Ujian Jiwa Tri Widiarti PDF
Ujian Jiwa Tri Widiarti PDF
Disusun oleh :
Mochamad Alif Ariesando
1102013174
Pembimbing :
dr. Henny Riana, Sp.KJ
dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ
dr. Hening Madonna, Sp.KJ
AKBP dr. karjana, Sp.KJ
dr. Witri Antariksa, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
1
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : Pada tanggal 5 Oktober 2018 di bangsal
Dahlia RS. Bhayangkara Tk. I R. Said
Sukanto.
Alloanamnesis : Tn. S (ayah kandung pasien) via telefon
pada tanggal 5 Oktober 2018.
A. Keluhan Utama
Mendengar bisikan.
B. Keluhan Tambahan
Pandangan kosong, bingung.
2
Pasien mengaku enam hari terakhir menjadi merasa lebih sedih dan
lebih sering melamun serta pasien mulai mendengar bisikan-bisikan.
Bisikan muncul secara terus menerus, semakin terasa terdengar terutama
pada saat pasien melakukan pekerjaannya seperti menyapu, mencuci
piring, namun sedikit berkurang ketika pasien sedang mengurus nenek dari
majikannya. Bisikan tersebut seperti suara laki-laki yang selalu memberi
perintah dan melarang pasien untuk tidak melakukan pekerjaannya.
Sehingga pasien merasa kebingungan untuk melakukan pekerjaannya dan
terkadang pasien mengikuti bisikan tersebut. Untuk mengatasi bisikannya,
pasien suka membaca ayat suci Al-Qur’an, namun bisikan tersebut
terdengar semakin kuat. Pasien menyebutkan sebelumnya telah bercerai
dengan suaminya lima tahun yang lalu dan pasien mempercayai bahwa
perceraian yang terdahulu adalah kesalahan pasien karena tidak dapat
membahagiakan suaminya. Pasien juga merasa bahwa setiap menonton
televisi mengenai ruqyah, itu merupakan tertuju kepada dirinya.
Pada hari pemeriksaan, tanggal 5 Oktober 2018, di Ruang
perawatan Dahlia pasien sudah tampak terlihat tenang, namun cenderung
melamun.
Pasien menyangkal pasien memiliki riwayat kelainan bawaan,
infeksi, trauma kepala, maupun kejang. Riwayat konsumsi alkohol, dan
menggunakan obat terlarang disangkal.
3
keluarga dan melanjutkan masa depan anaknya. Namun saat bekerja di
Malaysia pasien sering merasa sedih karena memikirkan suaminya
yang meninggalkannya. Pasien juga mengaku menjadi tidak bisa tidur,
nafsu makan menurun, kesulitan dalam melakukan pekerjaannya.
Keluhan tersebut dirasakan kurang lebih satu bulan.
Setelah itu pasien mulai mendengar bisikan berupa suara-suara
seperti beberapa orang laki-laki, namun suara tersebut tidak jelas dan
tidak dikenali oleh pasien. Pasien juga melihat sesuatu yang orang lain
tidak dapat lihat berupa sosok manusia memakai baju putih seperti
awan. Selain itu, pasien sering melihat wajah orang sekitarnya seperti
memiliki mata berwarna merah dan seperti berdarah-darah. Pasien juga
percaya saat tidur raganya dapat dibawa ke kayangan. Setelah kejadian
tersebut pasien dipulangkan ke Indonesia kemudian dibawa ke rumah
sakit dan dirawat selama enam hari. Lalu pasien juga sempat dibawa
ke “orang pintar” dengan alasan bahwa pasien mengalami kesurupan.
Setelah itu menurut keterangan pasien dan keluarga hingga sebelum
berangkat ke Singapura, pasien dapat melakukan pekerjaannya seperti
biasa yaitu berdagang, dan tidak ada perubahan perilaku yang
bermakna.
2. Gangguan Medik
Tidak terdapat riwayat penyakit yang berarti terhadap gangguan
psikiatri pasien. Riwayat trauma kepala dan kejang disangkal.
