic Review of Diagnosis and
Treatment.” The Journal of American Medical Association.
3. Ward T., Reddy A. (2015). “Fundus autofluorescence in the diagnosis and monitoring of
acute retinal necrosis.” Journal of Ophthalmic Inflammation and InfectionDepkes RI.
Upaya Kesehatan Kerja Bagi Perajin Kulit, Meubel, Aki Bekas, Tahu dan Tempe,Batik.
Puskesja Sekjen Depkes RI, Jakarta. 2002.
4. Yunus, Muhammad. Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerjadan Kadar
Debu Kayu (PM 10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel di Kota
Banda Aceh Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara. 2010.
5. Occupational Hygiene,Great Britain. Vol. 45, No. 7, p: 597-601. Okuno, T., Ojima, J., Saito,
H. 2010. Blue-Light Hazard from CO2 Arc Welding of Mild Steel. Ann. Occupational
Hygiene, Great Britain. Vol. 54, No. 3, p: 293-298
6. Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit
PPM. Suhardjo dan Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
7. Wahyuni, T. 2013. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Konjungtivitis pada
Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan
Masyarakat FKM UNDIP, Semarang, Vol. 2, No, 1.
8. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja.Surakarta: Penerbit Harapan Press; 2008.
9. International Labour Organization. Safety and Health At Work. ILO; 2011. [cited 2011 1
December]; Available from:http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--
en/index.htm
10. Meo .A.S. Effects Of Duration Of Exposure To WoodDust On Peak Expiratory Flow Rate
AmongWorkers In Small Scale Wood Industrie,International Journal of Occupational
Medicine and Environmental Health. 2004;17(4):451-455.
11. Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit FK UI, Jakarta
12. American academy of ophtalmology. 2008. External disease and cornea. Section 8.
13. Getry S. Bahan kuliah konjungtivitis. Blok 19. 2011
17