Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman purbakala,
yang merupakan perpaduan antara ilmu biologi dan ilmu kimia dan dapat digunakan untuk
memahami konsep aksi dan keberadaan toksik serta penerapan konsep tersebut di dalam
permasalahan lingkungan. Secara tradisional toksikologi merupakan pengetahuan dasar
tentang aksi dan perilaku racun. Sedangkan pengertian racun sendiri adalah bahan yang bila
tertelan atau terabsorbsi akan mampu membuat manusia sakit dan mematikan (Mukono,
2010).

Air merupakan sumber utama bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi ini, air
hampir menutupi 71% permukaan bumi. Pembagian jenis-jenis air dikategorikan menjadi dua
bagian diantaranya ialah air tanah dan air permukaan. Air tanah adalah air yang berada di
permukaan tanah. Sedangkan air permukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan
dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau,
rawa, kolam, dan sebagainya (Etnize, 2009).

Ketersediaan sumber air sangat bermanfaat untuk minum, kegiatan pertanian, kegiatan
perikanan darat, pembangkit listrik tenaga air, sanitasi, kegiatan industri, pembangunan kota
dan kegiatan manusia yang lainnya. Mengingat peranannya yang sangat penting, maka
ketersediaan sumber air bersih harus diperhatikan. Pembuangan limbah domestik maupun
limbah industri biasanya dialirkan ke sungai yang dekat dengan pemukiman dan tempat
industri tersebut. Secara tidak langsung air sungai tersebut menerima limbah berbahaya dan
adanya kandungan-kandungan toksik yang mengubah fungsi awal dari sungai tersebut.

Pencemaran air oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya maupun oleh zat kimia
dapat terjadi pada sumber air bakunya ataupun terjadi pada saat pengairan air olahan dari
pusat pengelolahan ke konsumen (Dwidjoseputro, 1990). Ketersediaan sumber air yang
berkualitas baik sangat sedikit dikarenakan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
pencemaran lingkungan perairan, padahal air yang tercemar baik secara kimia maupun secara
mikrobiologis mengandung zat-zat yang bersifat toksik dan membahayakan bagi makhluk
hidup. Sumber zat pencemar yang masuk ke dalam perairan mengandungan mikroorganisme
dan zat-zat berbahaya yang akan meracuni biota- biota yang hidup di perairan tersebut.
Kontaminasi ini bisa menyebabkan penyakit secara tidak langsung apabila biota tersebut
dikonsumsi oleh manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulisan makalah ini untuk mengetahui kandungan toksik
pada air. Kandungan toksik dapat disebabkan oleh pencemaran baik secara kimia maupun
pencemaran mikrobiologi. Kandungan toksik ini mempengaruhi kualitas air dan berdampak
pada makhuk hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah adalah sebagai
berikut

1) Apa yang dimaksud dengan toksikologi air?


2) Apa saja kandungan toksik pada air?
3) Bagaimanakah dampak kandungan toksik pada air?
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut

1) Untuk mengetahui pengertian toksikologi air


2) Untuk mengetahui kandungan toksin pada air
3) Untuk mengetahui dampak kandungan toksin pada air.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toksikologi Air

Toksikologi air membahas mengenai kandungan toksik di dalam air. Kandungan toksik
pada air dapat disebabkan oleh pencemaran air baik secara kimia maupun secara
mikrobiologi.