4
TIMELINE PERJALANAN PENYAKIT
Keterangan :
5
Agustus, 2018 : Pasien merasa sedih dan murung karena kembali
teringat dengan mantan suaminya. Pasien mengatakan menjadi
kehilangan minat dalam bekerja dan merasa mudah lelah. Pasien
menjadi tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan. Pasien juga
merasa menjadi lebih sulit berkonsentrasi dalam melakukan
pekerjaannya karena merasa terganggu dengan bisikan-bisikan
yang dialami. Pasien juga mempercayai bahwa perceraian yang
terdahulu adalah kesalahan pasien yang tidak mau mengikuti
perkataan keluarga pasien dalam memilih suami.
6
sebagainya. Pasien tidak melanjutkan pendidikan SMP dengan
alasan karena diminta ibu kandungnya untuk melanjutkan usaha
dagangannya.
e. Masa dewasa (>18 tahun)
Pada masa dewasa muda pasien sudah berumah tangga dan telah
memiliki seorang anak perempuan. Pasien berdagang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Riwayat Pendidikan
SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah tinggal
kelas
SMP :-
SMA : -
Kuliah : -
3. Riwayat Pekerjaan
Semenjak tamat SD pasien sudah mulai berdagang melanjutkan
usaha dagangan ibu kandung pasien. Pada tahun 2013, pasien bekerja
sebagai asisten rumah tangga di Malaysia selama satu tahun. Kemudian
setelahnya pasien kembali ke Indonesia untuk berdagang sembako di
depan rumah sampai tahun 2018. Sebelum dibawa ke RS pasien bekerja
menjadi asisten rumah tangga di Singapura selama kurang lebih 3 bulan.
Selama di Singapura, pasien mengaku pekerjaan yang diberikan cukup
nyaman dan tidak terlalu berat namun terdapat larangan dari majikannya
untuk tidak boleh sholat karena berbeda keyakinan.
4. Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Islam dan mengerti mengenai ajaran
Islam.
7
5. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien sudah menikah satu kali. Pasien menikah pada saat usia 20
tahun. Semenjak awal pernikahan, pasien tidak mendapatkan persetujuaan
dari keluarga pasien terhadap calon suaminya dengan alasan bahwa
pekerjaan calon suaminya tersebut sebagai kondektur bus yang menurut
keluarga pasien tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
pasien. Pasien juga mengaku sebelumnya sempat dijodohkan oleh ibu
kandung pasien dengan laki-laki lain namun pasien tetap memilih calon
suaminya. Selama pernikahan pasien tinggal bersama kedua orang tua nya,
namun suami pasien tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayah
kandung pasien. Ayah pasien sering menuntut suami pasien untuk bekerja
yang lebih baik agar bisa menjadikan hidup anaknya menjadi lebih baik.
Pada tahun 2013, suami pasien berhenti bekerja sebagai kondektur bus,
setelah itu ayah pasien menekan suami pasien untuk mencari pekerjaan
kembali. Namun, karena suami pasien merasa tidak nyaman dengan
keluarga pasien, suami pasien pergi meninggalkan pasien. Untuk
memenuhi kebutuhan ekonominya, pasien pergi ke Malaysia untuk bekerja
sebagai asisten rumah tangga. Setelah satu tahun bekerja di Malaysia,
pasien kembali ke Indonesia dan mengurus perceraian dengan suaminya
tersebut. Pasien telah memiliki satu orang anak, berjenis kelamin laki-laki
yang saat ini sudah berusia 11 tahun.
F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien telah
menikah satu kali, pada pernikahan pertama pasien mempunyai satu orang
anak laki-laki. Pasien mengaku suami meninggalkan pasien karena suami
pasien merasa tidak nyaman dan memiliki hubungan yang tidak baik
8
dengan keluarga pasien. Pasien memiliki dua orang kakak perempuan dan
satu adik perempuan. Kakak pasien yang pertama sudah menikah dan
memiliki dua orang anak perempuan, kakak pasien yang kedua juga sudah
menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki dan satu orang anak
perempuan serta adik pasien juga sudah menikah dan memiliki satu orang
anak perempuan. Saat ini pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang
tua dan anaknya
Dari alloanamnesis, tidak terdapat keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
Genogram
9
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Menurut pasien penyakitnya ini disebabkan akibat niat jahat jin.
10
3. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara menceritakan kehidupan pasien secara spontan,
lancar dan artikulasi jelas.
4. Persepsi
o Halusinasi :
Halusinasi Auditorik (Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan
seperti suara orang laki-laki yang sering memerintah dan melarang
pekerjaan pasien).
Riwayat Halusinasi Auditorik (Pasien mendengar bisikan berupa
suara-suara seperti beberapa orang laki-laki, namun suara tersebut
tidak jelas dan tidak dikenali oleh pasien).
Riwayat Halusinasi visual (Pasien melihat sesuatu yang orang lain
tidak dapat lihat berupa sosok manusia memakai baju putih seperti
awan).
o Ilusi :
Riwayat ilusi (Pasien pernah melihat orang sekitarnya seperti
matanya merah dan berdarah-darah).
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada
5. Pikiran
a. Arus pikir
Kontinuitas : Tidak ada
Hendaya bahasa : Tidak ada
b. Isi pikir
Preokupasi : Tidak ada
Miskin isi pikir : Tidak
Waham :
- Waham bersalah (Pasien mempercayai bahwa perceraian yang
terdahulu akibat tidak dapat membahagiakan suaminya).
11
- Waham Rujukan (Pasien merasa bahwa setiap menonton televisi
mengenai ruqyah, itu merupakan tertuju kepada dirinya).
- Riwayat Waham Bizzare (Pasien percaya saat tidur raganya
seperti dibawa ke kayangan).
Obsesi : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
12
j. Kemampuan menolong diri
Baik, pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk makan,
mandi dan berganti pakaian.
7. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien dapat bersikap tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif.
b. Tilikan
Derajat 3 (Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari penyakitnya,
karena pasien mengatakan bahwa ia sakit merupakan akibat niat jahat
jin).
13
c. TTV : TD : 90/60 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 90 x/menit
Suhu : 36,2 ˚C
d. Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Sistem Respiratorius : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing-/-
f. Sistem Gastrointestinal : Tidak diperiksa
g. Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), akral hangat.
h. Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
14
6. Pasien merasa bahwa setiap menonton televisi mengenai ruqyah, itu
merupakan tertuju kepada dirinya (waham rujukan).
7. Pada tahun 2013 pasien sering merasa sedih karena memikirkan
suaminya yang meninggalkannya. Pasien juga mengaku menjadi tidak
bisa tidur, nafsu makan menurun, kesulitan dalam melakukan
pekerjaannya. Keluhan tersebut dirasakan kurang lebih satu bulan
8. Terdapat riwayat Halusinasi Auditorik (Pasien mendengar bisikan berupa
suara-suara seperti beberapa orang laki-laki, namun suara tersebut tidak
jelas dan tidak dikenali oleh pasien).
9. Terdapat riwayat Halusinasi visual (Pasien melihat sesuatu yang orang
lain tidak dapat lihat berupa sosok manusia memakai baju putih seperti
awan).
10. Terdapat riwayat Ilusi (Pasien pernah melihat orang sekitarnya seperti
matanya merah dan berdarah-darah).
11. Terdapat Riwayat Waham Bizzare (Pasien percaya saat tidur raganya
seperti dibawa ke kayangan).
12. Menurut keterangan pasien dan keluarga, hingga sebelum berangkat ke
Singapura, pasien dapat melakukan pekerjaannya seperti biasa yaitu
berdagang, dan tidak ada perubahan perilaku yang bermakna.
13. Pasien menyangkal memiliki riwayat kelainan bawaan, infeksi, trauma
kepala, maupun kejang. Riwayat konsumsi alkohol, dan menggunakan
obat terlarang disangkal.
14. Pada temuan status mental didapatkan mood pasien hipotim.
15. RTA terganggu.
16. Tilikan pasien derajat 3 (Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari
penyakitnya).