2.2 Macam-macam Bahan Toksin pada Air


1) Logam berat (logam beracun)
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk menimbulkan
kerusakan saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh yang peka. Logam berat
merupakan senyawa kimia yang dapat menimbulkan dalam penggunaanya secara
berlebihan. Penggunaan logam berat beracun banyak ditemukan diberbagai bidang
misalnya bidang industri kesehatan, pertanian dan pertambangan. Berikut ini beberapa
logam berat beracun yang sering mencemar air.
 Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut
dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan.
Kadmium (Cd) populer sebagai logam berat berbahaya seteah timbulnya pencemaran
sungai di wilayah Kumomato Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia.
Pencemaran ini mengakibatkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan
ketidaknormalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis
yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pernapasan,
sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan
kerapuhan tulang. Logam kadmium juga membawa sifat racun yang dapat merugikan
semua organisme hidup termaksud manusia. Dalam bidang perairan, kelarutan Cd
dalam kosentrasi tertentu dapat membunuh boita laut.
 Merkuri (Hg)
Merkuri adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar di
banyak batuan, biji tambang, tanah, air dan udara. Dampak penggunaan merkuri
khususnya di bidang pertambangan dirasakan oleh negara jepang pada tahun 1950-an
yang dikenal dengan Minamata desiase. Kasus ini terjadi karena penduduk memakan
ikan yang berasal dari laut sekitaran teluk Minamata yang mengandung merkuri.
Merkuti ini berasal dari industri plastik. Gejala yang dirasakan adalah terjadi kelainan
mental dan cacat.
 Timbal (Pb)
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sering disebut dengan istilah timah
hitam. Pencemaran limbah logam berat yang mengandung timbal merupakan masalah
mengenai kondisi lingkungan saat ini. logam berat hampir ditemukan pada semua jenis
limbah industri. Semakin banyak industri menyebabkan peningkatan pencemaran yang
terhadap sumber air yang berasal dari limbah industri yang dibuang ke perairan tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Ait limbah yang mengandung senyawa Pb yang
mencemari badan air dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan kematian
pada biota air.
 Kromium (Cr)
Dalam badan perairan kromium dapat masuk melalui dua cara yakni secara alamiah
dan nonalamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor fisika seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya kromuim secara
non alamiah lebih merupakan dampak atau efek yang ditimbulkan oleh manusia.
Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa
limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. Umumnya sumber
kromium dihasilkan dari limbah industri yang memproduksi kromat, produksi
stainlees-steel, debu semen, serta berbagai pangan yang tercemar Cr
 Arsen (As
Arsen adalah salah satu logam toksik yang diklasifikasikan sebagai logam, tetapi
bersifat non logam. Tidak seperti logam lain yang berbentuk kation, Arsen di alam
berbentuk anion. Akibat merugikan dari aren bagi kesehatan adalah apabila
terkandung >100 ppb dalam air minum, dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi
usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainnan kulit serta kanker usus. Contohnya kasus
pencemaran Arsen di Bangladesh. Warga di Bangladesh menggunakan air sumur yang
tercemar Arsenik sebagai sumber air minum utama. Diperkirakan 35-57 juta penduduk
menjadi korban kasus keracunann arsen. Persebaran paparan Arsenik berawal di
dataran tengah yang merupakan pusat negara Bangladesh menyebar ke utara dan
selatan yang dataranya lebih rendah melalui lapisan bawah tanah (Paul, 2004).
2) Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibunag ke air akan mangapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak yang mengandung senyawa yang volatile,
maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air
akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis inyak dan waktu. Lapisan
minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi
membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan menggangu mikroorganisme dalam air. Ini
menyebabkan lapisan tersebut akan menghalangi digusi oksigen dari udara ke dalam air.,
sehingga oksigen terlarut akan berkurang dan menyebabkan kematian biota air. Lapisan
tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis
terganggu. Tentu saja air dengan buangan cairan minyak tidak layak minum oleh
manusia.
3) Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemaran air ini
dapat dikelompokan menjadi :

a. Sabun (Deterjen, shampo dan bahan pembersih lainnya)

adanya bahan buangan zat kimia berupa sabun (Deterjen, shampo dan bahan
pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih
sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun deterjen dan bahan
pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang
direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O