15
VI. FORMULA DIAGNOSTIK
1. Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku dan
psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan
(distress) dan ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment) dalam
fungsi serta aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa yang sesuai dengan definisi yang
tercantum dalam PPDGJ III.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada
saat di periksa dalam keadaan sadar, tidak ada kelainan secara medis atau
fisik yang bermakna. (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif karena pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan
zat psikoaktif. (F1)
4. Pasien ini didapatkan gejala seperti halusinasi auditorik, waham bersalah
dan waham rujukan namun belum mendukung ke arah skizofrenia,
gangguan skizotipal dan gangguan waham. (F2)
5. Pasien sering merasa sedih dan murung karena sering teringat dengan
mantan suaminya selama dua bulan. Sedih dirasakan terutama pada saat
pasien sedang tidak ada aktivitas atau sedang sendiri. Pasien menjadi
kehilangan minat dalam bekerja, merasa mudah lelah, tidak bisa tidur dan
tidak nafsu makan. Pasien juga merasa terganggu dan menjadi lebih sulit
berkonsentrasi sehingga pasien termasuk dalam gangguan afektif/mood.
(F3)
6. Pasien tidak termasuk kedalam gangguan neurotik, gangguan somatoform
dan gangguan terkait stress. (F4)
16
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna
dengan urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:
Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus
Perhatian Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki
riwayat trauma kepala maupun kejang. Pasien juga tidak pernah menggunakan
zat psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat gangguan
mental organik dan penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami gejala
halusinasi auditorik yang selalu memberi perintah dan melarang pasien untuk
tidak melakukan pekerjaannya. Didapatkan juga waham bersalah bahwa
pasien mempercayai bahwa perceraian yang terdahulu adalah kesalahan pasien
karena tidak dapat membahagiakan suaminya serta waham rujukan bahwa
setiap menonton televisi mengenai ruqyah, itu merupakan tertuju kepada
dirinya. Gejala tersebut berlangsung selama enam hari sehingga belum
mendukung ke arah diagnosis skizofrenia. Sebelumnya pada pasien
didapatkan perasaan sedih dan murung. Pasien mengatakan menjadi
kehilangan minat dalam bekerja, merasa mudah lelah, tidak bisa tidur dan
tidak nafsu makan. Pasien juga merasa terganggu dan menjadi lebih sulit
berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Keluhan tersebut sudah
berlangsung selama dua bulan. Pada temuan status mental didapatkan mood
hipotim sehingga pasien memenuhi kriteria umum diagnosis gangguan
afektif/mood. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut PPDGJ III pada
ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F32.3 Episode
Depresif Berat dengan Gejala Psikotik.
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada diagnosis aksis III
17
Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
Masalah psikososial dan keluarga diduga menjadi pencetus gangguan yang
terjadi pada pasien.
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement
of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF 60-51, beberapa
gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang (pada saat pemeriksaan).
Evaluasi multiaksial
Aksis I : F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah psikososial dan keluarga
Aksis V : GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
VII. DIAGNOSIS
- Diagnosis kerja : F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
- Diagnosis banding: F25.1 Skizoafektif tipe depresif
VIII. PROGNOSIS
- Ad Vitam : ad bonam
- Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Ad Fungsionam : dubia ad bonam
18
b. Prognosis ke Arah Buruk
Pasien pernah mengalami keluhan serupa saat 5 tahun yang lalu.
Psikofarmaka (medikamentosa)
o Abilify 1x10 mg/hari
- Dikarenakan APG-2 memiliki efek samping ekstrapiramidal
yang lebih minimal dibanding APG-1.
o Antiprestin 1x10 mg/hari
- Dikarenakan SSRI memiliki efek samping otonomik, sedasi dan
kardiologik sangat minimal.
Non-medikamentosa
o Psikoedukasi
Mengingatkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya
minum obat sesuai aturan dan untuk rutin kontrol ke poli
kejiwaan.
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga
akan membantu keadaan pasien.
o Psikoterapi Suportif
Ventilasi : Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan
masalahnya.
Sugesti : Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala
gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan.
Reassurance: Memberitahukan kepada pasien bahwa minum
obat sangat penting untuk menghilangkan gejala.
19