Asam stearat basa sabun

Sedangkan deterjen juga merupakan bahan pembersih seperti halnya sabun, akan
tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan deterjaen yang umum
digunakan adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisassi
membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air
sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat
membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat
alkalis. Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat. Bahan
buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena
alasan berikut :
a) Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan
organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan
menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11
b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu
kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan
c) Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh
mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan
merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan
sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme.
b. Bahan pemberantas Hama
Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali
mekiputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada daerah pertanian
tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke air lingkungan
melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah pertanian kemudian
mengalir ke sungai atau danau di sekitarnya. Seperti halnya pada pencemaran udara,
semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila sampai kedalam air lingkungan.
Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme, kalaupun
biasanya hal itu akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu degradasi oleh
mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dengan beberapa tahun.
Bahan insektisida seringkali dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga air yang
terkena bahan buangan pemberantas hama ini permukaannya akan tertutup lapisan
minyak. Contoh bahan insektisida yaitu Organofosfat yang berasal dari H3PO4 (asam
fosfat). Pestisida golongan organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup
besar. Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah
sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk
dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi
pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada
sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat
dan kholin.
Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh
bagian tubuh. Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophospat melakukan
fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil. Pada bentuk ini enzim
mengalami phosphorylasi.
Seseorang yang keracunan pestisida organophospat akan mengalami gangguan fungsi
dari saraf-saraf tertentu. Sebagai bagian vital dalam tubuh, susunan saraf dilindungi dari
toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme protektif yang unik, yaitu sawar darah otak
dan sawar darah saraf. Meskipun demikian, susunan saraf masih sangat rentan terhadap
berbagai toksikan. Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa neuron mempunyai
suatu laju metabolisme yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme
anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih
mudah kehilangan integritas membran sel. Panjangnya akson juga memungkinkan
susunan saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik, karena badan sel harus
memasok aksonnya secara struktur maupun secara metabolisme.
c. Zat Warna Kimia
Zat warna dipakai hampir pada semua industri. Tanpa memakai zat warna, hasil
atau produk industri tidak menarik. Oleh karena itu hampir semua produk
memanfaatkannya agar produk itu dapat dipasarkan dengan mudah.
Pada dasarnya semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu
pencemaran zat warna ke air lingkungan perlu mendapat perhatian sunggh-sungguh agar
tidak sampai masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum. Ada zat warna tertentu
yang relatif aman bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan pada industri bahan
makanan dan minuman, industri farmasi/obat-obatan.
Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan
senyawa aromatic yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari
radikal kimia, misal kelompok nitroso (-NO), kelompok azo (-N=N-), kelompok etilen
(>C=C<) dan lain lain. Macam-macam warna dapat diperoleh dari penggabungan radikal
kimia tersebut di atas dengan senyawa lain. Sedangkan auxochrome adalah radikal yang
memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat warna dapat mudah meresap dengan
baik ke dalam bahan yang akan diberi warna. Contoh auxochrome adalah –COOH atau –
SO3H atau kelompok pembentuk garam –NH2 atau –OH.
Zat warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam yang
disebut dengan pigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai dengan
fungsinya, misalnya bahan pembentuk lapisan film (misal, bahan vernis, emulsi lateks),
bahan pengencer (misal, terpentin, naftalen), bahan pengering (missal, Co, Mn, naftalen),
bahan anti mengelupas (missal, polihidroksi fenol) dan bahan pembentuk elastic (misal,
minyak).
Berdasarkan bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan, dapat
dimengerti bahwa hampir semua zat warna kimia adalah racun. Apabila masuk ke dalam
tubuh manusia dapat bersifat cocarcinogenik, yaitu merangsang tumbuhnya kanker. Oleh
sebab itu, pembuangan zat kimia ke air lingkungan sangatlah berbahaya. Selain sifatnya
racun, zat warna kimia juga akan mempengaruhi kandungan oksigen dalam air
mempengaruhi pH air lingkungan, yang menjadikan gangguan bagi mikroorganisme dan
hewan air.
d. Zat radioaktif
Tidak tertutup kemungkanan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air
lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir yang
menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan, sebagai
contoh adalah aplikasi teknologinuklir pada bidang pertanian, kedokteran, farmasi dan
lain lain. Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan jelas sangat membahayakan bagi
lingkungan dan manusia. Zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis baik
melalui efek langsung atau efek tertunda.

2.3 DAMPAK PENCEMARAN AIR


Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan
danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen
dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di
luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut
menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan
air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih
banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun. Dampak
pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004).
- dampak terhadap kehidupan biota air
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
- dampak terhadap estetika lingkungan
a. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air
yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu
kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan
pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses
penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat.
Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
b. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai